"Makasih ya kak udah anterin Jeongin."
"Iya sama-sama," ucap Hyunjin sembari tersenyum tipis.
"Mmm, kakak nggak mau mampir dulu?" Tanya Jeongin dengan wajah polosnya.
"Emang boleh?" Tanya Hyunjin balik.
"Boleh dong, justru Jeongin seneng kalau kakak mau mampir, ayo kak masuk," ajak Jeongin sembari berjalan masuk terlebih dahulu.
Setelah masuk, Hyunjin dapat melihat ruang rawat Jeongin yang ternyata sangat berantakan bahkan ada banyak pecahan kaca yang berserakan di lantai.
"Maaf ya kak, ruang rawat Jeongin berantakan, soal nya tadi ada monster," ucap Jeongin dengan raut wajah serius nya yang justru membuat Hyunjin semakin bingung, memangnya Jeongin ini bocah umur 5 tahun yang masih percaya monster apa?
"Kamu disini sendirian aja?" Tanya Hyunjin berusaha mengalihkan pikirannya dari hal-hal aneh, namun salah, jawaban yang Hyunjin terima justru menambah keanehan yang Hyunjin rasa.
"Kakak kok ngomong gitu? Jeongin nggak sendirian, dari tadi kan ada ibu yang temani Jeongin."
Ibu?
Tapi Hyunjin nggak liat siapa-siapa tuh."Dimana? kakak nggak ada liat ibu kamu dari tadi tuh," tutur Hyunjin keheranan sembari berusaha mencari sosok ibu dari pemuda manis bernama Yang Jeongin tersebut.
Tanpa Hyunjin sangka apa yang ia ucapkan dapat membuat Jeongin tersulut emosi.
"Kakak jangan keterlaluan ya!!! Ibu Jeongin sedih dengarnya! Sekarang kakak harus minta maaf sama ibu Jeongin!!!" Perintah Jeongin penuh amarah, sedangkan Hyunjin hanya bisa terdiam heran sebelum kembali berucap yang mana berhasil membuat bocah bernama Yang Jeongin itu semakin marah.
"Iya, tapi ibu kamu dimana? Kakak bener-bener nggak ada liat ibu kamu dari tadi."
"Aghhh! Kenapa kalian jahat ke ibu? Ibu Jeongin itu ada! Jeongin nggak berkhayal! Jeongin nggak gila! kenapa kalian nggak ada yang percaya?" Pekik Jeongin penuh amarah dan bak kesetanan, Jeongin melemparkan barang-barang yang ada di sekitarnya ke arah Hyunjin hingga nyaris mengenainya.
Hyunjin yang kaget akan sikap Jeongin yang berubah secara tiba-tiba tentu saja berusaha menghindar, hingga akhirnya beberapa perawat datang dan menghentikan amukan Jeongin dengan cara menyuntikkan obat penenang.
"Maaf, untuk sementara waktu ini anda tidak bisa bertemu dulu dengan pasien," ujar salah satu perawat mengusir Hyunjin secara halus, Hyunjin yang paham pun akhirnya memilih untuk keluar dari ruang rawat Jeongin dengan bingung yang mengisi kepalanya.
Namun kebingungan Hyunjin harus bertambah tatkala ada seseorang yang datang menghadang jalannya.
"Kamu siapanya Jeongin?" Tanya laki-laki yang baru saja Hyunjin temui tersebut.
"Maaf?" Ucap Hyunjin kebingungan.
"Nama saya Lee Minho, saya ayahnya Jeongin," ungkapnya memperkenalkan diri, melihat reaksi Hyunjin yang hanya diam, ia pun melanjutkan ucapannya.
"Saya lihat tadi kamu sempat ngobrol dengan anak saya, tapi saya belum pernah lihat kamu sebelumnya, dan saya yakin anak saya nggak akan seterbuka itu untuk bicara dengan orang asing," cela nya dengan wajah datar.
"Nama saya Bang Hyunjin, mengenai Jeongin saya cuma sempat berkenalan dan mengobrol sebentar, setelah itu Jeongin bilang dia lupa jalan ke ruang rawatnya jadi saya bantu mengantarkan," jelas Hyunjin berusaha menghilangkan kesalahpahaman yang bisa saja terjadi.
"Kamu kira saya bodoh? Kamu salah satu suruhan keluarga Yoohyeon kan?"
°••••°
Tubuh kurus, bibir pucat, dan juga ekspresi wajah sayu mungkin belum cukup jika harus mendeskripsikan keadaan Felix sekarang, banyak pasang mata yang menatap Felix iba, namun Felix tak mau repot-repot untuk merespon semua tatapan itu, ia terlalu lelah akan hidupnya.
Hembusan lembut dari sang angin menerpa wajah dan helaian rambut Felix, seakan tengah menghibur sang tuan yang melamun karena pikiran dan suasana hati yang buruk.
Namun lamunan Felix buyar tatkala mendengar suara seseorang yang sangat ia kenali, itu suara ayahnya yang ternyata sedang duduk di kursi taman bersama dengan Jisung, mereka tampak bahagia, terlihat dari senyuman tulus yang tak kunjung pergi dari atas bibir keduanya.
"Sus, saya mau disini aja," pinta Felix menghentikan sang perawat yang akan kembali mendorong kursi rodanya.
"Baik, biar saya temani."
"Nggak usah sus, saya mau disini sendirian aja, boleh kan?"
Perawat yang mendengar pertanyaan dari Felix itu pun ragu, kondisi Felix belum cukup baik jika harus ditinggalkan disini sendirian, namun wajah memelas yang Felix tampilkan mampu membuat sang perawat iba, hingga akhirnya mengiyakan permintaan Felix.
"Baik, 1 jam lagi saya akan kembali kesini," ucap sang perawat sebelum akhirnya pergi meninggalkan Felix sendirian dengan kursi rodanya.
Tak banyak yang Felix lakukan setelah kepergian sang perawat, ia hanya duduk diam sembari memperhatikan interaksi antara sang ayah dan juga saudara sambungnya.
Rasa iri menjalar dalam dada Felix, Felix juga ingin mengobrol dan dihibur seperti apa yang ayahnya lakuan pada Jisung, namun Felix harus kembali menelan pil pahit ketika teringat akan hubungannya yang kurang baik dengan sang ayah.
15 menit telah berlalu, Bangchan akhirnya pergi setelah bebincang dengan Jisung, Felix yang melihat hal tersebut pun heran, namun ia tak bisa pergi kesana untuk memastikan apa yang terjadi, ia takut Jisung akan kembali histeris ketika menyadari kehadirannya.
Tiba-tiba terdengar suara asing yang mampu mengagetkan Felix.
"Kakak ngapain disini sendirian?" Tanya nya pada Felix, Felix yang mendengar pertanyaan dari orang aneh itupun hanya bisa diam tak menanggapi, Felix harap orang aneh ini segera pergi dan tak menganggu nya lagi.
"Kenalin nama ku Yang Jeongin, kalau kakak?"
"Bang Felix," ucap Felix sekena nya sembari terus memperhatikan Jisung yang masih duduk dikursi taman sendirian.
Jeongin yang melihat arah pandang Felix pun kembali berucap pelan, "kak Felix mau kenalan sama orang itu ya? Biar Jeongin bantu!" ucap Jeongin sembari mendorong kursi roda Felix mendekati Jisung.
"Jangan! Kalau dia tau aku ada didekat dia, dia bakal ketakutan," ucap Felix sedikit panik.
"Kenapa harus ketakutan? Nggak ada monster disini."
"Ada, aku monsternya, karena kebodohanku dia jadi buta," jawab Felix sendu.
"Tapi kakak kelihatan pengen kesana...."
"Nggak apa-apa, dari sini juga udah cukup buatku."
"Nggak! Kak Felix nggak boleh nyerah! Gimana kalau kakak diam aja? nanti biar Jeongin yang ngomong, jadi kakak itu nggak bakal tau kalau ada kak Felix," seru Jeongin semangat sembari mendorong kursi roda Felix semakin dekat ke arah Jisung untuk kedua kalinya.
Felix yang terkejut pun berusaha untuk menghentikan Jeongin, namun terlambat karena sekarang ia sudah berada tepat di hadapan Jisung, Felix pun memilih diam sesuai dengan apa yang Jeongin perintahkan sebelumnya.
"Halo kak, nama kakak siapa?" Tanya Jeongin dengan cerianya.
"Hmm? Kamu tanya ke aku?" Ucap Jisung memastikan.
"Iya, nama kakak siapa?"
"Nama ku Bang Jisung," jawabnya sembari tersenyum tipis.
"Halo kak Jisung, nama ku Yang Jeongin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Derai (skz)
Non-FictionTentang Felix, mentari yang perlahan kehilangan cahayanya, tergantikan oleh derasnya derai hujan. #Straykids #°••••° Start : 21 mei 2023 Finish : ???