diaries [ six ]

106 16 0
                                    

"ASSALLAMUALAIKUM TANTE IRENE, TEMAN-TEMAN JENO YANG GANTENG DATENG NIH" Teriak soobin di depan pintu rumah Jeno. Akibat perbincangan singkat di rumah Renjun, mereka langsung menuju rumah Jeno.

Karena tidak ada tanggapan dari dalam rumah, pikiran random sunwoo pun berguna dengan keras. Ia melontarkan ide gila kepada ke tiga teman-temannya.

"Manjat aja, ke jendela Jeno. Jeno kan gak pernah ngunci jendelanya" Seru Sunwoo dengan sangat antusias

Renjun langsung mendelik akan ide sunwoo yang gila itu. Jaemin malah mengangguk semangat, ia langsung mencari tangga di belakang rumah Jeno.

Setelah menemukan tangga ia langsung menaruh tangga itu di dinding yang akan menghubungan dengan jendela kamar Jeno.
Ketiga temannya masih melihat aktivitas yang Jaemin lakukan itu. Setelah merasa pas posisi tangganya, ia langsung menaiki tangga itu. Sedangkan teman-temannya hanya menatap bingung.

"Woi, gue udah sampe dalem nih. CEPET NAIK" Teriak Jaemin setelah membuka jendela Jeno yang memang tidak terkunci itu. Ia melambaikan tangannya ke arah tiga temannya.

Soobin yang menganga tidak percaya itu meloncat senang "GUE DULU GUE DULU YANG NAIK" Soobin mendahului mereka dan mulai menaiki satu persatu anak tangga.

Sunwoo yang melihat itu pun ikut naik menggunakan tangga, ya sepertinya mereka cukup nekat. Semoga tidak ada yang melihatnya melakukan aksi pembobolan kamar Jeno, bisa-bisanya mereka kena tuduh maling.

"Renjun. Ayo naik, gue merasa kayak detektif tauu" Seru Sunwoo setelah sampai di kamar Jeno.

Renjun menghela nafasnya lelah, terpaksa ia menaiki anak tangga satu persatu.

Setelah ke empat remaja itu masuk ke dalam kamar Jeno, mereka melihat sekeliling kamar Jeno. Terakhir mereka ke kamar ini satu bulan yang lalu, setelahnya mereka sudah jarang berkumpul bersama.

Kamar itu bercat biru dan plafonnya di lukis luar angkasa, banyak lukisan di kamar Jeno, lukisan itu hasil karya Renjun yang dahulu setiap malam selalu melarikan diri ke kamar Jeno jika bosan. Hanya untuk melukis.

Mereka berjalan mendekati meja belajar Jeno. Tetapi mereka tidak melihat hal apapun, mana buku yang Jeno katakan?

"Coba lo cari buku terus buka halaman 145" Perintah Renjun

Sunwoo menggeleng "Buku segini banyak?" Tanyanya, saat melihat tumpukan buku di samping meja belajar.

Buku Jeno ini sangat banyak sampai 90% isi kamarnya ada buku-buku, ada buku di lemarinya yang tertata rapi, dan ada yang berantakan di samping meja belajarnya.

Tetapi yang katanya ada buku di meja belajarnya itu bohong. Di sana tidak ada buku apapun.

Renjun mengamati kamar Jeno dan mencari kira-kira buku mana yang berisi petunjuk itu.

Sampai atensi nya jatuh kepada satu-satunya buku yang banyak sticky note sebagai pembatas. Renjun segera mengambil buku itu yang terjatuh di lantai samping kasur Jeno.

Menghiraukan teman-temanya yang merusak tatanan buku jeno dengan membuka setiap halaman 145.

Renjun segera membuka buku halaman 145, dan ternyata benar. Di dalam buku itu ada tulisan yang di cetak tebal yang langsung Renjun baca dengan suara.

" 'Dia' ada di balik dinding, dia mengamati pergerakan mu, sesuatu yang tidak mungkin, kini menjadi nyata, ku katakan sekali lagi 'Dia' di balik dinding carilah tombol itu.  Jangan lupakan tanggal lahir mu. Selamat berkelana para sahabat. Aku senang mengenal kalian —dari aku Si pengendali waktu' "

Setelah bibir renjun terkatup dia membanting buku itu dengan keras. Tiga temannya yang melihat dan mendengar itu reflek duduk di kasur Jeno, mereka rasanya sangat lemas.

Susah-susah datang ke kamar ini, tetapi mereka tidak mengerti apa yang jeno coba tunjukan dari kalimat-kalimat itu.

Soobin merebahkan dirinya di kasur, lalu tanganya mengambil buku yang Jeno jatuhkan. Mengamati kata per kata yang ada di buku itu.  Sampai ia membuka tutup buku ber judul 'Time Travell' itu.
Ia membulatkan matanya kala melihat penulis dari buku itu. 'JenoD."

"Bangsat" Seru Soobin lalu mengusak rambutnya pusing.

"Bin kenapa bin" Sunwoo menghampiri soobin yang sekarang meringkuk di lantai kamar Jeno.
Entah kenapa saat soobin membaca sedikit buku itu seperti ada bayangan-bayangan tidak beraturan. Apalagi setelah mengetahui siapa penulisnya, rasanya ke lima inderanya berhenti selama satu menit.

"Penulis buku ini" suara soobin terasa bergetar, "Jeno" lanjutnya sambil mengatur nafas.

Jaemin langsung merebut buku itu, dan menganga tidak percaya jika penulis buku itu adalah Jeno, buku itu adalah buku yang sering di bawa oleh haechan. Dan bodohnya mereka tidak pernah sekalipun penasaran akan isinya.

"Dari kalian semua, ada yang tau Jeno itu penulis?" tanya Jaemin yang berdiri sambil memegang buku karangan jeno itu.

ke tiga temannya menggeleng tidak tahu, selama ini Jeno tidak pernah memberitahu jika dia adalah seorang penulis. Yang setelah Sunwoo cari di internet, buku itu sudah terjual 5000 cetakan. Dan itu berhasil membuat mereka terheran-heran.

"Jeno kan paling deket sama lo woo, masa dia gak cerita?" Jaemin bertanya sambil menatap Sunwoo.

Yang di tatap pun menatapnya balik. "Dia mana pernah cerita gitu, kita emang lebih sering bareng. Tapi kalo kita main berdua, ya main game sampe berjam-jam. Kalo ngobrol paling ya ngobrol biasa." Sunwoo berucap sambil mulai mengitari kamar Jeno. "Dia gak pernah cerita soal dia jadi penulis."

Jaemin terdiam sejenak "Ren, lo juga deket banget kan sama Jeno" kini jaemin beralih ke arah Renjun.

"Gue main sama dia malem doang, kalo gue lagi bosen di rumah, terus ngelukis bareng sama Jeno. Dan gue liat, dia emang cuma baca buku"

Jaemin mengangguk paham setelah mendengar jawaban dari Renjun. Dia mengalihkan pandangannya ke arah soobin yang sekarang sedang menatapnya.

"Apalagi gue Jaem" Soobin sudah membuka suara sebelum di tanya. "Gue kalo ketemu dia cuma ngegame tuh berdua, kadang juga ngajak sunwoo" Tunjuknya ke arah sunwoo. "Otak gue pas-pas an, jadi gak bisa di ajak ngomongin teori gak masuk akal" Lanjutnya sambil berjalan ke arah Jendela.

"Kalo lo sendiri gimana jaem? Lo deket sama Jeno juga" Kini sunwoo yang bertanya ke arah jaemin.

"Dia kalo ketemu gue, malah minta ajarin matematika. Terus ngobrolin osis" Kata jaemin jujur.

Jeno itu sebenarnya ikut organisasi OSIS, tapi dia bisa di bilang anggota yang kurang aktif. Jadi sering di deskriminasi, makanya dia ngobrolin osis ke jaemin, membicarakan keburukan osis pokoknya.

Sunwoo terdiam dengan pikiranya, yang tiba-tiba memutar memori saat mereka berlima berkumpul di kamar Jeno, sembari melontarkan lelucon rendahan yang selalu di tertawai oleh soobin. Membuat minuman yang di campur dengan yupi, yang malah berujung minuman itu tumpah karena tidak sengaja di tendang oleh sunwoo. Dan juga teringat lukisan Renjun yang waktu itu tidak sengaja di duduki oleh jaemin,  yang sudah dapat di pastikan teriakan marah Renjun kala itu. Dan suara tawa Jeno yang keras.

Rasanya sangat merindukan moment dulu, sebelum mereka naik ke kelas 12, dan mulai sibuk dengan kehidupan masing-masing.

Mereka ber empat mengakui, bahwa pertemanannya sejak masa sekolah menengah pertama itu mulai merenggang, karena menaiki kelas akhir di SMA.

Tidak ada yang bisa mereka lakukan, karena memang mereka sudah tidak sedekat dulu. Dan itu semakin di perumit, karena hilangnya salah satu dari kelima mereka.

[1]Diaries ; Jeno Lee (✔️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang