𝓕𝓻𝓲𝓮𝓷𝓭 𝓯𝓸𝓻 𝓪 𝔂𝓮𝓪𝓻

1 1 0
                                    

Aku berniat keluar mencari udara segar. Mont yang tadinya kuajak ternyata masih sibuk menikmati kamarnya saat ini. Aku berkeliling menatap rakyat di sekitar. Senyum mereka selalu menyapa dan terasa hangat.

Kebetulan perutku melilit rasa ingin diisi. Aku mencari toko kue yang tidak ramai pengunjung karena aku tak suka menunggu terlalu lama dengan kondisi yang sudah sangat amat lapar.

Aku menemukan sebuah toko roti. Sepi. Hanya terdapat satu dua pengunjung disana, itupun mereka pergi saat aku masuk. Pelayan sangat menyambut hangat pelanggan. Dia menjelaskan beberapa menu baru yang tersedia disana. Untunglah, harga tak begitu mahal.

Dengan koin emas yang tersisa, aku membeli roti tersebut dengan isian di dalamnya. Di tambah segelas coklat panas. Sungguh, bau khas roti sangatlah harum. Suara mesin pengaduk juga terdengar. Namun suara itu digantikan dengan alunan musik piring hitam.

Ini suasana klasik yang selalu kuinginkan. Aku sungguh menikmati, seandainya aku bisa bertahan dengan suasana seperti ini.

Tak lama pesanan ku sampai. Ukuran roti yang lebih besar dari yang kubayangkan, aroma harum khas roti Prancis. Coklat panas yang menghangatkan membuat lambungku terasa menari - nari di dalam.

Saat ku menyeruput segelas coklat panas, tiba - tiba datanglah seorang wanita bertubuh besar menghampiriku. Tubuhnya besar—sangat, rambutnya keriting bergelombang coklat, ia mengenakan bandana biru laut, dan matanya sipit seperti keturunan tionghoa.

"Hei kau! Gadis yang tiba - tiba menghilang saat itu!" Serunya. Aku hampir tersedak setelah mendengar itu. Dia duduk di sampingku dengan wajah ceria nya lalu menepuk pundakku dan merangkul kuat - kuat. Mungkin setelah ini kondisi bahuku tak baik - baik saja.

"Do I know you?" Tanyaku pelan. Raut wajah wanita ini yang tadinya senang ceria menjadi kebingungan. Ia mengernyit, sepertinya pemilik asli tubuh ini sangat akrab dengan wanita di sampingku.

"You do not know me? Did you forgeting me? We were a friend for a year!!"

Aku bingung bagaimana beralasan. Apakah harus mengatakan yang sebenarnya? Tapi kita baru saja bertemu.

"Begini," Aku memulai. Ia menyingkirkan tangannya dari bahu ku.

"Ada beberapa insiden terjadi saat itu, menyebabkan aku hilang ingatan. Dan selama menghilang itu aku sedang berada di tahap rehabilitasi." Kuharap alasan ini cukup logis untuk orang sepertinya.

"Astaga itu sangat mengerikan. Bagaimana bisa kau hilang ingatan? Apa yang terakhir kali kau lakukan? Apa kau bahkan tak mengingatku sama sekali?"

Aku berusaha tetap tenang agar ia tak curiga. Tubuhnya memang besar dan nampak sangat kuat. Tapi ia tak semenakutkan itu. Beruntung sekali pemilik asli tubuh ini bisa akrab dengan wanita di sampingku.

"Ketika amnesia kau tak akan ingat apapun yang terakhir kali kau lakukan. It needs step by step yaitu, mencoba menjelaskan kembali apa saja yang terjadi." Ungkapku sambil mengayun - ayunkan kedua tangan.

Ia mengangguk - angguk paham. "Jadi sekarang, apa yang ingin aku jelaskan kepadamu? Meskipun kita baru berteman setahun, namun aku cukup mengenalmu haha." Ucapnya percaya diri sambil melipat kedua tangan dibawah dada.

"Baiklah, bagaimana kita bisa bertemu?"

Ia terlihat berpikir, "Kau menyelamatkan ku saat itu. Suatu hari aku sedang membawa dua karung gandum untuk bahan membuat roti, lalu ada sekelompok bandit yang nampaknya ingin mencuri koin emas. Tubuhku memang besar, namun aku tak seberani itu jika melawan kawanan bandit. Dan itu sudah sering terjadi, lalu tiba - tiba kau datang menolongku. Kau menghipnotis mereka dan bagian terlucu disini," Ia tertawa hingga kedua matanya menyipit.

The lost princeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang