بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Bukan pemilih. Namun mencari pasangan yang takut dan patuh terhadap perintah Allah itu memanglah perlu. Setidaknya, carilah ia yang berusaha menghindari maksiat sebelum menikah seperti berpacaran. Karena jika seseorang sudah terbiasa berani melanggar perintah Allah sebelum menikah dengan menjalin hubungan haram dengan seorang lawan jenis. Maka tidak ada jaminan bahwa ia tidak akan melakukan hal yang sama lagi setelah menikah. Terkecuali bagi mereka orang-orang yang sudah bertaubat.
-Happy reading!-
☪️☪️☪️
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُوا۟ خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا۟ بِٱلْأَلْقَٰبِ ۖ بِئْسَ ٱلِٱسْمُ ٱلْفُسُوقُ بَعْدَ ٱلْإِيمَٰنِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ
"Shadaqallahul 'adziim ..."
"Maa syaa Allah, lantunan ayat suci Al-Quran kamu bagus banget, Zai. Merdu," puji Nabila.
Mendengar itu, kepala Zainab yang semula menunduk menatap mushaf perlahan terangkat. Ia menoleh. Mendapati Nabila yang tiba-tiba sudah duduk di sampingnya sembari berdecak kagum.
Perempuan berbulu mata lentik menyahut. "Alhamdulillah. Terima kasih, Kak."
"Sama-sama." Nabila mengulas senyum. Lalu kian mendekatkan kursi kayu yang tengah ia duduki agar bisa berbincang lebih nyaman dengan Zainab.
Kebetulan, kafe saat ini sedang sepi. Para pengunjung sebelumnya juga sudah pulang. Keadaan di sekitarpun masih nampak rapi. Alhasil, ia beristirahat dulu di ruang depan menemani Zainab yang tengah menunggui meja kasir untuk menggantikan Karin yang tengah istirahat melaksanakan salat ashar.
Karyawan kafe yang lain pun juga sama tengah beristirahat di belakang sana. Jika sedang tidak ada kegiatan melayani pengunjung, mereka memang sudah terbiasa bersantai atas izin dari si pemilik kafe. Dengan catatan, kebersihan serta kenyamanan di wilayah cafe harus tetap terpantau dengan baik di setiap sudut ruangan.
Nabila berdehem. Demi menghempaskan rasa bosan. Sembari menopang dagu di atas meja, ia melirik Zainab lalu berkata.
"Aku kalo lagi baca Al-Quran suka sambil lihat terjemahannya lho, Zai. Jadi tau deh apa maksud dari ayat yang lagi aku baca saat itu. Kamu gitu juga nggak?" tanyanya membuat Zainab seketika mengangguk antusias.
"Iya dong, Kak. Kalo nggak lihat terjemah, mana bisa aku paham sama arti dari surat yang lagi aku baca saat ini."
Keduanya lantas kompak terkekeh.
Lalu Nabila kembali bertanya. "Terus, terjemahan dari ayat yang kamu baca tadi itu apa?"
Tanpa membuka kembali mushaf yang sudah ditutup, Zainab mulai menerangkan. "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim."
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamu'alaikum, Islam
SpiritualLahir dan tumbuh di keluarga minim agama membuat Zainab kerap diasingkan oleh keluarga sendiri. Dianggap terlalu fanatik hanya karena berpegang teguh pada syariat islam. Hingga suatu hari, lewat sebuah kejadian tak terduga, ia bertemu dengan laki-la...