Love Comes To Late 3

5.4K 313 2
                                    

"Udah cocok sih kalian, tinggal diresmikan aja." Telinga Rendra menangkap suara tersebut beserta kejadiannya yang terlihat oleh matanya.

Dua meja di depannya, ada Lili yang duduk dengan dua temannya dan ada Fian juga di sana. Dua teman Lili sejak tadi terus melancarkan godaan pada Lili dan Fian yang duduk berdampingan.

"Tunggu kabar baiknya aja ya. Biar kalian gak nyuruh gue nyari cowok mulu." Lili kemudian tertawa karena ucapannya sendiri.

Dari arahnya duduk, Rendra bisa melihat tangan Fian yang merangkul erat bahu Lili. Laki-laki itu kemudian membisikkan sesuatu ke telinga Lili yang kemudian membuat tawa Lili kian lebar.

"Lo pada gak tau ya, meluluhkan hatinya Lili itu susah? Ini aja jarang banget dia mau gue rangkul di depan umum begini." Karena ucapan Fian tersebut, godaan dari kedua teman Lili semakin menjadi.

"Pokoknya gue tunggu kabar lo berdua jadian. Awas nanti jadian gak ngasih tau kita berdua." Ucapan dari teman Lili tersebut membuat telinga Rendra terasa panas.

Dari tempatnya duduk saat ini, Rendra bisa melihat semua gerak-gerik Lili dan Fian. Bahkan Fian tidak ragu meminum es teh dari gelas yang sama dengan Lili. Rasa sesak dan panas di dalam dadanya membuat Rendra mengepalkan kedua tangan di bawah meja.

Rendra masih melihat Lili saat gadis itu berjalan meninggalkan kantin. Jika sebelumnya Fian hanya merangkul bahu Lili, kini tangan laki-laki itu menggandeng tangan Lili dan menggoyangkan genggaman tangan mereka. Lagi-lagi hal tersebut membuat Rendra merasa panas.

Tak lama setelah Lili pergi dari kantin, Rendra pun meninggalkan kantin bersama Amanda yang sejak tadi sama sekali tidak ia hiraukan keberadaannya. Ia terlalu sibuk melihat Lili dan Fian hingga tak lagi memperdulikan Amanda.

Baru beberapa langkah meninggalkan kantin, Amanda berkata untuk tidak langsung ke kelas dulu. Ada yang akan dibicarakan katanya. Rendra menurut saja tanpa mengeluarkan suaranya. Lorong di belakang laboratorium fisika menjadi tempat Amanda mengajak Rendra untuk berbicara.

"Gue tau di kantin tadi lo gak berhenti ngelihatin Lili. Gue cerita macem-macem aja lo sama sekali gak dengerin. Lo sibuk banget lihatin Lili sampai orangnya pergi dari kantin."

Rendra mendengarkan Amanda berkata dengan dahi berkerut samar. Ia tidak tahu ke mana arah pembicaraan Amanda. Namun, laki-laki itu tetap mendengarkan apa yang dikatakan Amanda selanjutnya tanpa mengeluarkan suaranya untuk menanggapi. Hingga kemudian, satu kalimat yang diucapkan Amanda membuat kedua matanya membulat sempurna.

***

"Gue lega, Ren. Seenggaknya gue udah mengungkapkan apa yang gue rasain. Dan sekarang lo tau gue suka sama lo."

Lili yang baru saja berbelok di lorong yang cukup sepi di sekolah jelas terkejut ketika mendengar ucapan tersebut. Keterkejutannya tak berhenti sampai di situ. Ia lebih terkejut saat melihat jika orang yang baru saja berkata adalah Amanda, yang sekarang sedang memeluk tubuh jangkung Rendra.

Melihat hal tersebut, entah kenapa dada Lili terasa sakit. Dengan cepat, ia memutar tumitnya untuk berjalan meninggalkan dua orang yang sedang berpelukan di belakang laboratorium fisika itu. Kakinya melangkah cepat dengan napas memburu. Dadanya terasa kian sakit saat mengingat kalimat yang diucapkan Amanda tadi.

Pikirannya kemudian mengambil kesimpulan jika keputusannya untuk memutuskan Rendra adalah pilihan yang benar. Terbukti Rendra sekarang bisa lebih dekat dengan Amanda tanpa dirinya lagi sebagai penghalang. Baru tiga hari Lili memutuskan Rendra, dan Amanda mengatakan suka pada Rendra. Betapa bahagianya laki-laki itu saat ini.

Biarlah Rendra merasa bahagia karena perasaannya terbalas setelah sekian tahun hanya memendam rasa cintanya pada Amanda. Sedangkan Lili merasa sakit di hatinya karena hal tersebut. Tapi tidak apa, setidaknya Lili sudah bisa menyatukan Rendra dengan Amanda.

SHORT STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang