Sinar matahari mengintip ke sela - sela tenda. Membuatku terbangun dari alam mimpi. Aku duduk sambil mengusap kedua mataku yang terasa lengket. Karena misi penting hari ini, aku mengurungkan niatku untuk tidur.
Aku keluar dari tenda, mendapati sesosok pria yang sedang sibuk menyiapkan api unggun. Aku tak mengerti berapa lama Saga mengumpulkan kayu bakar sebanyak ini. Lebih banyak dari yang kuambil semalam.
"Rise and shine, Saga." Aku menyapanya lebih dulu. Saga berbalik dan tersenyum kepadaku.
"Rise and shine, little lady. How was your sleep last night? Was it good?"
"It was very good. Thanks for asking."
Aku kembali duduk di batang pohon tumbang. Melihat Saga yang sibuk menyalakan api unggun. Heran, padahal semalam ia menyalakan api tersebut dalam satu tiupan saja, tapi kini ia menyalakan dengan cara manual.
"Kenapa tidak menggunakan sihirmu yang semalam?"
"Aku tidak bisa terus mengandalkan sihir."
Aku mengangguk lalu melihat ke arah tenda Mont. Tendanya masih tertutup. Sepertinya ia masih terlelap dalam mimpinya. Padahal ia tidur lebih awal.
Saga bisa menyalakan api unggun dengan cepat, meskipun cara yang ia gunakan manual. Cara tradisional turun temurun yang jika kita coba akan menguras waktu.
"Akan kubuatkan sarapan untuk kalian. Untukku juga."
Aku mengambil perbekalan ku di dalam tenda. Lalu menghampiri Saga dan duduk di sampingnya. Oh ya, jubah merahnya semalam masih kugunakan hingga aku terbangun saat ini.
"Apa jubah itu membuatmu nyaman?"
"Tentu saja, aku merasa hangat selama tertidur."
"Jubah itu akan membuat si pemakai merasa nyaman. Oh ya, kau belum menjawab pertanyaanku yang semalam." Saga mengingatkan. Aku hampir saja lupa.
"Kau tidak akan percaya jika aku mengatakannya."
"Percaya atau tidak, katakan saja."
Aku menghela napas panjang, "Ini memang bukan tempat asalku. Begitu juga Astera. Awal mulanya aku berada di sebuah perpustakaan besar milik nenekku. Dan disana aku mengambil sebuah buku dongeng yang sudah tua. Terlihat menarik lalu aku membacanya, buku itu tak memiliki akhir yang jelas, singkat cerita aku tertidur dan saat terbangun sudah berada di tempat ini."
"Jadi maksudmu kau masuk dibuku terakhir kau baca?" Saga menyimpulkan. Dia cepat sekali menangkap maksud dari ucapanku.
"Tepat sekali. Aku bahkan sempat kebingungan saat berada disini, tapi untung nya aku bertemu kakek."
"Kau pasti terkejut. Semua hal yang tidak mungkin di duniamu akan menjadi mungkin disini. Apa yang tidak bisa di duniamu akan menjadi bisa kalau tinggal disini." Saga bercerita seolah – olah paham dengan dunia tempat ku berasal.
"Ini memang terlihat nyata, namun tidak bagiku. Semua hal disini terlihat mustahil. Kita berasal dari dunia yang berbeda."
Saga terkekeh geli. "Mengapa itu terdengar menyakitkan?"
Aku ikut terkekeh. Sembari menyiapkan sarapan, Saga terus mengajakku berbicara. Make a conversation with him is such a good thing to do. He knows how to make it as comfort as he can.
"Kau sama persis seperti temanku dulu, cara berbicara, bertingkah laku, dan semuanya."
"Apa maksudmu?"
"Tidak. Lupakan. Lanjutkan saja memasaknya aku akan membangunkan Mont."
"baiklah..."
Ada yang aneh dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The lost prince
FantasyMenceritakan petualangan gadis muda yang tak sengaja terperosot ke dalam buku yang tengah dibacanya di perpustakaan milik sang nenek. Gadis tersebut harus menemukan jalan untuk keluar dari buku tersebut, dengan cara menyelesaikan masalah dan menemuk...