7. Yang Jeongin dan telpon dari bunda

96 9 0
                                    

"Hai, kakak kenapa menangis? Kata ibu ku laki-laki harus kuat." Hyunjin yang sedang menangis pun di buat kaget tatkala seorang laki-laki dengan pakaian pasien datang menghampiri nya.

"Aku ikut duduk ya kak," ucap seseorang itu sembari tersenyum cerah, sedangkan Hyunjin hanya bisa mengangguk sebagai jawaban, terlanjur malu karena menangis sesegukan sendirian.

"Kenalin kak nama ku Yang Jeongin, kalau kakak?"

"Bang Hyunjin," jawab Hyunjin sembari menghapus jejak air mata pada wajah tampan nya.

"Dunia sekejam itu ya kak? Sampai-sampai banyak orang yang sedih," ucap Jeongin sembari memandang hamparan langit biru, Hyunjin yang melihat Jeongin pun ikut beralih memandangi langit.

"Ibu curang, Jeongin sering liat ibu nangis, tapi setiap kali Jeongin nangis ibu malah nggak ngebolehin, ibu bilang laki-laki harus kuat."

"Tapi menurut ku nangis sesekali itu nggak apa-apa, iya kan kak?"

"Iya, kamu benar," Balas Hyunjin sembari menoleh ke arah pemuda bernama Yang Jeongin tersebut, terlihat Jeongin yang tengah tersenyum hingga membuat matanya nyaris tertutup, belum lagi kedua pipinya yang memerah entah kenapa. Itu semua perpaduan yang sangat pas bagi Hyunjin hingga mampu mengingatkan Hyunjin pada adik nya, Felix.

Ngomong-ngomong tentang Felix, Hyunjin jadi ingat, dirinya sudah terlalu lama di sini, ia harus kembali ke ruangan adiknya.

"Maaf Jeongin, saya harus ke ruang rawat adik saya sekarang," ucap Hyunjin sembari berdiri dari posisi duduknya, Jeongin yang melihat pergerakan Hyunjin itu pun menarik ujung baju Hyunjin pelan.

"Kak maaf, tapi kakak bisa bantu antar Jeongin nggak? Jeongin lupa jalan ke ruang rawat Jeongin," Hyunjin yang mendengar hal tersebut pun akhirnya menangguk menyetujui.

Setelah selesai mengantar Jeongin ke ruang rawatnya, Hyunjin dengan segera bergegas kembali ke ruang rawat sang adik.

"Kak Hyunjin!" seru Felix senang, dengan segera Hyunjin menghampiri sang adik tak lupa mengelus surai hitam itu sayang.

"Kakak dari mana aja?" 

"Kakak habis dari rooftop, cari udara segar."

"Felix besok bakal pulang loh kak," ucap Felix sembari menampilkan senyuman cerah nya, senyuman yang sudah jarang Hyunjin ataupun Bangchan lihat setelah perceraiannya dengan Gahyeon.

"Loh, bukan nya Felix harus rawat inap di sini beberapa hari?"

"Felix mau rawat di rumah aja kata nya kak, di sini bau obat," timpal Bangchan, Hyunjin yang mendengar hal itu hanya mengangguk tanda mengerti.
.
.
.
Seperti yang Felix bilang keesokan harinya ia benar-benar pulang ke rumah ditemani Bangchan dan Seungmin, sedangkan Hyunjin dan Jisung harus pergi sekolah.

"Felix ayo makan, bunda buatin bubur," ucap Seungmin sembari menyodorkan satu sendok bubur yang dimaksud, namun bukan membuka mulut untuk menerima suapan Seungmin, Felix justru meraih sendok serta mangkuk yang ada di genggaman Seungmin.

"Felix bisa makan sendiri," ucap nya.

Tentu saja Seungmin kecewa, padahal baru kemarin Seungmin merasa Felix sudah mau menerima kehadiran nya.

Nggak apa-apa Seungmin, ini tandanya kamu harus lebih giat lagi berusaha batin nya kemudian.

"Oke, kalau Felix butuh sesuatu panggil bunda ya, bunda ada di dapur," ucap seungmin sebelum berlalu pergi.

Sesampai nya di dapur, Seungmin dapat melihat keberadaan sang suami yang tengah duduk di meja makan dengan segelas kopi hangat yang Seungmin buat sebelumnya.

"Loh? Udah selesai?" Tanya Bangchan begitu melihat kehadiran sang istri.

"Felix nya mau makan sendiri kak," jawab Seungmin sembari mendudukan dirinya di sebelah sang suami.

"Kakak kira Felix sudah mau terbuka ke kamu dan Jisung."

"Semua nya nggak instan kak, Felix masih butuh waktu. Aku nggak apa-apa kok, pelan-pelan aku yakin Felix bakal nerima kehadiran aku dan Jisung, kakak juga nggak perlu khawatir," ucap Seungmin sembari tersenyum menenangkan.

"Iya, makasih ya Min, kakak beruntung banget bisa punya istri sebaik kamu," ucap Bangchan yang hanya di tanggapi senyum malu oleh Seungmin.

Sementara itu di kamar, Felix tengah menyantap bubur buatan Seungmin, rasa buburnya enak, jauh sekali jika harus dibandingkan dengan bubur buatan Gahyeon yang hambar.

Dering telpon mengalihkan perhatian Felix dari mangkuk bubur yang iya pegang, dengan segera Felix meraih handphone nya yang berada diatas nangkas, di sana tertera bahwa sang penelpon adalah sang bunda alias Gahyeon.

Pikiran Felix melayang, teringat kejadian yang masih membekas erat di kepala nya ketika Gahyeon dengan tega berpura-pura tak mengenalinya di depan sang suami dan anak barunya.

Felix sempat ragu, takut-takut perlakuan tak enak lainnya yang akan ia dapat dari sang bunda, namun perasaan rindu lebih besar menguasai hati Felix, dan tanpa pikir panjang lagi Felix pun mengangkat telpon tersebut.

"Halo"

"I-iya"

"Felix?"

"Iya bunda"

Cukup lama sunyi menemani, sebelum akhirnya Felix menyadari bahwa sang bunda tengah menangis sesegukan di seberang sana.

"Bunda? kenapa nangis?" tanya Felix khawatir.

"Felix, bunda bener-bener minta maaf atas perlakuan bunda kemarin, bunda nggak bermaksud buat pura-pura nggak ngenalin kamu sayang, bunda cuman belum siap buat ketemu kamu ataupun kakak mu setelah perpisahan bunda dengan ayah. Sekarang bunda sadar apa yang bunda lakuin itu salah, bunda bener-bener minta maaf"

"Bunda nggak perlu minta maaf, Felix paham semua ini nggak mudah buat bunda. Udah jangan nangis lagi ya? Felix sakit denger bunda nangis"

"Felix bener-bener mau maafin bunda?"

"Iya bunda, emm kabar bunda gimana? baik?" Ucap Felix berusaha mengalihkan pembicaraan.

Meskipun sempat sakit hati atas perlakuan sang bunda, Felix tetap tak sampai hati jika harus mendengar bunda nya menangis sesegukan sembari minta maaf seperti ini padanya.

"Iya sayang, kalau Felix gimana? udah enakan?"

"Iya bunda, sekarang udah enakan, Felix juga udah di rumah"

"Pasti karna Felix yang nggak mau rawat di rumah sakit kan?"

"Aku kira kamu udah nggak ada muka buat ketemu ataupun telpon anak-anak ku," ucap bangchan begitu berhasil mengambil handphone Felix, sementara itu Felix tengah menatap sang ayah, terlalu kaget atas perbuatan yang ayah nya lakukan tiba-tiba.

"Chan?"

"Aku ingatin ke kamu, nggak perlu kamu telpon ataupun temui anak ku lagi," ucap Bangchan sebelum mematikan sambungan telpon itu kasar.

"Ayah! Kenapa ayah matiin?" marah Felix.

"Felix, ayah nggak suka kamu berhubungan dengan wanita itu lagi, kamu nggak ingat gimana dia udah memperlakukan kamu kemarin?"

"Bunda udah minta maaf yah, Felix juga nggak masalah," ucap Felix yang mampu membuat Bangchan tak habis pikir.

"Huh! Mulai sekarang Handphone mu ayah sita."

"Loh? Yah! Ayah! Balikin handphone Felix," Pekik Felix kepada sang ayah yang telah berlalu meninggalkan kamarnya.

Derai (skz)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang