page [ 7 ]

96 18 0
                                    

28 maret 2021

Gue jadi penulis. Iya gue jadi penulis, pasti orang tua gue bangga, karena gue udah berhasil jual 5000 cetak buku itu, sebenernya gue pengen cerita ke 4 sahabat gue, dua manusia yang kerjaanya cuma game terus, dan 2 manusia ambis yang satu hobinya ngelukis, yang satu bucin matematika.
Gue kangen banget sama mereka. Kangen kumpul bareng kayak dulu lagi.
Sampe-sampe sore ini gue ke taman tempat pertama kita berlima main, dan gue naruh sesuatu yang luar biasa disana. Gue udah bisa nebak, mereka gak bakalan tau.

Jeno Dirgantara.

.

.

.

.

Jaemin masih terjaga di malam ini, ia masih mengerjakan soal-soal matematika di ruang tamunya. Ia tidak bisa tidur karena suara musik kencang di samping rumahnya sangat menganggu dia.

Tetangganya hari ini mengadakan resepsi pernikahan, dan sudah seperti hal lumrah, musik di nyalakan sangat kencang. Sampai rumah Jaemin ingin runtuh rasanya. Acara itu baru selasai nanti pukul 12 malam.

"Kepala gue kalo denger sound kayak gini pusing banget rasanya" Ungkapnya sambil memegangi kepalanya yang pusing.

Setelah itu mengalihkan pandanganya ke arah jam dinding yang ada di ruang tamunya itu, tepat di dinding yang ada di depannya, sekarang pukul 11 malam.

Lalu atensinya kembali fokus ke arah soal-soal matematikanya itu. Ketika matanya melihat jam lagi, jarum jam itu menunjukan pukul 10 malam.

"Lah!?" Jaemin mengucek matannya tidak percaya. Tetapi memang benar adannya, jam itu berputar ke arah pukul 10 malam lagi.

Ia menggelengkan kepalanya untuk tetap fokus, dan kembali menaruh atensinnya ke kertas-kertas itu.

Karena Jaemin masih penasaran, ia langsung mengalihkan pandangannya lagi ke arah jam dinding itu, dan jarum jam itu menunjukan pukul 1 malam.

"INI MAKSUDNYA APA DAH?" Teriaknya kebingungan, kenapa waktu menjadi mundur dan tiba-tiba lebih cepat

"Jaem kamu ngapain teriak-teriak. Sana Tidur!" Terdengar suara Ibu jaemin dari dalam kamarnya. Padahal tadi ibunya pamit, untuk menghadiri resepsi tetangganya, tapi kenapa sekarang sudah pulang?

"Iya Ma." Jawab Jaemin ragu.

Hingga jaemin sadar jika musik yang tadi terdengar kencang pun sudah hening.
"Wah. Lo parah sih jen" Ucapnya, kala teringat jika mesin yang di buat jeno akan merusak waktu masa sekarang.

Karena dia sudah sangat pusing, dan mulai memikirkan asumsi-asumsi lain di tengah malam ini, Ia memutuskan untuk memasuki kamarnya. Membereskan kertas yang masih berantakan itu dan membawannya ke dalam kamar.

Sesampainya di kamar, Ia merebahkan tubuhnya.

Jaemin teringat perihal buku harian Jeno yang ia baca tadi sore dengan teman-temannya, sore ini ia dan teman-temannya akan pergi ke taman tempat pertama mereka bermain.

Jaemin memejamkan matanya berniat untuk tidur, tetapi dalam matanya yang terpejam, seperti ada cahaya dari meja belajar yang menyorotinya. Jaemin membuka matanya lebar dan menoleh ke arah meja belajar.

"Astaghfirullah. Setan mana lagi yang harus gue hadepin malem ini" Jaemin berucap sambil memegangi dadanya yang sepertinya jantung miliknya akan jatuh ke lantai.

"Gue bukan setan" Ungkap seseorang yang baru saja mengagetkan Jaemin.

"Sekarang setannya bisa ngomong" Jaemin menggeleng dan mulai membaca surah-surah yang dia ingat, untuk mengusir 'yang katanya' hantu.

[1]Diaries ; Jeno Lee (✔️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang