AI-39. Tentang Dia

87 14 1
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

"Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (Q.S Al-Baqarah : 186)

~Assalamu'alaikum, Islam~

-Happy reading!-

☪️☪️☪️

"Bu, ayat yang Ibu baca tadi membuat hati aku menjadi tenang. Aku boleh meminta Ibu untuk membacakannya sekali lagi?" pinta Arzan.

Fatin langsung mengernyit. Dia masih tidak mengerti apa maksud dari putranya. Wanita yang masih memakai mukena kembali duduk di atas sajadah berhadapan dengan Arzan.

"Kamu mau Ibu bacakan apa, Nak?"

"Ayat suci Al-Quran tadi. Saat Ibu membacanya, diam-diam aku mendengarkannya di luar."

"Maa syaa Allah."

Mata Fatin langsung memanas. Dadanya bergejolak saat tahu diam-diam putranya mendengarkan ia saat bertadarus.

Dan saat dipintai untuk mengulangi bacaannya, tentu saja dia tidak akan menolak.
Al-Quran yang sudah disimpannya tadi kembali ia bawa. Lalu diletakkan di atas pangkuan untuk dibacanya di hadapan Arzan yang sudah siap mendengarkan.

Sebelum itu, sebuah doa tergumam dalam hati.

Ya Allah, Ya Muqallibal Quluub. Sebagaimana Engkau telah menggenggam hati-hati hamba-Mu yang lain, maka genggamlah hati putra hamba juga. Lembutkan hatinya agar bisa tersentuh dengan bacaan dari kalam-Mu. Berikan dia hidayah. Jadikan dia orang-orang beruntung yang bisa beriman kepada-Mu.

Lalu setelahnya, dengan penuh kekhusyukan, Fatin memulai bacaan.

"Bismillaahirrahmaanirrahiim."

طٰهٰ​ ۚ‏( ١)

مَاۤ اَنۡزَلۡـنَا عَلَيۡكَ الۡـقُرۡاٰنَ لِتَشۡقٰٓى ۙ‏( ٢)

اِلَّا تَذۡكِرَةً لِّمَنۡ يَّخۡشٰى ۙ‏( ٣)

Seiring dengan dibacakan kembali surat thaha oleh Fatin, Arzan mendengarkannya dengan seksama. Penuh perhatian diiringi senyum takjub di bibir.

Suara Ibunya benar-benar Indah. Meskipun ia tidak mengerti dengan bahasa arab itu, akan tetapi mendengar apa yang dilantunkannya sungguh mampu membuatnya ikut terhanyut.

Begitu sudah mencapai ayat 20, Fatin menutupnya.

"Shadaqallahul'adziim."

"Suara Ibu benar-benar menenangkan."

Fatin tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca. Tangannya terangkat untuk mengusap pipi Arzan dengan lembut. "Terima kasih banyak, Nak."

"Sama-sama, Bu." Arzan lalu berdeham. Ada satu keinginan lagi yang ingin ia ungkapkan pada Ibunya. Dan semoga saja hal tersebut tidak akan merepotkan Fatin.

"Ibu, aku ingin tahu arti dari ayat yang Ibu baca tadi. Boleh?"

Meskipun sempat sedikit terkejut, dengan segera wanita berhidung bangir mengangguk menyahuti. "Boleh. Tapi ini bukan Al-Quran terjemah, Nak. Tunggu ya, Ibu bawa Al-Quran Tafsir dulu."

Assalamu'alaikum, IslamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang