Maaf.

304 25 0
                                    

Sudah beberapa bulan Zenitsu bekerja di rumah Inosuke. Mulai dari menyapu, mencuci perabotan dan pakaian, memberi makan ternak milik Inosuke bahkan memainkan Shamisen saat upacara setiap bulan.

Tentu saja Douma menggajinya lebih, karena Douma dan kotoha menganggap Zenitsu sebagai anknya sendiri. Zenitsu kerap dimanja oleh keduanya, membuat Zenitsu cukup senang bahkan mengerjakan tugas tanpa minta imbalan apa-pun.

Beberapa bulan lagi ajaran baru akan dimulai. Zenitsu pamit pergi ke kota untuk membeli peralatan tulis bersama Inosuke.
.
.
.
"Woyy monitsu!! Aku lapar!!" Ucap Inosuke.

Zenitsu kesal pada sahabatnya ini, pasalnya mereka baru saja makan tapi si Inosuke ini minta makan lagi. Dari pada berteman, Zenitsu serasa mengasuh anak kecil.

"Ishshshsh, baiklah!!! Tapi setelah ini janji membantuku membeli peralatan sekolah!!"

"Ya!!!" Mata Inosuke langsung berbinar.

Mereka berkeliling mencari kedai makan terdekat. Dan disitulah, sebuah bakery yang ramai pengunjung.

"Kita beli cemilan yang banyak saja, biar kau tak kelaparan di jalan kayak gini!!" Ucap Zenitsu sembari menarik tangan Inosuke menuju bakery tersebut.

Dan lagi, rasa seperti dibawa terbang dibawa ribuan Dandelions kembali dirasakannya.

*Tring, tring*
"Selamat datang di kamado's bakery!!" Pemiliknya menyapa mereka berdua. Zenitsu membungkukkan badannya, inosuke yang disampingnya ikutan saja.

Sembari mengekor Zenitsu, Inosuke memilih apa yang dia mau.

Pemilik bakery terkekeh pelan melihat Inosuke yang menggenggam ujung baju Zenitsu.

*Kaya anak angsa sama induknya*

"Woyy monitsu aku mau ini!! Eh aku juga mau ini!! Ini juga!! Ahh yang ini baunya enak, aku mau ini!! Ehhh, tunggu-tunggu, yang ini bentuknya lucu aku mau ini, ya monitsu aku ma-AKHH!!"

Zenitsu memukul kepala Inosuke, Zenitsu Malu dengan tindakan Inosuke dan lagi uangnya tidak cukup untuk membeli semua yang diinginkan Inosuke.

"Uangku tak cukup goblokkk!!!  Pake uangmu sendiri napa???"

"Aku nggak bawa."

"Ehh??? Terusss??? Kau mau aku yang membelikannya untukmu???? Hell no!! Uang ku aja kagak cukup!!!"

Sementara mereka berkelahi, sang pemilik toko tersenyum melihat perkelahian mereka.

"Anoo..." Lantas keduanya menoleh.

"Ahhhh, maafffff, kami akan segera pergi setelah ini kokkk!!" Zenitsu yang paham langsung membungkuk minta maaf.

"Emm, Etoooo...sebenarnya kalian boleh mengambil ini." Pemilik bakery tersebut memberikan 1 kantong plastik berisi roti.

"E-ehh??? Tidak perlu kokk...kami akan membelinya!!!! Tu-tunggu sebentar.!!" Zenitsu benar-benar malu, ia merogoh kantungnya untuk mengambil dompet.

"Tidak usah, aku memberinya secara gratis." Ucap Pemiliknya sembari tersenyum lembut.

"E-eh... hontou!!??"

"Hmm"

"Arigato ....Eto...kama-do Tanjiro!!!" Ucap Zenitsu lega sembari berusaha membaca name tag pemilik tersebut.

"Hontouni arigato nee, Tanjiro." Balas Zenitsu riang yang juga dibalas senyuman manis dari Sang pemilik.
.
.
.
.
.
.
Mereka akhirnya tiba di rumah, mereka terkejut karena di halaman depan (tepatnya, di bawah kaki gunung. Karena kuilnya di atas gunung ) terdapat banyak mobil.

"Ahh, Inosuke-sama, Zenitsu-sama. Mau saya antar??" Tanya salah satu penjaga gerbang.

"Tidak usah paman, kami akan berjalan saja." Ucap keduanya.

Sesampainya di depan pintu kuil, terdapat rombongan yang sepertinya sedang pamit.
Zenitsu awalnya tak peduli dan mau menyingkir. Namun ia malah terdiam ketika maniknya menatap seseorang yang tak begitu asing.

Air matanya mulai bercucuran. Inosuke yang melihat gelagat aneh tersebut bingung. Seketika semuanya mematung disana. Sosok yang ditatap Zenitsu menghampirinya. Semua belanjaan yang dibawanya jatuh begitu saja. Zenitsu hanya berdiri diam mematung. Seketika semua ingatan tentang masa lalu bermunculan di benaknya. Ia masih tak bergeming ketika sosok tersebut telah berdiri di depannya. Sosok itu meraih kepala Zenitsu, membiarkan kepalanya yang kecil itu bersandar pada pundak yang tak lain adalah Kaikagu.

Zenitsu tak bicara sepatah kata pun. Ia melingkarkan tangannya lembut di pundak sang kakak, berusaha mengingat aroma kakak yang telah lama meninggalkannya,  Kaikagu membenamkan kepalanya di pundak sang adik. Masih sama seperti dulu, baunya seperti buah persik yang manis di tengah taman Dandelions.

"Maaf...."

Bisik Kaikagu pelan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc...............
Jan lupa vote yaaaaaaaa🔅🔅🔅

CONNECTOR -Agatsuma zenitsu-✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang