[Saga's pov]
Aku mengangkat tubuh Nadeleine yang terasa kaku bak air yang membeku. Mukanya pucat dan dahi berkeringat—seolah - olah sedang mengalami mimpi buruk. Tidak, ini mimpi buruk sungguhan.
Ini terasa sakit, sangat sakit. Aku tahu itu. Bertahanlah Nadeleine.
Kubawa ke tempat desa anak pinggiran. Semua anak disini termangu melihatku apalagi gadis yang kubawa saat ini. Salah satu dari mereka sekonyong - konyong menuntunku membawa gadis ini ke salah satu tenda kosong. Tenda tempat Elaine tidur kala itu.
Tumpukan kayu dekat tenda itu membara, dihanguskan oleh sang api yang menyala - nyala. Aku yang menyalakannya dekat tenda tempat Nadeleine berbaring dengan bertujuan agar membuatnya merasa lebih hangat.
Semua anak berkerumun dekat tenda. Mengintip - intip sekilas gadis yang ada dalam tenda. Beberapa mengatakan bahwa gadis itu mirip Elaine, beberapa berasumsi bahwa Elaine telah kembali. Kupastikan mereka tetap tenang dan tak membuat keributan.
Kuperintahkan mereka untuk menyiapkan makan malam, dua dari mereka kusuruh menjaga api unggun agar tidak lekas padam. Sementara itu, aku masuk ke dalam tenda memeriksa kondisi Nadeleine.
Tanganku memasuki sela - sela jemari milik Nadeleine. Gadis itu setengah sadar, lamat - lamat menatap sekitar dimana ia saat ini. Aku mengeratkan genggaman tanganku, berusaha menenangkan. Jari - jemarinya lemah tak berdaya.
Sesaat ia tersengut - sengut oleh luka di lengannya itu. Luka yang kulihat nampak berdenyut - denyut. Astaga ini pasti sakit sekali Nadeleine. Aku mengelus kepalanya lembut. "It will be fine Nadeleine, hold on."
Ketika keluar tenda, anak - anak menghampiriku lalu memberiku sebuah batok kelapa berisikan darah rusa.
"Cobalah untuk meminum ini, aku yakin bisa menyembuhkan dia." Ucapnya dengan nada belas kasihan. Aku meraihnya dan kembali masuk ke dalam tenda.
Semua anak itu nampak penasaran, tetapi mereka sadar kalau tak ada izin untuk masuk tanpa permisi.
Aku membantu gadis itu untuk duduk, dan menyuruhnya meminum darah ini. Ia sempat terbatuk - batuk ketika satu teguk ia telan. Mungkin kebingungan dengan rasa minuman ini.
Tatkala ia menjerit - jerit kesakitan, merasakan sakit yang terbakar. Aku merasa buncah—bingung harus bagaimana. Semua anak diluar terkejut, beberapa terdengar langsung berlari menjauhi tenda ini.
Mata Nadeleine memang terpejam, namun jeritannya tak ada hentinya. Aku kembali menggenggam tangannya.
"Hazalkhair Restogradcius"
Tubuh Nadeleine yang menegang nampak lebih tenang. Teriakan itu langsung mereda. Kulihat lukanya juga memudar. Mantra barusan sangat membantu.
Aku keluar tenda lalu, melihat anak - anak yang ketakutan melihatku. Sesaat aku terkekeh geli melihat semua ekspresi mereka, hingga tawa ku itu membuat perutku sakit. Dan tak lama mereka semua tertawa bersamaan. Aku sama sekali tak meledek mereka, hanya berniat untuk memecah keheningan dan ketakutan mereka. Tak semua dari mereka paham apa yang barusan terjadi.
Kami duduk berkumpul membentuk lingkaran sambil menyantap hidangan makan malam. Ditemani gelapnya langit dan cahaya api yang menyala di tengah lingkaran. Here we are talking about aimless things that just happened today, let's say it was their new experience. It sounds very funny.
Beberapa kali aku menatap ke arah tenda tempat Nadeleine berbaring lemas disana. Tak kututup rapat agar bisa melihat gadis itu dari kejauhan. Salah satu anak sadar tiap pandanganku yang teralihkan.
"Saga, who is that girl? And what just happened to her?" Tanya seorang anak laki - laki berambut kribo dan kulit sawo matangnya.
"Her screaming was scared us as hell" Disambung oleh gadis kecil berwajah chubby.
KAMU SEDANG MEMBACA
The lost prince
FantasíaMenceritakan petualangan gadis muda yang tak sengaja terperosot ke dalam buku yang tengah dibacanya di perpustakaan milik sang nenek. Gadis tersebut harus menemukan jalan untuk keluar dari buku tersebut, dengan cara menyelesaikan masalah dan menemuk...