the last diaries

145 9 1
                                    

.

.

.

.

"Kepala gue pusing anjir, denger cerita Jeno" Sunwoo memegangi kepalanya yang sakit itu, beberapa kejadian menghujami ingatan sunwoo.

"Oke, gue percaya sekarang" Ucap Renjun kala ingatan dirinya sebagai—Raden mulai bermunculan.

Sedangkan Jaemin dan Soobin masih terus merasakan sakit kepalanya dan mencerna kejadian apa yang mereka alami barusan.

Setelah Jeno menyelesaikan cerita tentang kejadian itu, ia merebahkan dirinya di atas jerami milik gudang jelek ini.

"Itulah kenapa, gue sama sunwoo lahirnya barengan, tapi beda orang tua" Jeno berucap sambil mencari posisi yang nyaman untuk tertidur.

"Padahal gue gak percaya reinkarnasi" Celetuk Soobin yang sudah sadar, ia malah membuka tasnya dan mencari botol air yang dia bawa dari rumah.

Jeno yang melihat soobin itu memincingkan matanya. "Itu kan tas gue" Tunjuknya ke arah tas soobin.

Sedangkan soobin hanya menatap Jeno julid. "minjem, doang elah" Kata Soobin.

Jeno yang mendengar itu hanya mendengus.

"Udah ayo balik" Sunwoo sudah bersiap memencet tombol di jam tangan nya. Karena di rasa tidak ada yang akan mereka lakukan lagi.

Jeno terduduk. "Bentar. Gue mau nulis surat buat Raden" Jeno berkata lalu menghampiri soobin, meminta kertas dan pulpen yang ada di dalam tas miliknya.

"Raden kan udah gak ada?" Tanya Renjun yang masih bingung itu.

"Raden ada di kehidupan ini, lo gak liat emang, cowok yang liatan lo pertama kali dateng. Dia ada di balkon rumah, selalu mantau keadaan negerinya" Ucap Jeno sambil menulis surat permintaan maaf untuk Raden itu. — Mewakili Janu.

"OALAH, pantes, pas gue liat itu mirip Renjun anjir" Jaemin berusaha mengingat-ingat. Sosok laki-laki yang berdiri di atas balkon rumah, dengan wajah sendunya itu.

"Terus itu surat mau lo kasihin Raden, kan kita gak bisa keluar"

"Gue mau taro sini aja, semoga kolonial Belanda mau tuh ngasih ke Raden" Jelas Jeno pada soobin yang bertanya barusan.

Jeno masih menulis surat itu dengan sangat serius.

"Nah udah" Ucapnya sambil melipat surat itu, dan menaruhnya di depan pintu gudang.

Renjun yang melihat Jeno sudah menyelesaikan aktivitasnya pun segera menghubungi mark yang ada di masa depan.

"Hallo?" suara dan wajah mark mulai muncul di hadapan mereka.

Jeno mengamati wajah mark. "Udah selesai nih, gue pengen pulang" Keluhnya di hadapan mark.

Mark dan Haechan yang mendengar itu hanya menggelengkan kepalanya.
"Siap-siap saling deketan terus pegangan tangan, pastiin gak ada yang ketinggalan" Seru Mark di layar sana.

Jaemin sudah mengamati gudang itu, memastikan tidak ada yang tertinggal. Lalu dia mengangguk dan mark sudah mulai akan memencet tombol di mesin waktu itu.

'Ting'

Mereka hilang dalam sekejab.

.

.

.

.

"Brak"

Ke lima remaja itu terjatuh kala mendarat di ruangan rahasia Jeno.

"Gue masih ngerasa pengen muntah" Sunwoo memegangi perutnya yang sakit itu.

Sedangkan ke empat temanya sudah terbaring di lantai rumah Jeno. Mereka mengatur nafasnya.

Terkadang Jaemin itu beruntung dan menyesal bisa berteman dengan orang seperti Jeno.

Tapi mereka bersyukur karena masih bisa bernafas, dan tidak kehilangan nyawanya karena di penggal oleh petinggi Belanda.

"Gue pengen tidur aseli" Ucap Jeno yang sekarang sudah terbaring lemah.

Karena dia tersesat di tahun 1817, dan hanya di berikan makan satu kali oleh para tentara Belanda, dia masih hidup saja sudah sangat bersyukur.

"Keren begitu emang?, nyusahin temennya" Mark menghampiri Jeno sambil memukul kepalanya.

Yang di pukul hanya menekuk wajahnya kesal. "Pengalaman baru" Katanya dengan wajah tidak bersalah.

"Pengalaman mata lo, kita dah mau mati ini" Sunwoo berucap, ia sekarang sudah lebih baik dan akan menggendong tasnya. Dia pengen pulang!

Ke empat Remaja itu mulai menggendong tas nya, kecuali soobin. Karena tas itu milik Jeno, mereka akan pulang ke rumah masing-masing mengistirahatkan tubuhnya, karena melakukan perjalanan waktu itu sangat mengguncang mentalnya. Mereka juga akan membiarkan Jeno beristirahat dan menenangkan pikiran.

"Ya. Hati-hati" Ucap Jeno yang berucap, kala mendengar ke 6 temanya itu bepamitan ke arahnya untuk pulang.

Setelah ke enam temanya meninggalkan ia sendirian di ruangan rahasia ini. Jeno menatap mesin waktunya dengan wajah tersenyum.

"Impian gue. Berhasil!" Katanya, sambil menutup pintu ruangan itu, ia akan menghubungi orang tuanya untuk segera pulang.

Jeno bisa mati jika tidak di urus orang tuanya setelah melakukan perjalanan waktu.

.

.

.

.

.

"Nih buku harian lo, gue balikin" Sunwoo menyerahkan buku harian Jeno yang sekarang berada di tanganya.

Jeno yang sedang menonton TV di ruang tengah itu di buat kaget oleh ke empat temanya  yang datang ke rumahnya langsung melakukan kerusuhan.

"Iya. Makasih" Ucap Jeno sambil memakan cemilan yang dia bawa dari dapur.

"Kok bisa sih buku harian itu di loker gue?" Tanya Sunwoo setelah mendudukan dirinya di atas karpet rumah Jeno. Sedangkan yang di tanya itu malah memasang wajah mengingat-ingat.

"Oh, gue yang naro di sana, gue udah tau kalo alat gue bakal gagal sih, jadi pas malem-malem gue ke sekolah, karena kan gue cuma tau sandi loker lo kan woo, terus gue masukin diary gue dah, eh malah ada satpam yang lihat gue. Jadi gue masukin asal, terus lupa ngunci sandinya" Ucap Jeno yang di akhiri dengan cengengesan tidak bersalah.

Jaemin dan Renjun menatap Jeno dengan kesal.

"Kalo udah tau bakal gagal, masih aja di coba!"
ucap Renjun dan Jaemin secara bersamaan, mereka melempari kulit kacang garuda ke arah Jeno.

Yang jadi bahan pelemparan itu hanya menutupi wajahnya dengan telapak tangan, dan terus menonton acara TV nya.

Sunwoo dan Soobin sudah mulai berteriak-teriak tidak jelas, di pastikan bahwa mereka sedang bermain game online.

Renjun mulai mengeluarkan kanvasnya lalu menata cat yang ia bawa dari rumah tadi, dia berniat akan melukis. Sedangkan Jeno masih saja menonton acara televisinya dengan seksama.

Jaemin yang menyaksikan aktivitas teman-temannya itu tersenyum senang. Akhirnya semua masalah yang mereka lewati dapat di selesaikan dengan akhir yang baik.

"Untuk Raden dan Yagala di masa lampau, bertahanlah" Gumam Jaemin di dalam hati sambil menatap jendela rumah Jeno yang menampilkan cahaya di pagi ini

Cuaca langit pagi ini sangat cerah, seperti mereka tahu, bahwa kisah mereka sudah di selesaikan dengan ending yang lebih baik, dari kehidupan mereka sebelumnya.




.

.

.

End.

[1]Diaries ; Jeno Lee (✔️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang