11. Jangan sentuh bunda saya!

65 6 1
                                    

"Felix ini bubur nya, kamu makan ya," ucap Gahyeon sembari meletakkan nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air nya.

"Mmm, Felix boleh minta suap nggak bun? Felix kangen banget disuapin bunda."

"Huh! Felix, kamu mau sampai kapan manja kayak gini? Kamu udah gede loh, bahkan adek kamu aja udah nggak ada lagi tuh minta disuapin sama bunda, padahal umurnya baru 6 tahun."

Mendengar penuturan Gahyeon yang sedikit sarkas membuat Felix hanya bisa menunduk malu, apa permintaannya terlalu kekanakan untuk remaja berusia 16 tahun?

Ahhh! iya benar, 16 tahun itu sudah dewasa, bunda Gahyeon menolak itu pasti karena ingin Felix menjadi seseorang yang mandiri.

Ngomong-ngomong tentang adik, Felix mana mau mengakui bocah perempuan berusia 6 tahun itu adik nya, menurut Felix dirinya tetaplah anak bungsu dari 2 bersaudara.

"Udah kamu habisin ya buburnya, bunda mau ke lantai atas dulu," ucap Gahyeon sebelum meninggalkan Felix sendirian dikamar tamu.

Kecewa, mungkin kata yang paling pas menggambarkan perasaan Felix sekarang, padahal Felix sangat rindu bunda nya.

Kenapa ya hidup Felix bisa berubah sedrastis ini? Padahal dulu Felix sangat bahagia bersama ayah, bunda dan juga kakaknya.

Setiap akhir pekan mereka akan pergi kemanapun tempat yang Felix mau, entah itu taman, pantai bahkan gunung sekalipun.

Ketika Felix Sakit pun sang ayah akan memilih untuk tak berangkat kerja agar bisa menemani Felix, sang bunda akan merawat, memasak bahkan menyuapi Felix sementara sang kakak akan membawakan Felix hadiah setelah pulang dari sekolah.

Tapi sekarang Felix sakit sendirian, tak ada ayah yang menemani, tak ada bunda yang menyuapi ataupun kakak yang akan membawakan hadiah, Felix benci sendirian.

Rasa lelah dan kantuk menyerang Felix, dengan perlahan ia berbaring di kasur asing tersebut setelah menghabiskan bubur buatan sang ibu.

Dengan perlahan mata indah itu terpejam, beristirahat sejenak setelah lelah menangisi hidupnya.

°••••°

"Eughh," lenguh Jisung pelan sembari mencoba membuka kedua matanya perlahan, Seungmin yang menyadari hal itupun langsung memberikan perhatian penuh kepada sang anak.

"Sayang kamu nggak apa-apa?" Tanya Seungmin yang membuat Bangchan dan Hyunjin ikut mengalihkan perhatiannya kepada Jisung.

"Bunda?"

"Iya sayang ini bunda."

"Bunda..."

"Hmmm kenapa sayang? Kepala Jisung sakit?" Tanya Seungmin sembari menggenggam tangan sang anak.

Jisung yang mendengar pertanyaan sang bunda hanya bisa mengangguk pelan, "Iya kepala Jisung sakit, tapi bun kenapa semuanya gelap?" Tanya Jisung yang mampu membuat Seungmin, Bangchan dan Hyunjin serasa tersambar petir di siang bolong.

"Jisung yang tenang ya, kita coba panggil dokter dulu biar tahu secara pasti keadaan Jisung," ucap Bangchan sembari menatap Seungmin yang sudah menangis dalam diamnya.

"Bi...biar Hyunjin yang panggilin," ucap Hyunjin sebelum keluar mencari sang dokter.

Tak berapa lama sang dokterpun datang dan mulai memeriksakan keadaan Jisung, mulai dari detak jantung, tekanan darah dan yang terakhir refleks matanya menggunakan sebuah senter berukuran kecil.

"Seperti yang kita takutkan, pasien mengalami kebutaan total akibat benturan keras di kepalanya," jelas sang dokter.

Jisung yang mendengar penjelasan sang dokter tentu saja kaget, "bu...bunda apa maksud nya? Ini bohong kan? Jisung nggak mungkin buta kan bun?"

"Jisung, bunda minta maaf," ucap Seungmin sembari memeluk anaknya erat.

"Bunda..."

"Jisung ayah bener-bener minta maaf atas apa yang terjadi ke kamu, tapi ayah janji ayah bakal cariin kamu pendonor mata, biar kamu bisa lihat lagi nanti, tapi untuk sekarang Jisung sabar dulu ya, ayah janji akan cari donor mata secepatnya buat kamu," ucap Bangchan sembari mengusap bahu Jisung pelan.

Jisung yang mendengar ucapan Bangchan hanya bisa terdiam, terlalu terkejut akan situasi yang terjadi sekarang, sama hal nya dengan Hyunjin yang hanya bisa berdiri diam di samping ranjang sang adik sambung, namun tak dengan isi kepalanya yang berkecamuk hebat sejak tadi.
.
.
.
Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, namun Jisung dan sang bunda belum juga tidur, sementara Bangchan, dan Hyunjin tengah pergi entah kemana.

"Bunda."

"Iya sayang, Jisung mau sesuatu?" tanya Seungmin yang mendapat gelengan pelan dari sang anak.

"Bunda, Jisung seneng banget bisa punya ayah sebaik dan sebertanggung jawab ayah Chan, karna ayah Chan juga bunda jadi nggak perlu kerja keras lagi kayak dulu."

"Jisung juga seneng karna akhirnya bisa punya kakak dan adik, jadi Jisung nggak ngerasa kesepian lagi deh," ucap Jisung sembari tersenyum tipis.

"Tapi bun, Felix kayaknya nggak suka ya berbagi ayah dan kakak dengan Jisung? Makanya sekarang jadi gini."

°••••°

"Mas, kok pulang nya malem banget?" tanya Gahyeon sembari mengambil tas dari tangan sang suami.

"iya, tadi ada kerjaan mendadak," balasnya.

"Mas mau makan? aku siapin dulu ya."

"Nggak usah aku capek, mau langsung tidur aja."

"Ohh iya, tapi mas aku ada mau bilang sesua-"

"Kamu nggak denger? aku ini lagi capek, mau tidur!" bentak sang suami yang mampu membuat Gahyeon tersentak kaget.

"I-iya mas, maaf," ucap Gahyeon sembari menunduk dalam, sementara sang suami telah melenggang pergi menuju kamar.

Gahyeon yang melihat kepergian sang suami pun hanya bisa menghela nafas lelah, sembari menyusun sepatu kerja sang suami ke raknya.
.
.
.
Pagi telah tiba, saat ini Gahyeon tengah memasak sarapan untuk sang suami.

"Mas ini sarapan nya, nasi goreng kayak yang mas mau," ucap Gahyeon ketika melihat kehadiran sang suami.

"Di dalam panci itu apa?" Gahyeon yang mendengar pertanyaan dari sang suami dengan seketika gelisah.

"Kamu ini kenapa? Punya mulut nggak? Kalau ditanya itu jawab!"

"I-itu sup mas," jawab Gahyeon sembari menautkan jari-jari nya penuh gelisah.

"Buat siapa?"

"I-itu mas, dirumah kita sekarang lagi ada anak aku, jadi-"

"Siapa yang izinin kamu buat bawa anak kamu itu kesini? Hah!"

"Maaf mas, tadi malam aku udah mau bilang ke mas, tapi-"

"Kurang ajar kamu! Bukannya kamu udah janji kalau kamu nggak akan lagi berurusan sama anak ataupun mantan suami kamu itu?"

"I-iya mas, tapi Felix lagi sakit mas, aku nggak tega liat dia."

"Alah nggak usah alasan kamu, sekarang di mana anak kamu itu? Biar aku usir!" Ucap sang suami sembari berjalan memeriksa ruangan di lantai satu rumahnya.

Gahyeon yang melihat sang suami dengan seketika berusaha menghentikannya, "Mas, jangan mas! Biar aku aja, nanti aku bakal-"

"Aghhh berisik kamu!" Teriak sang suami setelah berhasil mendorong tubuh kurus Gahyeon cukup kuat.

Gahyeon yang terjatuh pun hanya bisa meringis pelan, sementara sang suami berjongkok lalu-

PLAK!!!

"Semakin hari semakin kurang ajar kamu ya? Istri kurang ajar kayak kamu ini perlu di kasih pelajaran, biar jera."

"Agh! M-mas lepasin," pinta Gahyeon sembari berusaha melepas cekikan sang suami dari lehernya.

"Ini akibatnya kalau kamu berani ngelawan sama saya," ucap nya pelan sebelum akhirnya terjatuh setelah menerima tendangan kuat dari Felix.

"Jangan sentuh bunda saya!"

Derai (skz)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang