Love Comes To Late 4

7K 293 1
                                    

Lili melangkah menuju ke kelas bersama Fian di sampingnya. Pagi tadi, laki-laki itu tiba-tiba datang ke rumah Lili saat gadis itu baru akan sarapan bersama kedua orang tuanya. Fian datang membawakan titipan ibunya untuk ibu Lili. Karena kedatangan Fian itulah akhirnya Lili berangkat bersama Fian.

Kelas mereka sama-sama berada di lantai dua, sehingga Lili pasrah saja saat Fian merangkul bahunya sepanjang jalan menuju kelas. Kelas Fian hanya berjarak satu kelas dari tangga. Sehingga laki-laki itu lebih dulu sampai di kelasnya dibanding Lili.

"Pulang nanti mau sekalian bareng gak?" Pertanyaan Fian membuat Lili mendongak untuk menatap wajah sepupunya itu.

"Lo mau nganterin gue dulu yang beda arah sama rumah lo?" Lili membalas dengan pertanyaan juga.

"Mau aja. Gue nanti sore mau sekalian ke rumah temen SMP yang tetangga lo itu." Jawaban Fian membuat Lili mendengkus.

"Bilang aja lo mau numpang rebahan di rumah gue sebelum ke rumah temen lo." Fian terkekeh melihat raut kesal Lili. Tangan laki-laki itu kemudian terangkat untuk mencubit pipi Lili.

"Tau aja lo. Nanti pulangnya sama gue aja ya, gue tunggu di deket gerbang." Setelah melepas paksa tangan Fian dari pipinya, Lili berjalan meninggalkan Fian tanpa membalas perkataan laki-laki itu.

Baru dua kali melangkah, Lili menghentikan laju kakinya saat matanya menangkap keberadaan seseorang dalam jarak kurang dari satu meter darinya berdiri. Suasana lorong di depan kelas tempat Lili berdiri sekarang sepi karena ini memang masih cukup pagi dan belum banyak siswa yang berangkat.

Tatapan mereka bertemu tanpa ada yang berusaha untuk mengeluarkan suara. Lili bisa melihat sorot sendu dari tatapan Rendra padanya. Bibir laki-laki itu menyunggingkan senyum tipis, tapi Lili bisa merasakan jika tatapannya sendu saat menatapnya.

Lili masih diam saat Rendra maju hingga jarak mereka kian dekat. Gadis itu memperhatikan Rendra yang melangkah dengan kaki yang agak diseret. Fokusnya kemudian tertuju pada celana bagian lutut kanan yang terlihat basah. Awalnya Lili mengira jika itu adalah bekas air, namun sesaat kemudian kedua mata gadis itu membulat sempurna saat menyadari jika bagian celana yang basah itu merupakan noda darah.

Dengan gerakan cepat, Lili menarik tangan Rendra untuk duduk di bangku yang berada di dekat mereka berdiri. Langsung saja Lili mengangkat ujung celana Rendra dan kemudian mendapati luka bekas kecelakaan kemarin yang tidak diperban. Luka yang cukup lebar itu masih mengeluarkan darah, dan darah dari luka itulah yang membuat noda di celana Rendra tadi.

"Kita ke UKS." Lili langsung bangkit berdiri setelah mengatakan itu.

Ia bahkan melangkah dengan cepat meninggalkan Rendra yang berjalan pelan. Ruang UKS berada di lantai satu, yang itu artinya Rendra harus menuruni anak tangga dengan langkah yang terseok.

Begitu sampai di UKS, Rendra bisa melihat Lili yang sudah menyiapkan obat dan juga perban untuk lukanya. Tangannya kemudian ditarik pelan kemudian Lili menyuruhnya duduk di kursi yang berada di dekat lemari obat.

"Ini bahkan masih sama kaya kemarin. Kenapa tadi gak diperban di rumah?" Lili bertanya sambil mengoleskan kapas yang telah ia beri obat di sekitar luka Rendra.

"Kamu tau tangan aku sakit. Aku bahkan udah niat mau bolos aja karena gak leluasa buat bergerak." Rendra menjawab sambil terus memperhatikan setiap pergerakan Lili.

Beberapa saat kemudian mereka hanya diam. Lili yang sibuk membersihkan luka Rendra serta memasang perban, dan Rendra yang sibuk melihat apa yang dilakukan Lili pada luka di kakinya.

"Fian orangnya baik, kalian juga kelihatannya cocok. Dia kayaknya juga tipe orang yang gak bakal nyakitin perempuan. Semoga kamu bisa bahagia ya, tanpa sakit hati atau kecewa lagi." Senyum di wajah Rendra terlihat semakin lebar, tapi pandangannya juga terlihat kian sendu.

SHORT STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang