Fated 3

727 54 0
                                    

Elena tidak pernah berpikir bahwa ia akan kembali ke tempat ini. Sebuah kamar kos yang ia gunakan untuk tidur dua hari lalu. Ketika pintu kayu bercat hitam itu terbuka dari dalam, Elena menahan napas dengan kepala yang ia tundukkan dalam.

“Kenapa?”

Elena tidak mendengar nada terkejut dalam kata tanya itu. Meski begitu, perempuan itu masih tak berani mengangkat pandangannya untuk menatap sosok yang masih berdiri di depan pintu tersebut.

“Gue ketemu dia di jalan. Tadi cuma bilang butuh bantuan, mau dinikahin sama aki-aki katanya. Lo tanya sendiri aja deh.” Laki-laki yang Elena mintai tolong tadi berujar sebelum berpamitan dan pergi begitu saja.

“Masuk!”

Elena sedikit tersentak sebelum ikut masuk ke dalam kamar kos yang masih ia ingat detail isi di dalamnya. Perempuan itu menelan ludah ketika kembali menduduki kasur tempatnya tidur dua hari lalu. Setelah Elena duduk, laki-laki pemilik kamar kos tadi menutup pintu kamar hingga hanya menyisakan sedikit celah antara pintu dengan daun pintu.

Di tempatnya duduk saat ini Elena hanya bisa meremas kuat jari-jarinya. Jujur saja ia takut saat ini. Kembali berada dalam satu ruangan yang sama dengan laki-laki yang tidak ia kenal untuk meminta bantuan yang kedua kalinya. Katakanlah Elena gila karena meminta bantuan pada orang asing yang ternyata merupakan teman pemilik kamar ini tadi. Tapi, apa yang bisa ia lakukan selain kabur ketika tahu dirinya akan dijodohkan?

“Kenapa kabur kemarin?” Pertanyaan tersebut berhasil menyentak Elena dari lamunan singkatnya.

Ia paham betul maksud pertanyaan itu. Hanya saja, rasa takutnya sangat besar sekarang hingga untuk membuka mulut pun rasanya sangat sulit dilakukan. Meski laki-laki itu tidak bersikap buruk padanya di pertemuan pertama mereka kemarin, tapi tetap saja Elena merasa takut.

“Ada kelas pagi.” Jawaban itu berhasil keluar dari mulut Elena setelah cukup lama ia hanya bungkam.

“Gimana ceritanya lo bisa ketemu Fajar di jalan? Lo mau diculik lagi?”

Laki-laki yang sejak tadi berdiri di balik pintu kamar yang hampir tertutup itu kembali bertanya. Kali ini Elena merasa semakin takut. Jantungnya berdebar kian cepat, serta gerakan kedua tangannya yang saling meremas semakin kuat hingga laki-laki yang berdiri itu bisa melihat kegelisahan perempuan di hadapannya.

Beberapa menit berlalu, tak ada satu patah kata yang keluar dari bibir Elena. Bahkan kepalanya semakin dalam menunduk. Hingga beberapa saat kemudian, bahunya terlihat bergetar dan langsung membuat laki-laki yang masih berdiri tadi terkejut. Elena menangis.

Tangis Elena pecah saat tubuhnya secara tiba-tiba direngkuh ke dalam pelukan hangat si laki-laki pemilik kamar. Isakannya teredam dada bidang yang terbalut kaos yang laki-laki itu kenakan. Cukup lama tangis Elena bertahan, hingga ketika mulai berhenti akhirnya laki-laki itu menjauhkan sedikit tubuhnya dengan kedua tangan yang memegang bahu Elena.

“Aku mau dinikahkan sama orang yang nggak aku kenal. Ayahku sendiri yang mau menikahkan aku. Dua penculik hari itu orang suruhan Ayah. Aku mau dibawa pulang cuma untuk dinikahkan dengan orang yang seumuran Ayah.”

Elena bahkan tidak tahu bagaimana bisa ia berbicara dengan lancar pada orang asing ini. Mereka baru bertemu dua kali, tetapi ia bisa dengan lancar menceritakan apa yang terjadi padanya. Akankah dirinya bisa selamat kali ini, seperti sebelumnya? Atau jutsru laki-laki asing ini bukan orang yang tepat untuknya meminta pertolongan?

Dadanya terasa sesak memikirkan dirinya yang kini tidak memiliki tempat untuk berlindung. Tidak mungkin kembali ke kos karena ayahnya akan dengan mudah menemukannya di sana. Di tengah kekalutan hatinya itu Elena tersentak saat sesuatu mengusap pipinya. Tatapannya langsung bertemu dengan laki-laki yang berada di hadapannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SHORT STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang