9. Pertengkaran

76 9 2
                                    

"Dek, kakak masuk ya," izin Hyunjin sebelum memasuki kamar adiknya tersebut.

Terlihat sang adik yang tengah menangis, Hyunjin tak tahu sudah berapa lama adiknya ini menangis tapi yang pasti mata bengkak, dan hidung memerah sudah cukup menggambarkan lamanya.

"Adek kenapa?" tanya Hyunjin sembari mengusap air mata yang masih saja mengalir di pipi tirus sang adik.

"Ayah kak," jawab Felix sembari berusaha menahan isak tangis nya.

"Ayah kenapa? marahin adek?"

"Tadi bunda telpon Felix kak buat minta maaf, tapi ayah tiba-tiba datang dan rebut handphone Felix, ayah larang Felix berhubungan sama bunda, handphone Felix juga jatuh dan nggak bisa hidup lagi sampai sekarang," adu Felix kepada sang kakak.

"Bunda Gahyeon minta maaf? Terus gimana, adek maafin?"

"Iya kak, bunda bilang bunda nggak bermaksud buat lakuin itu kemarin, bunda cuman belum siap ketemu Felix ataupun kakak setelah cerai dari ayah."

"Alasan," gumam Hyunjin yang ternyata mampu di dengar oleh Felix.

"Maksudnya kak?" tanya Felix kebingungan.

"Nggak, bukan apa-apa, sekarang adek istirahat aja ya."

"Mmm kak, Felix pinjem handphone kakak ya? Felix mau telpon bunda, bunda pasti lagi khawatirin Felix sekarang," pinta Felix memohon.

"Felix, kakak rasa sekarang emang lebih baik kamu nggak usah berhubungan dulu sama bunda."

"Hah? maksud kakak?"

"Untuk saat ini kakak di pihak ayah, sekarang kamu nggak usah pikirin bunda Gahyeon dulu, kamu fokus aja sama kesehatan kamu."

"Kenapa?" tanya Felix sembari menatap wajah lelah sang kakak.

"Suatu saat adek bakal ngerti."

"Kenapa nggak sekarang aja? kenapa ayah sama kakak seakan-akan sembunyiin sesuatu dari Felix? Felix nggak ngerti, kenapa Felix harus jauhin bunda, bunda salah apa sampai ayah dan kakak segini nya?"

"Apa yang ayah dan kakak lakuin ini semua nya demi kebaikan kamu Felix."

"Kebaikan apa! Felix curiga, jangan-jangan ayah sama kakak maksa Felix buat jauhin bunda itu demi istri baru ayah dan anak nya itu! Kalian pengen Felix lupain bunda Gahyeon biar istri baru dan adik baru kakak itu bisa berkuasa kan?"

"Ini nggak ada hubungan nya sama bunda Seungmin atau pun Jisung, Felix. Jadi jangan sangkut pautkan masalah kita ke mereka."

"Kenapa? Kakak takut kebusukan bunda dan adik baru kakak itu kebongkar? Felix penasaran mereka kasih apa sih sampai ayah dan kakak bisa dikendalikan secepat ini?"

"Kamu bicara seakan-akan bunda Seungmin dan Jisung paling jahat di sini, emang nya bunda Gahyeon sebaik apa sampai kamu dengan percaya diri nya fitnah orang sebaik bunda Seungmin dan Jisung?"

"Nggak perlu Felix jelasin pun udah kelihatan bunda Gahyeon lebih baik."

"Saking baik nya sampai dia harus pura-pura nggak kenalin anak kandung nya sendiri, iya!"

"Bunda nggak bermaksud buat lakuin itu, bunda cuman belum siap!"

"Terus gimana dengan dia yang tega pergi tinggalin kita demi selingkuhan nya, kakak rasa untuk lakuin hal satu ini dia perlu siap-siap, bener kan?"

"Maksud kakak apa? Bunda Gahyeon selingkuh?" Tanya Felix yang mampu membuat kesadaran Hyunjin kembali, padahal ia berniat tak memberi tahu Felix karena takut sang adik akan jatuh sakit.

"...."

"Kakak bohong kan? Bunda Gahyeon nggak mungkin lakuin itu, bunda pergi karena ayah yang memperlakukan bunda nggak baik!"

"Sampai kapan kamu mau tutup mata dan ngelindungin bunda Gahyeon, Felix? Bukan nya aneh pas denger bunda Gahyeon yang nikah lagi setelah 1 bulan pisah dengan ayah? 1 bulan itu bukan waktu yang lama Felix."

"Tapi ayah juga nikah lagi kan setelah pisah dengan bunda."

"Memang, tapi beda nya ayah butuh waktu 8 bulan Felix."

"Tetap aja sama, jujur aja kakak mau mojokin bunda kan? Maka nya kakak bahas masalah ini, kakak pengen Felix terpengaruh dan akhirnya benci ke bunda kan?"

"Terserah kamu mau berprasangka gimana tapi satu hal yang harus kamu tau Felix, apa yang kakak bilang adalah fakta dan cepat atau lambat kamu harus terima kenyataan ini," ucap Hyunjin sebelum akhirnya berbalik meninggalkan kamar sang adik.

Hyunjin sebenarnya ragu apakah yang ia lakukan ini sudah tepat atau justru sebaliknya, akan tetapi semuanya sudah terjadi, Hyunjin hanya bisa berharap keputusan nya hari ini tidak akan menjadi penyesalan di masa depan.

"Hyunjin," panggil Seungmin dengan raut wajah khawatir.

"Iya bunda?"

"Kamu kenapa sama Felix? Bunda denger kalian ribut-ribut, bunda mau samperin tapi takut tambah memperburuk suasana," jelas Seungmin masih dengan raut wajah khawatirnya.

"Kami nggak apa-apa kok bun, bunda nggak usah khawatir.
Sekarang Hyunjin pamit keluar dulu ya bun, nggak usah ditungguin Hyunjin nggak akan pulang malam ini."

"Ohh iya, hati-hati ya," jawab Seungmin yang hanya dibalas senyuman singkat dari Hyunjin, setelah nya Hyunjin pun pergi.

Tak lama setelah kepergian Hyunjin, terdengar suara pecahan kaca dari arah kamar, Seungmin yang khawatir pun langsung saja menghampiri sumber suara dan betapa kagetnya Seungmin ketika mendapati Jisung yang tergeletak dan terluka di bagian kepala, disebelah Jisung juga ada Felix yang tengah menggengam sebuah vas bunga yang pecah.

"Gara-gara lo keluarga gue hancur! Kalau aja nggak ada kalian, mungkin... mungkin semua ini nggak bakalan terjadi! Untuk menebus dosa-dosa lo, lo harus mati!!!" Pekik Felix seperti kesetanan.

"Fe-lix" ucap Seungmin lemas.

Melihat kehadiran sang ibu tiri membuat Felix panik dan memutuskan untuk pergi secepat mungkin dari rumah, sementara Seungmin yang kaget hanya bisa menghampiri sang anak yang telah bersimbah darah.

"Seungmin ada apa?" Tanya bangchan yang baru tiba, setelah melihat kondisi Jisung, dengan segera Bangchan menggendong tubuh kurus tersebut dan membawa nya ke rumah sakit.



Derai (skz)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang