Saat mengambil ranting lain yang dekat sebuah pohon besar, aku merasa ini bukanlah ranting biasa, teksturnya seperti bersisik, dan tidak se kaku ranting lain yang kupegang. Ketika aku mengambil nya dan berniat untuk meletakkan di tanganku, tiba - tiba ranting itu bergerak dan memunculkan mata serta kedua taringnya yang tajam. Lidah nya yang kecil menjulur dan mengeluarkan suara desis yang nyaring.
ULAR! INI ULAR BUKANLAH RANTING.
Aku langsung melemparkan benda itu secepatnya juga sebelum tanganku dipatuk. Tubuhku tersungkur ke tanah, semua ranting yang kupegang jatuh berserakan. Ular itu menatap mataku tajam seolah sedang mengeluarkan amarahnya.
Aku menyeret tubuhku untuk mundur ke belakang. Menjauhi ular itu yang terus berdesis menatapku. Satu - satu nya hewan yang paling kubenci adalah ular. Binatang itu mendekat ke arahku perlahan, seperti mangsa sudah di depannya. Aku begitu takut hingga membuat kaki ku sulit untuk berdiri.
Terpaksa aku bangkit dan berlari masuk ke dalam hutan lebih dalam, setidaknya aku menjauhi ular menakutkan itu. Ular itu sudah tak menampakkan dirinya, aku pun selamat tapi langit semakin gelap sedangkan aku malah meninggalkan kayu - kayu disana. Bodoh sekali, kini aku harus mencari lagi. Tentunya harus lebih hati-hati.
Saat berjalan, aku tak sengaja menginjak ranting kecil yang mengeluarkan suara cukup keras. Karena suasana hutan senyap tak ada siapapun. Aku mengambil ranting tersebut, meskipun sudah patah akan tetap berguna.
Tiba - tiba aku kembali mendengar suara aneh-lagi. Kali ini suara binatang yang meraung, jaraknya terdengar tak jauh dariku. "Siapa disana?! Keluarlah!" Ucapku dengan nada berani, padahal sebenarnya aku ingin lari sejauh mungkin.
Terlihat sosok beruang coklat di balik pohon dengan kedua matanya berwarna merah. Ia pun berjalan menghampiriku dengan suaranya yang menggeram, tiba - tiba aku kembali melihat ular - ular yang sama berada tepat di belakang beruang. Ada apa ini? Apa mereka ingin menerkam ku?
Aku kembali menjatuhkan ranting yang baru saja ingin ku kumpulkan. Saat aku mundur, ada batu yang membuatku terjatuh. Entah dari apa batu itu dibuatnya karena kaki ku terasa begitu nyeri.
'Ibu aku ingin pulang'
Keringat menetes di dahi ku, aku menelan ludah dan mengepalkan kedua tanganku. Baiklah, karena tak ada jenis senjata apapun di sekitar sini, sebaiknya aku pasrah membiarkan semua binatang aneh ini menyerangku. Entah apa yang akan terjadi, kakek Heinz maafkan cucu mu ini yang mengingkari janji nya.
'Srek'
Anak panah mendarat tepat di leher si beruang. Dan langsung membuat beruang itu tumbang terkapar di tanah. Semua ular tiba - tiba merasa takut dan aku melihat seseorang sedang berayunan menggunakan tali yang merambat di setiap pohon. Dia seorang lelaki yang awalnya aku berpikir itu Mont. Ternyata ini orang lain yang berbaik hati menolongku.
Dia mendarat tepat di depanku, menatap mata para ular - ular seperti memberi isyarat kepada mereka untuk pergi. Ia mengarahkan anak panah dengan busur nya kepada ular - ular tersebut dan mengatakan, "Pergi atau kalian akan menjadi seperti temanmu." Dan semua ular pun pergi ke arah yang berlawanan.
Dia pun meletakkan anak panah di punggung nya dan menjulurkan tangannya untuk membantuku bangkit. "Kau baik - baik saja nona?" ucapnya lembut. Aku mengangguk.
Aku meringis menahan sakit karena kaki ku yang terkena batu tadi. Bukan hanya terkilir, kakiku juga meneteskan darah. Dia menyadari itu dan menuntunku berjalan menjauhi beruang itu. Lalu ia menyuruhku untuk duduk membiarkan dia mengobati luka ku.
"You hurt it." Ucapku. Biarpun mereka terlihat ganas, jangan sampai membuat mereka terluka.
"Hurt what? Is it hurt?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The lost prince
FantasiMenceritakan petualangan gadis muda yang tak sengaja terperosot ke dalam buku yang tengah dibacanya di perpustakaan milik sang nenek. Gadis tersebut harus menemukan jalan untuk keluar dari buku tersebut, dengan cara menyelesaikan masalah dan menemuk...