𝐄𝐍𝐀𝐌 𝐁𝐄𝐋𝐀𝐒

107 9 0
                                    

Dalam perwujudan apapun dirimu. Lemah dalam teduhnya hati dan safir jinggamu ialah bak susunan not yang bercumbu, lebih romantis daripada seluruh melodi di alam semesta.

Terima kasih telah diletakkan di tangan mungilku kesempatan untuk menyimpanmu bagai gulungan film yang selamanya akan tersimpan rapi dalam satu laci khusus di hati.

Hebatnya badai, keringnya sumur, atau hancurnya syaraf tubuhku, izinkan sukma ini memilih untuk jatuh hati padamu sejuta kali banyaknya.

- Dari Pramidita untuk Dharma.

🏹🌙🏹

"Selamat ulang tahun," ucap Dharma tiba-tiba.

Pramidita melongo kala Dharma berdiri di ambang pintu, memegang dua kotak Oreo strawberry kesukaan Pramidita. Nyawanya sehabis tidur siang bahkan belum terkumpul sepenuhnya.

Malu. Satu kata itulah yang saat ini menyelimuti Pramidita. Gadis yang biasanya berpenampilan cantik dan fashionable, kini menampilkan penampilan super kacau baru bangun tidur.

Memang benar, hari ini Pramidita berulang tahun untuk yang kesembilan belas kalinya. Tapi masa alasan Dharma muncul di sini tiba-tiba hanya itu?

"Kamu keren." Dharma mengacungkan jempol dengan tangan kanan sambil tersenyum sarkastik.

Pramidita memalingkan wajah. "Dih, apaan? Ngapain Mas Dharma tiba-tiba ke sini?"

"Kamu lupa? Katanya mau cari cincin tunangan? Mau fitting baju juga?" Calon suami Pramidita itu mengerutkan dahi.

Sedangkan yang ditanyai juga ikut mengerutkan dahi. Satu detik, dua detik ..., sampai lima detik mereka saling tatap dengan kerutan di wajah masing-masing.

"Oh ...." Pramidita diam sejenak, menguap. "Emang cincinnya belum ada?"

Untuk beberapa waktu, Dharma tidak mengatakan apa-apa. Lelaki itu hanya menatap Pramidita dengan senyuman yang sulit diterjemahkan. Tapi pada akhirnya, Dharma mengangguk.

Pramidita mengeluh, "Dita, tuh, males keluar."

Mendengar keluhan gadisnya, Dharma menyerahkan dua kotak Oreo strawberry yang dibawanya tadi.

"Buat apa?" Pramidita mengangkat alisnya.

Dharma menaruh tumpukan kotak Oreo tadi di atas kepala Pramidita. Segara saja, kotak-kotak itu berjatuhan sebab Pramidita belum sempat menangkapnya.

"Jaga-jaga kalau kamu tidak mau ikut." Dharma mendorong tubuh Pramidita ke depan kamar mandi. "Sudah sana, mandi dan dandan yang cantik."

Pramidita berdecak kesal. Mau tidak mau dirinya harus menuruti ajakan Dharma.

Mereka berdua berangkat saat keduanya siap. Tujuan pertama mereka adalah mencari cincin untuk pertunangan.

Apa kalian tahu cincin apa yang dipilih Dharma untuk pertunangan? Tidak main-main, Dharma membeli sepasang cincin berlian putih dengan kristal yang benar-benar bersinar.

Setelah mendapat cincin yang sesuai selera hati, kini mereka pergi ke butik untuk fitting baju.

"Kita ukur dulu, ya, Mas." Salah satu karyawati di sana mengerling genit seraya melingkarkan meteran di tubuh Dharma. Beberapa kalia dia menyandarkan kepalanya di dada tegap Dharma. Karyawati itu cekikikan geli kesenangan.

𝐄𝐭𝐞𝐫𝐧𝐢𝐭𝐲 [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang