28 | Kepingan Memori

44.8K 3.5K 75
                                    

Airyn berdiri di ujung dekat pembatas rooftop sekolahnya sembari menikmati angin sore yang berhembus menerbangkan beberapa helai rambutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Airyn berdiri di ujung dekat pembatas rooftop sekolahnya sembari menikmati angin sore yang berhembus menerbangkan beberapa helai rambutnya. Ia memandang ke bawah pada lapangan yang mulai sepi. Kebanyakan murid sudah pulang, karena agenda hari ini hanya pembagian raport kenaikan kelas.

Dari belakang, terdengar suara pintu dibuka, menampilkan sosok lelaki yang sedari tadi ditunggunya. Seragamnya sudah tidak rapih lagi, rambutnya berantakan dan wajahnya tampak kelelahan.

Langkah kaki Rashen bergerak cepat mendekati Airyn. Dalam sekali sentakan, gadis itu sudah berada di dalam dekapannya.

"Sorry Ay, gue ketiduran di UKS."

"Kamu sakit?" tanya Airyn sedikit cemas. Selama berpacaran keduanya sangat jarang melakukan skinship. Ini juga baru kedua kalinya Rashen memeluk Airyn. Tentu saja Airyn merasa aneh namun tidak dapat mencegah jantungnya yang berdetak kencang.

Lelaki itu menggeleng, "Enggak. Mau ngomong apa di sini?" Rashen memundurkan kepalanya namun tidak melepaskan pelukannya.

Airyn memandang wajah tampan lelaki itu. Ia masih ingat bagaimana Rashen menyatakan perasaan padanya sekitar lima bulan yang lalu. Kala itu Airyn tak paham apa yang dilihat lelaki itu pada dirinya. Jelas banyak perempuan yang lebih baik darinya diluaran sana.

"Rashen, ayo putus. Kali ini beneran. Aku mau kita putus." Ada perasaan aneh saat ia mengucapkan kalimat itu. Walau ini bukan yang pertama, Airyn yakin ini adalah akhirnya.

"Enggak, kita gak bakal putus."

Tak ada raut terkejut di wajah lelaki itu. Ia malah terbilang santai seakan sudah menduganya. Mungkin Airyn terlalu sering minta putus sehingga lelaki itu menganggapnya enteng.

"Aku serius Rashen. Kita harus putus. Apapun penolakan kamu, aku bakal tetap anggap kita udah putus," ucapnya.

"Kenapa harus putus? Kalo cuma satu pihak yang mau, itu gak sah. Kita tetep pacaran." Rashen tak habis pikir. Kenapa putus seakan menjadi hal wajib yang harus keduanya penuhi.

"Kamu juga udah gak peduli lagi sama aku, buat apa sih kita terusin? Aku capek, Shen. Mending kamu sama Alesha aja." Airyn sedikit mendorong Rashen menjauh membuat pelukan mereka terlepas.

"Karna Alesha lagi? Kalau begitu mulai sekarang gue bakal jauhin Alesha."

"Jangan!" Rashen tersentak. Ini pertama kali ia mendengar teriakan Airyn sampai sebegitunya. "M-maksud aku, kamu gak perlu maksain diri buat jauhin Alesha. Disini posisi aku yang salah. Aku yang gak diharapkan di hubungan kalian, jadi lebih baik aku yang pergi."

"Lo ngomong apa sih, Ay?"

Airyn mengambil kedua tangan Rashen. Tetesan air mata perlahan mengalir membasahi pipinya. "Please, Shen. Ayo putus. Aku mau kamu bahagia walau bukan sama aku."

Kening Rashen berkerut tak habis pikir. Apa gadis itu terlalu terluka sampai begitu enggan bersamanya. Tapi Rashen tidak bisa mengalah. Ia juga keukeh tak akan melepaskan Airyn.

Potential Antagonist [Reinkarnasi-Transmigrasi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang