The Savior 3

1.7K 73 0
                                    

Perjalanan menuju ke rumah orang tua Bianca membutuhkan waktu sekitar dua jam. Tidak terlalu jauh memang untuk ukuran perjalanan lintas kota. Aaron sengaja membawa mobilnya untuk perjalanan kali ini karena ia malas menaiki transportasi umum dan harus bertemu dengan banyak orang asing.

Sepanjang jalan Bianca tak berhenti berceloteh mengenai kehidupannya. Perempuan itu seolah tak peduli jika Aaron sama sekali tak menanggapi semua yang ia ceritakan. Menurutnya reaksi Aaron tidak terlalu penting, karena yang paling penting adalah laki-laki itu mengetahui cerita kehidupannya. Bianca benar-benar ingin Aaron mengetahui lebih jauh tentang ia dan keluarganya.

Mengajak Aaron ke rumah orang tuanya di waktu liburan ini memang sudah masuk ke dalam rencana Bianca untuk bisa merebut hati laki-laki itu. Sudah sejak awal mereka bertemu perempuan itu langsung menaruh hati pada sosok Aaron. Dan Bianca yakin, jika sikap Aaron yang selama ini masih dingin tak tersentuh itu akan bisa berubah melunak seiring berjalannya waktu.

“Jadi, kamu bakal nginep di rumahku kan selama kita di sana?” Pertanyaan Bianca kali ini dihadiahi gelengan kepala Aaron.

Raut wajah Bianca berubah seketika. Perempuan yang sebelumnya tersenyum lebar itu kini melunturkan senyumnya dan menatap kecewa pada laki-laki di sampingnya.

Aaron masih diam dan fokus pada jalanan yang ia lalui. Laki-laki itu tidak mau repot-repot membuka mulut hanya untuk membalas pertanyaan Bianca. Dalam pikirannya, meski kelakuannya selama ini tidak bisa dikatakan baik, tapi untuk menginap di rumah lawan jenis Aaron akan langsung menolak.

Sejak dulu ayahnya selalu mengajarkan jika bermalam di rumah lawan jenis itu bukan hal yang baik. Terlebih jika keadaannya hanya berdua saja. Bukan tidak mungkin akan ada bisikan untuk melakukan hal yang buruk. Untuk itu Aaron sengaja membatasi dirinya dengan lawan jenis agar tidak terlalu jauh bertindak.

Dalam kurun waktu tiga tahun ini, sudah banyak perempuan yang Aaron jadikan sebagai kekasih. Kebanyakan hanya berlangsung sekitar satu hingga enam bulan saja. Bukan Aaron yang memutuskan mereka, justru laki-laki itu yang diputuskan. Semuanya memutuskan Aaron dengan alasan laki-laki itu tidak mau terlalu jauh menyentuh mereka. Paling jauh hanya kecupan di bibir saja, itu pun para perempuan itu yang mengecup lebih dulu.

Mungkin banyak orang yang tidak akan percaya dengan fakta itu, tetapi memang begitulah kenyataannya. Aaron tidak pernah bertindak sejauh itu dengan deretan mantan pacarnya. Hanya dengan satu orang Aaron pernah bertindak cukup jauh dengan ciuman dan tangan yang meraba ke mana-mana. Karena setelahnya, gairah Aaron seolah mati bahkan dengan perempuan yang sengaja menggodanya sekalipun.

“Kalau gitu kamu mau tidur di mana selama kita di sana?” Bianca kembali bertanya karena tadi Aaron hanya menjawab pertanyaannya dengan gelengan singkat.

“Hotel.”

“Apa nggak lebih baik di rumahku aja? Kamu harus keluar uang kalau tidur di hotel, lagi pula di rumahku ada kamar kosong.”

Ucapan Bianca lagi-lagi tidak mendapatkan balasan dari Aaron. Laki-laki itu hanya memandang lurus ke depan dengan wajah datar tanpa ekspresi sama sekali. Bianca menghela napas melihat Aaron yang hanya diam. Padahal ia sengaja menawarkan laki-laki itu untuk tidur di rumahnya agar ia bisa lebih mudah dalam melancarkan godaan. Namun ternyata Aaron tetaplah Aaron.

Setelah berkendara selama lebih dari dua jam, Aaron menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah yang kata Bianca merupakan rumah orang tuanya. Dengan senyuman penuh semangat perempuan itu membuka pintu mobil Aaron, tak lupa mengambil tas yang ia bawa. Bianca kira Aaron akan ikut turun, tapi ternyata laki-laki itu tetap diam di kursi balik kemudi tanpa bergerak sama sekali.

“Kamu nggak mau ikut turun?” tanya Bianca yang telah berada di luar mobil.

Gelengan kepala Aaron berikan. “Mau ke minimarket.”

SHORT STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang