13. Aneh!

77 7 2
                                    

Seungmin yang kaget dengan reaksi Felix pun dengan segera memeluknya berusaha menenangkan sang anak sambung yang tengah menangis seperti balita berusia 5 tahun yang tak dibelikan ice cream oleh ibunya.

"Maafin Felix bunda, Felix sadar apa yang Felix lakuin selama ini salah," ucap Felix susah payah karena sesegukan, sementara Seungmin hanya bisa mengangguk sembari menghapus air mata Felix.

"Udah jangan nangis, bunda nggak marah sama sekali ke Felix."

"Kalau gitu Felix boleh ketemu Jisung nggak bun? Felix mau ucapin permintaan maaf Felix ke Jisung," pinta Felix sembari memohon, Seungmin yang melihat hal tersebut pun iba.

"Felix boleh ketemu Jisung kalau dokter ngizinin, kondisi Felix cukup parah jadi bunda nggak mau ambil resiko, bunda takut Felix kenapa-napa nantinya."

"Iya bunda."

"Oke, kalau gitu bunda coba tanya ke dokter dulu ya," ucap Seungmin yang dibalas anggukan patuh dari sang anak, dalam hati Felix berdoa semoga dokter mengizinkan Felix untuk bertemu dengan Jisung walau hanya sebentar.

Tak lama kemudian Seungmin pun kembali bersama 2 orang perawat yang membawa sebuah kursi roda, setelahnya Felix pun dibantu untuk duduk ke kursi roda tersebut.

"Kata dokter, Felix boleh ketemu Jisung selama setengah jam, setelah itu Felix harus istirahat lagi karena kondisi Felix belum stabil," jelas Seungmin sembari mendorong kursi roda Felix menuju ruang rawat Jisung, Felix yang mendengar hal tersebut pun mengangguk senang.

Setelah melewati lorong yang cukup panjang akhirnya Seungmin beserta Felix sampai ke ruang rawat Jisung.

Terlihat sosok Bangchan yang tengah berdiri didepan ruang rawat Jisung  sembari menatap Felix dingin.

"Kamu bilang kamu mau ke toilet," ucap Bangchan kepada Seungmin.

"Iya, setelah ke toilet aku mampir ke ruangan Felix, kasian Felix sendirian."

"Terus kenapa kamu bawa dia kesini?" Tanya Bangchan dengan suara datarnya.

Felix yang mendengar pertanyaan Bangchan pun hanya bisa menunduk dalam, sementara Seungmin justru tersenyum sembari memegang kedua bahu Felix seperti memberi kekuatan kepada tubuh layu tersebut, "Felix bilang dia pengen ketemu Jisung buat minta maaf."

"Nggak boleh, mending kamu antar lagi dia ke ruangannya."

"Loh? Kenapa nggak boleh?" Tanya Seungmin bingung.

"Min, kamu jangan terlalu baik, dia ini yang udah buat Jisung buta!"

"Kak, apa salah nya izinin Felix ketemu Jisung? Lagi pula maksud Felix kesini baik, Felix mau minta maaf ke Jisung."

"Tapi min-"

"Nggak apa-apa kak," ucap Seungmin kekeh, setelahnya Seungmin pun mendorong kursi roda Felix untuk masuk ke ruangan Jisung.

Terlihat sosok Hyunjin yang tengah menyuapi makan siang Jisung.

"Jisung, ini ada Felix yang pengen ngomong ke kamu," ucap Seungmin sembari mendekatkan kursi roda Felix ke ranjang Jisung.

Jisung yang mendengar nama Felix di sebut pun dengan seketika gelisah.

"Ke-kenapa bunda bawa dia kesini? Dia mau bunuh Jisung bunda!!!" Pekik Jisung histeris hingga Bangchan yang berada diluar pun masuk karena mendengar teriakan darinya.

"Jisung..." ucap Felix lirih.

"Jangan! Maafin Jisung, jangan bunuh Jisung, bunda tolong!!!"

"Apa yang kamu buat hah!" Marah Bangchan kepada Felix, sementara Seungmin dan Hyunjin berusaha menenangkan Jisung yang tengah berteriak histeris.

"Felix-" sebelum berhasil menjawab, Bangchan sudah lebih dulu mendorong kursi Felix keluar ruangan.

"Jangan pernah temui anak saya lagi!" Ucap Bangchan sebelum masuk meninggalkan Felix di luar sendirian.

Felix yang mendapat perlakuan dingin dari sang ayah pun hanya bisa menangis sesegukan sebelum akhirnya seorang perawat datang dan mengantarkan Felix kembali ke ruangannya.
.
.
.
"Kemungkinan besar pasien mengalami trauma akibat kejadian buruk yang ia terima beberapa waktu lalu, oleh sebab itu sebaiknya kita jangan memancing trauma Jisung untuk muncul, lebih baik kita menunggu hingga Jisung lebih tenang dulu, baru setelahnya kita coba bujuk Jisung secara perlahan."

"Tapi trauma ini bisa di sembuhin kan dok?"

"Bisa, setelah Jisung lebih tenang kita bisa melakukan terapi kepada Jisung untuk menghilangkan traumanya."

"Baik dokter, terimakasih banyak," ucap Seungmin sebelum sang dokter berlalu pergi.

"Udah aku bilang kan, sekarang nggak usah lagi kamu bawa dia untuk ketemu dengan Jisung," ucap Bangchan kepada Seungmin.

"Tapi Felix itu anak kamu juga kak."

"Nggak setelah apa yang dia lakuin ke Jisung," sahut Bangchan sembari menatap Seungmin datar.

"Kak! Kamu nggak boleh ngomong kayak gitu, mau gimana pun Felix tetep anak kandung kamu!" Peringat Seungmin kepada Bangchan, sementara Hyunjin hanya bisa terdiam memperhatikan pertengkaran pertama dalam rumah tangga ayahnya bersama Seungmin.

Entah mengapa Hyunjin merasa dejavu, dahulu ketika ayahnya masih bersama bunda Gahyeon, setiap kali bertengkar pasti ada Hyunjin yang menjadi saksi pertengkaran mereka, Sama halnya dengan pertengkaran kali ini.

Hyunjin merasa muak sebenarnya, oleh karena itu Hyunjin pun beranjak meninggalkan kedua orang tuanya yang masih saja asik beradu argumen menuju rooftop.

Ketika sampai di rooftop Hyunjin melihat keberadaan seseorang yang ia kenali.

"Hai," sapa Hyunjin ketika mata keduanya beradu tatap.

Seseorang yang disapa pun tampak bingung sebelum akhirnya bertanya, "kakak kenal Jeongin?"

Aneh, padahal beberapa hari yang lalu pemuda inilah yang pertama datang dan memperkenalkan dirinya, namun Hyunjin tak mau ambil pusing hingga akhirnya ia mengenalkan ulang dirinya.

"Aku Hwang Hyunjin, beberapa hari yang lalu kita pernah bertemu disini dan berkenalan."

"Ohh iya? Maaf ya kak, Jeongin lupa," ucapnya pelan nyaris tak terdengar.

"Kamu ngapain disini sendirian?" Tanya Hyunjin setelah mereka terdiam cukup lama, namun Jeongin hanya diam dengan tatapan kosongnya hingga Hyunjin harus menepuk bahu sempit itu untuk menyadarkannya.

Jeongin yang merasakan tepukan dari Hyunjin di bahunya sedikit terperanjat kaget sebelum akhirnya menoleh dengan raut wajah linglung.

"Hah?"

"Jangan melamun," ucap Hyunjin sembari tersenyum tipis.

"Iya kak, maaf."

"Nggak apa-apa santai aja," sahut Hyunjin kemudian.

"Kak, Jeongin udah dipanggil bunda, Jeongin duluan ya," ucap Jeongin yang membuat Hyunjin bingung, dipanggil apa nya? Perasaan Hyunjin nggak ada denger suara apa-apa tuh, atau Jeongin nggak nyaman dengan Hyunjin makanya dia bohong?

"Biar kakak antar," tawar Hyunjin kepada Jeongin, Jeongin yang mendapat tawaran dari Hyunjin pun mengangguk setuju.

Akhirnya mereka berdua pun berjalan beriringan menuju ruang rawat Jeongin, namun ketika akan sampai Jeongin justru masuk keruang rawat lain dan melakukan hal yang tak bisa Hyunjin mengerti apa alasannya, yaitu diam mematung sembari menatap bingung pasien di dalam ruangan yang ia masuki.

Pasien yang ditatap pun merasa tak nyaman sebelum akhirnya Hyunjin masuk dan menarik tubuh Jeongin untuk keluar setelah mengucapkan kata maaf berulang kali.

"Kamu ngapain sih?" Tanya Hyunjin dengan nada paniknya, namun Jeongin justru tersenyum sebelum menjawab santai.

"Tadi bunda nyuruh Jeongin buat lihat keadaan dia."

Aneh!
Entah mengapa Hyunjin merasakan hal aneh tentang remaja berusia sekitar 15 tahun ini.

Derai (skz)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang