𝓐 𝓶𝓲𝓻𝓪𝓬𝓵𝓮 𝔀𝓸𝓻𝓵𝓭

13 3 0
                                    

Seperti desa kecil yang bernuansa kuno. Aku melihat banyak sekali orang yang berlalu lalang, terutama bagi seorang pria yang sibuk mengangkat barang di punggung mereka.

Aku tertegun melihatnya, meskipun ini sangat ramai layaknya suasana di pasar tapi sungguh berbeda dari yang biasa kulihat.

Aku menuruni anak tangga, menghampiri salah satu dari mereka. Akan tetapi anak tangga nya terlihat berbeda, dan pandanganku terfokus ke depan bukan ke arah anak tangga itu hingga aku tergelincir dan terperosot ke bawah. Tangga itu terlihat seperti batu berbentuk bulat dengan lumut hijau di atasnya. Satu hal yang unik, batu itu mengambang seperti terdapat sihir dibawahnya.

Aku membersihkan kotoran yang menempel di baju ini, lalu meregangkan tubuhku yang terkejut saat jatuh tadi.

Terlihat sesosok pria tua dengan tongkat sebagai alat bantunya berjalan. Lebih lamban dibanding orang lain yang kulihat. Aku pun menemuinya.

"Permisi, maaf, bolehkah aku bertanya?" Aku menunduk sedikit, karena kakek ini terlihat lebih pendek dariku.

Kakek itu mendongak, matanya menyipit ke arah wajahku lalu mendekat. Ku rasa kakek ini tidak begitu jelas melihatnya.

"Selama tujuh puluh lima tahun aku hidup disini, tak pernah melihat gadis cantik rupawan sepertimu."

Mataku terbelalak mengamati sosok si kakek ini. Beliau tertawa karena melihat raut wajahku gelagapan.

"Maaf mengganggu waktumu, tapi bolehkah aku tau ini dimana?"

"Mengapa kamu bertanya seperti itu?"

"Aku baru sampai di tempat ini."

"Ikutlah ke rumah ku, kita bicara disana. Aku tidak bisa berbicara di kondisi ramai seperti ini. Akan sulit bagiku untuk mendengarmu."

Aku mengangguk meski ini agak mencurigakan. Ketika bertemu seseorang dan hanya bertanya 'dimanakah aku saat ini?' dan ia malah menyuruh kita untuk pergi ke rumahnya, bukankah itu aneh?

Ternyata tempat yang ramai hanyalah di pasar itu tadi. Ketika keluar dari kawasan itu suasana jauh lebih hening nan sejuk. Bahkan disuguhi dengan pemandangan bukit hijau yang indah. Hal lain yang unik disini, aku melihat seekor pegasus-oh tidak, itu bahkan lebih banyak lagi. Mereka terbang bebas sambil meloncat - loncat di awan dengan lincah. Ini aneh tapi nyata dan aku sungguh melihatnya.

Kakek itu mempersilahkanku untuk duduk di teras rumah. Ia ingin masuk ke dalam untuk melepas mantelnya dan mengambilkanku segelas air. Sembari menunggu, aku kembali melihat pemandangan sekitar. Teras ini di lengkapi dengan taman bunga yang indah dan kupu - kupu dengan sayap transparan. Tetapi, sayap tersebut memberikan serbuk - serbuk emas berkilau ke semua bunga dan jleb! Bagaikan pupuk dan air, semua bunga itu terlihat bergerak tumbuh lebih tinggi.

Kakek kembali keluar dengan dua cangkir minuman. Dia duduk tepat di depanku dan menyeruput segelas air. Tak lupa untuk mempersilahkanku minum air itu.

"Apa yang tadi ingin kamu tanyakan wahai gadis muda?"

Setelah menyeruput air panas itu, aku bertanya, "A simple question, where am I? And where is it?"

Kakek itu kembali tertawa, "Easy to answer, this is Astera kingdom, and we are in their territory. Where are you from really?"

Aku berdeham, kerajaan Astera? Sangat tidak asing. "It kinda be weird to ask you and I don't think that you will believe me. So first I was in the library, and I read a book, then I haven't finished read it because I suddenly fell asleep there, but when I woke up it's like boom! I'm here now. With this freaking clothes and wonderful view." Ungkap ku menjelaskan tanpa ada sedikit jeda. Siapa yang terkejut dengan semua ini? Dan kuharap aku tidak mengatakan ini pada orang yang salah.

"What is your name kid?"

"I'm Nadeleine, Nadeleine Lenora."

"What a beautiful name," Ia berhenti sesaat. "My name is Heinz mille, and glad to see you."

Lengang. Tapi pandangan kakek itu tak lepas ke arahku.

"Aku adalah penyihir sekaligus tabib di desa ini. Dan jika kamu ingin tau keberadaanmu, kamu sedang berada di dalam buku yang terakhir kamu baca."

Aku ternganga dengan ucapannya. Aku? Berada di dalam buku? Benarkah? Ini nyata? Ya benar. Aku menatap sang kakek yang terlihat santai meminum air di cangkirnya. Aku menggigit ujung jariku yang terasa gemetar hebat. Bagaimana aku bisa ada disini? Tumbuh rasa penyesalanku mengapa aku harus membaca buku itu dan tertidur di atas buku itu. Bisakah aku mengulang waktu? Agar hal ini tidak terjadi dan aku tidak akan terjebak disini.

Ya, aku terjebak. Masalah apa kini yang harus kuselesaikan.

"So, what am I supposed to do? What kind of problem that I have to solve it as soon as possible?"

"Be calm kid, you look to panic."

Siapa yang tidak panik dengan keadaan seperti ini? Baiklah, ku akui pemandangan disini indah. Meskipun baru bertemu oleh satu kakek tua kuanggap warga disini juga ramah walaupun sempat membuat hatiku tegang. Tapi aku merindukan perpustakaan nenek.

AKU INGIN KEMBALI!

"Disini tidak begitu berbahaya, kujamin itu. Misi mu saat ini adalah menemukan seorang pangeran muda yang menghilang disaat hari kematian kakeknya. Oh bahkan sebelum itu, intinya keberadaan sang pangeran yang hilang dari istana."

"Lalu apa urusannya denganku? Biarlah pihak kerajaan yang mencarinya atau orang lain, mengapa harus aku? Atau kau gunakan saja sihirmu itu untuk menemukan sang pangeran."

"Tidak semudah itu, sang pangeran sangat pandai menyamar. Meskipun aku seorang penyihir terkuat di desa ini, aku tak sekuat dirinya yang lebih hebat kekuatan sihir nya."

Aku memutar bola mataku malas. Jika kakek saja mengatakan sihirnya tak sekuat sang pangeran lalu bagaimana denganku? Yang benar saja, seorang pangeran? Lalu apakah di akhir cerita aku akan jatuh hati pada sang pangeran? "Dimana aku harus menemukannya?"

"Kamu hanya harus menyebrangi desa ini menuju istana Astera bersamaku. Kamu sebagai cucuku disana."

"Untuk apa hal itu ku lakukan?"

"Sangat sulit berbicara kepada anak ini ternyata," kakek itu bergumam namun, aku masih bisa mendengarnya meskipun pandanganku teralihkan.

"Yang mulia ratu Achilea, dia membuka sebuah sayembara untuk menemukan sang pangeran. Ia rela memberikan satu peti besar emas atau setengah hartanya untuk orang yang sudah menemukan sang pangeran. Sang ratu melakukan itu demi putrinya, Putri Blumea, kekasih sang pangeran."

Aku teringat sesuatu di dalam buku yang kubaca. Seorang gadis berperan layaknya detektif untuk mencari sang pangeran dalam kurun waktu yang sebentar. Dia adalah seorang cucu dari penyihir di desa Astera. Sang kakek yang menyuruh nya untuk mencari sang pangeran di karenakan terdapat rumor disini yang mengatakan kalau sang pangeran lebih dekat dengan cucu si kakek dibanding dengan kekasihnya sendiri. Dan cucu dari kakek tersebut juga cukup memiliki sihir yang kuat.

Dikatakan juga di buku itu bahwa sang pangeran memiliki janji yang kuat pada dia. Dia juga mengenal sang pangeran dengan baik. Mengetahui sifat dan perilaku pangeran seperti apa.

Dia yang dimaksud adalah aku. Dan bodohnya aku tak mengetahui wujud rupa sang pangeran bagaimana, juga tak tahu sifat dan perilaku pangeran seperti apa. Bagaimana caranya aku menemukan sang pangeran dengan otak ku yang tak tahu apa - apa ini.

"Jangan merasa bingung nak, kamu akan kubantu nanti. Sekarang sebaiknya kita bergegas pergi menuju kerajaan."

"Tu - tunggu. Izinkan aku bertanya sekali lagi."

Kakek itu menungguku bertanya. "Bagaimana rupa sang pangeran? A - aku tidak mengetahui apapun."

Kakek itu mengulum senyumnya, "Nanti kamu akan mengetahuinya."

Aku agak kesal dengan jawaban itu. Tapi mari kita lihat.

'*'

The lost princeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang