بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
"How beautiful islam? Bahkan penyesalanmu terhadap dosa pun Allah berikan pahala."
~Assalamu'alaikum, Islam~
-Happy reading!-
☪️☪️☪️
Lantunan ayat suci Al-Quran menggema dengan merdu di kamar sederhana yang cat dindingnya sudah terlihat usang. Turut meramaikan malam yang sudah riuh akibat derasnya rinai hujan yang berjatuhan ke bumi sejak satu jam yang lalu.
Tak terusik dengan suasana mencekam yang disertai kilatan petir, di sudut kamar, perempuan yang memakai mukena warna putih masih menundukkan kepalanya dengan khusyuk. Memfokuskan pandangan pada ayat Al-Quran yang dibaca. Bacaannya terdengar tartil.
۞ قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
"Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang."
Membaca arti dari salah satu ayat suci Al-Quran tepatnya surat Az-Zumar ayat 53 membuat Zainab langsung merenung.
Di sini sudah dijelaskan. Bahwa sebanyak apapun dosa yang diperbuat oleh seorang hamba, maka Rabb yang Maha Pengampun akan mengampuni semuanya.
Asal dia mau bertaubat.
Namun sering kali manusia terdoktrin oleh bisikan syaitan. Mereka berputus asa dari Rahmat Allah. Enggan untuk memperbaiki kesalahan. Karena beranggapan bahwa maksiat yang sudah diperbuat akan menjauhkannya dari sang Ilahi Rabbi. Padahal sudah jelas, bahwasannya Allah lebih mencintai pelaku maksiat yang bertaubat daripada orang salih yang tidak pernah mengaku salah.
Hendak melanjutkan pada ayat berikutnya, terdengar suara pintu kamarnya diketuk seseorang dari luar. Usai menyimpan mushaf di tempat yang lebih tinggi, tanpa menanggalkan mukena, Zainab membuka pintu.
Ternyata di luar sana ada Windi.
"Kenapa, Kak?" tanya Zainab seraya memperhatikan wajah Windi yang terlihat sendu. Mata yang biasa terlihat tajam nampak berair. Diiringi dengan suaranya yang terdengar lirih.
Windi berkata. "Kakak mau minta maaf."
Kerutan di dahi Zainab pertanda ia tidak mengerti terlihat begitu kentara.
Kakaknya itu ingin minta maaf?
Untuk?
"Kakak selama ini sering jahat sama kamu, ya, Zai? Kakak sering membuat kamu berada dalam keadaan sulit?"
"Kak ..."
"Kakak bukan Kakak yang baik. Entah untuk Indah maupun untuk kamu. Peran Kakak benar-benar nggak ada buat kalian. Bukannya melindungi, Kakak justru selalu menyusahkan seluruh penghuni rumah ini. Hidup Kakak benar-benar nggak ada gunanya, Zai. Kamu juga pasti setuju kan dengan apa yang Kakak pikirkan ini?"
"Kak Windi Kenapa? Kakak nggak boleh ngomong kayak gitu."
Zainab menggenggam kedua tangan Kakaknya dengan khawatir. Tidak biasanya Windi merendahkan diri sendiri sampai sebegitunya. Terlebih mengatakan hidupnya tidak berguna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamu'alaikum, Islam
EspiritualLahir dan tumbuh di keluarga minim agama membuat Zainab kerap diasingkan oleh keluarga sendiri. Dianggap terlalu fanatik hanya karena berpegang teguh pada syariat islam. Hingga suatu hari, lewat sebuah kejadian tak terduga, ia bertemu dengan laki-la...