12. Bunga Sakura

22 1 1
                                    

HAPPY READING, RATHLESS

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING, RATHLESS.

***

*di sekolah

"Aish, berita kecelakaan dan kematian Athena sudah menyebar di sekolah. Sekarang begitu hampa karena tidak ada yang membuatku ceria lagi," ujar Seara dalam hati.

Seara bergumam sambil menggigit kuku ibu jarinya, "Oh iya! Ini sudah awal bulan, aku kan ada janji di surat waktu itu.."

Seara mengingat pesan yang dikirimkan oleh seseorang yang tidak diketahui identitasnya dan Ia akan bertemu dengannya saat pulang sekolah di pohon sakura yang berada di taman universitas.

***

*pulang sekolah

Dari kejauhan Seara melihat ada seorang lelaki tinggi dan terlihat tampan sedang duduk di bawah pohon sakura sambil membaca buku, Ia merasa familiar dengan lelaki tersebut. Semakin lama dilihat, Seara sadar bahwa lelaki tersebut tidak lain adalah Rave Mahatma. Seara pun bersiap-siap untuk menanggapinya dengan bersikap biasa saja.

Ouh shit!

Seara melihat sekeliling yang penuh bunga sakura bertebaran dimana-mana, "Mengapa harus disini?" ujarnya sambil mengernyitkan keningnya.

Rave menyahutinya, "Apakah kau tidak menyukai bunga?" bukannya menjawab, Rave malah bertanya balik kepada Seara.

Seara menjawab dengan lirih, "...Entahlah, aku hanya tidak begitu menyukai bunga sakura. Lebih tepatnya, aku tidak menyukai musim semi. Sudah menetap di panti asuhan semenjak umur empat tahun karena kedua orang tuaku meninggal. Tidak ada yang menggenggam tanganku dan menemaniku. Jadi, aku tidak begitu suka musim semi karena itu mengingatkanku akan kesendirian dan kesepian."

Rave terdiam sejenak. Ia melihat ke atas lalu memetik bunga sakura di ranting yang letih. Ia membungkukkan badannya sambil memasangkan petikan bunga sakura di telinga kanan Seara, "Jika musim semi tidak ada bunga sakura, mungkin keindahan dunia tidak akan lengkap. Padahal kau bagaikan bunga sakura yang membuat dunia ini indah. Jadi, kau harus bahagia karena dilahirkan di dunia ini."

"Benarkah? Pujian yang bagus. Terima kasih," jawab Seara.

"Hanya itu?" ujar Rave tak puas.

"Jadi.. aku harus bagaimana?"

Rave pelan-pelan mendekati Seara. Menyadari hal tersebut sontak Seara mendorongnya menjauh dan reflek memotong pembicaraan Rave, "Har-"

"Eits, tunggu dulu. Aku masih belum tahu tujuan kita bertemu disini," sela Seara.

"Sudah kubilang, karena kau mirip bunga sakura." jelas Rave.

"Ohh.. maksudmu aku ditakdirkan untuk selalu sendiri dan kesepian begitu?" ujar Seara dengan ekspresi sinis.

Under The TreeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang