Halo, namaku Nadeleine Lenora. Dalam bahasa Inggris, nama itu berarti 'A ray of hope and light'. Ibuku pandai memilihkan ku nama. Aku tak pernah mengetahui siapa ayahku karena kami terpisah sejak kecil. Kira - kira saat aku berusia lima tahun. Tidak banyak hal yang kuingat di usia yang se dini itu. Kini, umurku berusia 23 tahun. Aku memiliki banyak hobi, bahkan sampai tak terhitung. Namun, yang paling utama adalah membaca buku.
Sejak kecil, Ibu sering membacakan buku dongeng untukku sebelum tidur. Sepertinya itu adalah tradisi bagi setiap orang tua kepada anak - anaknya. Dan aku senang membayangkan semua dongeng yang ibu ceritakan menjadi nyata. Nenekku adalah pustakawan, ia memiliki perpustakaan kecil yang di bangun saat muda bersama suaminya–kakekku. Ketika umurku 7 tahun, pertama kalinya nenek mengajakku ke perpustakaan. Tempat itu sudah tidak beroperasi lagi semenjak nenek pensiun, tetapi sebagai bagian dari anggota keluarga nenek, tak ada salah nya untuk melihat sesekali.
Saat menginjakkan kaki di dalam ruangan yang gelap itu, sangat banyak rak yang menjulang tinggi (atau memang saat itu aku sangat pendek) disertai dengan buku - buku yang masih tersusun rapih meski, semua buku dilapisi oleh debu setebal tiga senti. Nenek menyalakan lampu, listrik disana masih berfungsi.
"Tempat ini sudah lama sekali tak aku kunjungi." Nenek terkekeh, "Sudah terlihat begitu usang dan tak terawat." Sambungnya.
"Lalu bagaimana dengan kondisi buku - buku disini? Apa masih bisa dibaca dengan jelas?" tanyaku. Dikarenakan tempat ini sudah lama tak di kunjungi; tidak terawat, tidak dibersihkan, dan lain sebagainya. Aku berasumsi bahwa buku disini akan terkena rayap atau semacamnya atau bahkan beberapa lembar halaman buku akan hilang.
Nenek tergelak dengan kedua tangan dibelakang punggung. "Tentu saja, meskipun sudah lama tak dikunjungi bukan berarti aku tak memperhatikan mereka terlebih dahulu. Sebelum pergi, nenek sudah membersihkan semuanya dan merapihkan hingga menyusun mereka berurutan." Jelas nenek.
Nenek menjelaskan kepadaku bahwa di perpustakaan ini bukan hanya ada buku filosofi, fiksi atau non fiksi biasa. Semua buku disini adalah warisan berharga turun temurun yang di rawat dengan baik. Mungkin jika ingin mencari komik 20.000 mil, kita bisa menemukannya disini.
Kondisi kertas tampak semakin menguning. Betapa tertariknya aku ingin membaca semua buku dalam sehari. Nenek menarik tirai besar; membukanya dengan lebar hingga sinar mentari memasuki area di setiap rak buku tersebut. Membuat mataku berbinar; tertegun oleh setiap buku - buku dalam rak. Aku tak menyangka jika nenek memiliki lebih banyak buku yang diluar dugaanku—banyak sekali.
Aku melihat - lihat, apakah ada yang menarik perhatianku atau tidak. Sedangkan nenek hanya sibuk membersihkan sudut ruangan yang kotor. Nenek membebaskanku untuk membaca buku yang mana saja. Kutemukan salah satu buku, berwarna biru tua dengan hardcover nya. Buku itu bertuliskan 'The lost prince'
Fantasi adalah buku yang selalu kucari kala itu, tentu saja aku mengambil dengan tangga kecil yang tersedia. Aku meraih buku itu. Meskipun menggunakan tangga aku masih perlu berjinjit. Begitu pendeknya aku.
Aku menarik salah satu bangku dan duduk disana. Mulai membaca buku tersebut dengan seksama. Buku ini begitu menyenangkan, aku bahkan bisa membayangkan setiap adegan yang tertulis, terdapat beberapa ilustrasi juga untuk membangun cerita tersebut. Ketika di puncak permasalahannya, aku membuka lembaran baru di buku itu, dan ternyata yang barusan kubaca adalah lembar terakhir. Tetapi, bagaimana bisa? Bahkan itu belum sampai di bagian penyelesaian masalahnya. Apakah sisa halamannya sudah menghilang? Atau di robek?
Nenek menghampiriku, melihat buku apa yang kubaca. "Apa yang terjadi?" tanya nenek karena melihat diriku yang kebingungan dengan buku ini.
"Buku ini belum selesai nek, dimanakah kelanjutannya? Apakah di robek? Atau ada buku selanjutnya?" Nenek dengan santai nya menggeleng sambil tersenyum simpul mengelus puncak kepalaku. Ya, itulah hal yang selalu ia lakukan kepadaku. "Nanti kamu juga akan mengetahuinya." Lalu ia pergi begitu saja.
Aku kembali membuka beberapa halaman, memastikan apakah ada yang kulewatkan. Hingga akhirnya aku tak sadar jika tertidur lelap masuk ke alam mimpi.
16 years ago,
Aku mengerjap. Melihat ke arah sekeliling ku yang terlihat begitu asing dan—aneh? Ini bukan tempat yang sebelumnya aku kunjungi, bahkan aku tak tahu ini dimana.
Tetapi dalam imajinasiku, ini seperti di rumah pohon yang pernah Ibu buatkan untukku. Namun kalau disini, ditambah perabotan yang lengkap. Aku berdiri tak sengaja mendorong bangku yang kududuki hingga terjatuh. Di depan ku persis sekali cermin besar yang menunjukkan seluruh tubuhku dari ujung kepala hingga ujung kaki. Aku terlihat berbeda, jenis pakaian apa yang aku kenakan saat ini?
Seperti pakaian yang terbuat dari daun. Namun jika aku memegangnya, ini terasa seperti bahan katun biasa. Rambutku terikat membentuk ekor kuda dengan hiasan pita hijau sebagai tali. Aku rasa tadi mengenakan rok bermotif kotak pendek, tetapi di cermin aku menggunakan celana panjang berwarna hijau lumut. Semua pakaianku bernuansa hijau. Aku kebingungan sekarang, dimanakah pakaian ini berasal dan dimanakah aku saat ini.
Di luar sana terdengar suara yang begitu ramai. Aku pun menuju pintu, menarik dahan pintu perlahan; mengintip sekilas seperti apa di luar. Bukan hanya aku, bahkan orang lain yang melihat pun tak akan percaya ini.
Ini seperti negeri dongeng!
'*'
KAMU SEDANG MEMBACA
The lost prince
FantasyMenceritakan petualangan gadis muda yang tak sengaja terperosot ke dalam buku yang tengah dibacanya di perpustakaan milik sang nenek. Gadis tersebut harus menemukan jalan untuk keluar dari buku tersebut, dengan cara menyelesaikan masalah dan menemuk...