AI-27. Sebuah Fakta Yang Disembunyikan

90 13 4
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

"Allah yang Maha Esa tidak akan kehilangan sedikitpun ke-Esa-annya hanya karena makhluk ciptaan-Nya yang menjauh atau bahkan berhenti untuk menyembah-Nya. Dia tetap menjadi Rabb Yang Maha Agung. Namun mereka yang Dia ciptakanlah yang harusnya merasa getir, khawatir, dan takut. Karena dengan berani menjauh dan keluar dari fungsional untuk apa dirinya diciptakan, maka dia telah melakukan hal yang bukan hanya bisa menyengsarakannya di dunia, melainkan juga di akhirat."

~Assalamu'alaikum, Islam~

-Happy reading!-

☪️☪️☪️

"Pi, hari ini jadwal grand opening perumahan yang ada di Ujung Berung. Papi datang, ya," beritahu Arzan pada Ayahnya.

Edwin tidak langsung menjawab. Dia menghabiskan terlebih dahulu makanan yang sebelumnya tengah dikunyah.

Matanya lalu melirik pemuda yang duduk berhadapan dengan Rowena. "Sepertinya Papi tidak bisa hadir, kamu wakilkan saja ya, Ar."

"Oke, Pi."

Arzan menyahut dengan semangat. Ada kebahagiaan tersendiri di hatinya saat sang Ayah meminta agar tugas ini diwakilkan olehnya. Karena hari ini, ia sudah berniat untuk mengunjungi Kafe Malataya setelah pulang dari sana.

Karena meskipun ia dan Zainab sudah jarang bertatap muka, akan tetapi berhubung dalam sosial media mereka berteman, alhasil beberapa hal tentang Zainab masih bisa Arzan ketahui. Tentunya melalui status.

Dan semalam Zainab sempat mengunggah sebuah foto yang berisi quotes "How beautiful islam? Saat kamu mendoakan kebaikan untuk seseorang tanpa ia ketahui, maka sebagai gantinya, malaikat akan balas mendoakanmu.

Dan Arzan ingin tahu maksud dari kalimat tersebut. Namun sengaja ia tidak menanyakannya lewat chat, ia ingin berbicara panjang lebar bersama Zainab secara langsung.

Dan sepertinya, bendera putih harus segera dikibarkan. Karena nyatanya, ia tidak bisa menahan diri untuk menjauh dari perempuan itu lebih lama.

Kegiatan sarapan pagi sudah selesai. Arzan lekas meninggalkan ruang makan untuk kembali ke kamar membawa ponsel. Sedangkan kedua Kakaknya sudah berangkat sejak beberapa menit sebelumnya. Tersisalah Edwin dan Rowena di meja makan.

Rowena bertanya. "Kenapa kamu menolak untuk menghadiri acara Grand Opening, Pi? Padahal itu acara penting," herannya.

Pandangan Edwin langsung terarah pada sang istri. Dia menyahut spontan. "Ada yang lebih penting dari itu. Saya ingin bertemu dengan Ibu kandungnya Arzan."

"Apa?"

Mata Rowena langsung menajam. Mendengar alasan yang diungkapkan oleh suaminya sungguh membuat amarah wanita itu memuncak.

Namun untung saja Edwin langsung menenangkannya dengan mengusap punggung tangan Rowena yang diletakkan di atas meja. Dia berkata dengan lembut.

"Kamu jangan salah paham. Saya tidak mempunyai tujuan khusus untuk bertemu dengannya selain untuk meminta dia pergi dari Kota ini. Terutama menjauh dari Arzan. Saya tidak ingin dia merusak kehidupan bahagia kita. Kamu jangan salah paham, Rowena."

Mendengar jawaban meyakinkan dari suaminya membuat hati Rowena sedikit tenang. Dia berusaha menepikan segala takut termasuk adanya sebuah pemikiran yang seakan menyudutkan bahwa sang suami akan kembali ke pelukan mantan istri. Hal yang seakan mustahil terjadi.

Assalamu'alaikum, IslamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang