AI-2. Pertemuan Kedua

235 31 3
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

"Strategi dakwah itu luas. Tidak serta merta harus selalu tersuarakan lewat rangkaian kata. Karena bisa jadi, seseorang tertarik dengan islam lewat indahnya perangai seorang muslim yang mampu tersensor oleh mata ataupun rasa. Dan dari sanalah hidayah itu datang. Ingin menyelami segala sesuatu tentang islam lebih dalam."

~Assalamu'alaikum, Islam~

-Happy reading!-

☪️☪️☪️

Langkah bertempo sedang yang tengah menuruni undakan anak tangga dari teras gereja seketika terhenti. Dering ponsel yang semula diabaikan, akhirnya membuat Arzan mengalah untuk mengangkatnya saat tahu siapa yang menelepon.

Sembari mendekati mobilnya yang terparkir di dekat gerbang masuk, ia mendekatkan ponsel bercase salah satu tokoh Avengers favoritnya ke cuping telinga. Mata terbalut kacamata hitam nampak mengitar ke sekeliling gereja yang sudah mulai jauh dari keramaian.

"Hallo, Vi?"

"Arzannn, kenapa dari tadi teleponnya baru kamu angkat sekarang, ih?"

Suara gemulai dari teman kecilnya membuat Arzan menghela napas sembari mengoreki kupingnya yang terasa geli. Ekspresi kesal diiringi bibir yang mengerucut saat temannya berbicara langsung terbayang.

Setelah memasuki mobil, Arzan kembali menyahuti pertanyaan dari Viona sebelumnya. "Saya baru selesai beribadah, Vi."

"Eum, udah beres? Kalo udah, tolong jemput aku ya, Ar. Kamu temenin aku buat belanja bulanan. Bisa, kan, Ar?"

"Asal nggak makan waktu seharian aja kayak kemarin-kemarin."

"Janji deh, hari ini cuma sampe sore aja ngabisin waktu bareng kamunya. Bisa ya, Ar. Please ..."

"Hm. Dalam waktu lima menit lagi saya akan sampai di sana."

"Oke. I can't wait to meet you soon, Ar. Bye!"

"Hm."

Setelahnya telepon terputus.

Arzan meletakkan ponselnya di atas dashboard. Memasangkan sabuk pengaman, kemudian melesat pergi ke jalan raya yang lengang untuk menjemput Viona.

Jarak dari gereja ke rumah sang sahabat hanya berkisar 4 kilometer. Membutuhkan waktu sekitar lima menit untuk merubah mobil yang semula diisi oleh satu orang manusia kini berganti ramainya kala ditempati oleh dua orang lawan jenis.

Viona duduk di kursi depan samping Arzan seraya mulai bercerita tentang banyak hal.

Sembari menyetir, Arzan sesekali menyauti. Lalu usai melaju sekitar satu kilometer, Arzan kembali memberhentikan mobilnya di kafe langganan saat suara gemuruh dari perutnya terdengar minta diisi.

Laki-laki berambut hitam kecoklatan itu merasa lapar.

Dan baiknya Viona, perempuan itu paham. Ia menemani Arzan masuk ke dalam cafe. Lalu duduk di sebuah meja yang terletak di sudut ruangan dekat kaca. Spot favorit bagi setiap pengunjung di mana kenyamanan bisa didapat karena bisa mengedarkan pandangan dengan bebas ke segala penjuru arah.

Sembari menunggu pesanan kentang gorengnya siap disajikan, tiba-tiba perhatian Arzan terpusat pada seorang waitress berbaju muslim warna peach dan memakai kerudung segi empat warna putih tulang. Ia tengah mengantarkan pesanan pada meja di sampingnya yang dihuni oleh dua orang laki-laki dewasa.

Assalamu'alaikum, IslamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang