Chapter 5

208 35 0
                                        

Cerita ini hanya fiksi, murni dari otak halu Author. Cerita ini mengandung unsur kekerasan dan pembunuhan, tidak diperkenankan untuk yang masih dibawah umur. Harap bijak dalam membaca.

Soo, Enjoy with my new story.

Soo, Enjoy with my new story

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_o0o_

Beberapa jam sebelum Kryztal menemukan Angkasa tergantung...

Angkasa terus berjalan kesana kemari dengan gelisah, ia mengigit jarinya seraya menatap ke arah luar jendela.

Yang ia dapati hanya pemandangan halaman belakang yang penuh kabut, selebihnya adalah hutan dengan pepohonan besar yang menjulang.

Terkadang ia berfikir, apa motivasi pembangunan sekolah yang jauh dari pemukiman warga dan berada di dekat hutan.

Angkasa mengusap kasar wajahnya, "Sial, sial, sial," umpatnya.

Hari makin gelap, membuatnya khawatir pada seseorang. Ia tadinya berencana untuk mencari Kryztal, wanita yang sangat ia sukai.

Ia tau jika Kryztal sangat takut pada kegelapan, ditambah ia melihat Kryztal keluar dari Aula. Ia terpikir apakah Kryztal terkunci di toilet?

Angkasa menggeleng, "Gak! Pintu Wc kan gak pake akses," gumamnya.

Otaknya kembali berpikir, apakah Kryztal terjebak di suatu ruangan dengan seorang pria?

Angkasa reflek memukul meja, "Shit" umpatnya, Angkasa benar benar dibuat frustasi karena otaknya sendiri.

Ia terduduk di balik meja membelakangi pintu, ia hanya bisa pasrah sambil menunggu teman temannya.

Hingga beberapa menit terduduk dengan mata terpejam, ia tersontak saat mendengar suara pintu tergeser.

Meski terkadang konyol, Angkasa bukan orang yang gegabah, tangannya meraih gunting yang ada di atas meja.

Ia mengintip dari bawah meja, Angkasa mengernyitkan keningnya merasa heran.

"Perasaan di sekolah gak ada Ekskul sepeda," batin Angkasa, ia heran melihat seseorang yang sedang mengenakan sepatu mountain Cleat di sekolah. Sepatu yang tidak meninggalkan jejak sama sekali.

Kaki itu perlahan maju ke arah Angkasa, membuatnya segera berjalan lutut ke sisi kanan meja.

Angkasa lebih melengket ke sisi meja, ia mendengar ketukan jari dari atas meja.

Tubuhnya mulai menegang.

Ia mendongak dengan reflek yang bagus, menangkis tangan yang menggenggam sebilah pisau yang tadinya siap menancap kepalanya.

Tangannya menarik kepala orang itu, membuatnya terhempas ke depan.

Angkasa segera berlari menuju pintu, namun orang itu juga dengan sigap berlari ingin menghalau nya.

THE EXTRACURRICULER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang