𝐃𝐄𝐋𝐀𝐏𝐀𝐍

100 10 0
                                    

"Rean, Dita! Bangun, udah siang loh ini!"

Teriakan itu membuat Pramidita terlonjak dan segera membuka matanya.

"Abang! Bangun, ih!" Diguncangkannya tubuh sang kakak dengan kasar.

Reandra bangun dengan muka bantal. "Hah? Jam ber–" Matanya membulat kala melihat jam yang telah menunjukkan pukul 06.50.

Pramidita bersiap untuk pergi ke sekolah dengan tergesa-gesa. Sama halnya dengan Reandra, cowok yang kini berada di perguruan tinggi itu punya kelas pagi hari ini.

Pagi-pagi, suara kakak beradik itu menggelegar seantero rumah.

"Mama, kaos kaki Dita yang sebelah kanan di mana?!" teriak Pramidita.

"Di laci bawah meja belajar! Makanya, jangan ditaruh sembarangan," seloroh Citraleka.

Teriakan Reandra menyusul. "Ma! Kok jaketnya Rean yang kemarin hilang."

"Mama gantung di belakang pintu!" sahut Citraleka.

Pramidita bertambah kepalang panik saat menerima pesan dari guru fisikanya.

Pak Dharma

:: Tugas pribadi kamu saya tunggu di ruangan saya.

:: Kumpulkan sebelum bel masuk.

🏹🌙🏹

Sebuah gerbang hitam besar telah tertutup setengah. Dengan sekuat tenaga, Pramidita bergerak cepat untuk masuk. Nafasnya ngos-ngosan dan keringat sudah bercucuran.

"Pak–" Nafasnya tersendat. "Saya belum telat, kan?" tanya Pramidita.

Pak Satpam terkekeh, "Belum, sih. Tapi kalau kamu datangnya tiga menit lagi mungkin udah telat."

"Jadi tiga menit lagi bel masuk bakalan bunyi?!" kaget Pramidita.

Pak Satpam mengangguk pelan. "Buruan masuk. Nanti telat beneran, loh."

Gadis cantik dengan tubuh mungilnya yang dibalut seragam sekolah itu berlarian di lorong sebab dikejar waktu. Telat, dirinya telat!

"Dita!" Seseorang menyerukan namanya, namun cewek itu tetap berlari sambil membawa buku di tangannya.

Sampai di depan sebuah ruangan, Pramidita membuka pintu dengan kasar dan tanpa permisi.

Di sana, seorang lelaki berkacamata menggeleng pelan, "Kalau masuk itu permisi dulu, Dita."

"Oh, ya sudah! Diulang, deh!" Pramidita keluar lagi dan menutup pintu. Tak berselang lama, suara pintu diketuk terdengar.

"Permisi." Suara cewek itu turut terdengar.

Dharma menyahut, "Masuk."

Dengan itu, Pramidita masuk kembali. Langsung duduk di kursi yang terdapat di depan meja gurunya dan menaruh buku tugasnya dengan kasar.

"Terlambat dua menit, tidak saya terima," ujar Dharma.

"Apa-apaan? Yang penting kan udah ngumpulin, Pak!" protes Pramidita.

"Berhenti teriak-teriak, atau nilai kamu C di pelajaran saya dan saya beneran tidak menerima tugas kamu," tegas Dharma.

Pramidita sontak menutup mulutnya. Mengamati paras calon suaminya yang tengah memeriksa hasil pekerjaannya.

Pramidita mengakui, guru fisikanya ini memiliki paras bak malaikat, tapi sifatnya itu loh ...

"Kayak setan," batin Pramidita berbicara.

𝐄𝐭𝐞𝐫𝐧𝐢𝐭𝐲 [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang