𝓗𝓮𝓻𝓭 𝓸𝓯 𝓫𝓪𝓷𝓭𝓲𝓽𝓼

2 1 0
                                    

Abrail membawa ku ke tempat penginapan. Sembari berjalan ia terus mengoceh tentang desa sekitar. Fakta unik, hingga rahasia tersembunyi pun ia beritahu. Dengan alasan, "Karena kamu lupa ingatan, aku ingin membuatmu kembali mengingat semuanya." She really did not suspect anything.

Sampai depan penginapan, aku melihat Mont berjalan keluar kebingungan celingak - celinguk menengok ke kanan ke kiri. Aku menghampirinya.

"Kamu sedang apa Mont?"

"Nadeleine!" Seru nya tiba - tiba mendekapku. Abrail menatapku bingung.

"Kamu kemana saja tadi?"

"Aku pergi ke toko roti diujung sana, dan aku bertemu teman." Aku menunjuk pada Abrail di belakangku. Dengan wajah senyum sumringah ia menyapa Mont. Mont seperti menelan ludah, mungkin ia terperanjat dengan tubuh besar Abrail.

Mont mengatakan kalau ia ingin berkeliling desa, aku memberikannya dua buah koin emas. Siapa tahu ingin membeli sesuatu selama perjalanan. Aku membiarkan Abrail ikut masuk ke dalam kamar penginapanku.

Kami berdua sangat terkejut saat melihat kondisi kamarku yang seperti kapal pecah. Tadi tidak seperti ini, tadi sangat rapih, bahkan tak ada debu sama sekali. Siapa yang berani membuat kamar ini berantakan?

"Elaine, apa saat kau masuk tadi sudah se berantakan ini?"

Aku menggeleng cepat, "Tidak, kupastikan sudah tersusun rapih semuanya sebelum aku pergi."

Apa boleh buat, aku hanya bisa membersihkan tanpa tahu siapa pelakunya. Bukan hal pertama kalinya aku kehilangan barang seperti ini, tetapi ini yang paling parah. Untungnya aku menyimpan barang - barang penting milikku di tempat lain. Di atas lemari. Aku yakin akan sulit bagi pencuri untuk mengambil barang di atas lemari.

Seperti aku sudah menduga bahwa ini akan terjadi.

"Elaine, apa kau butuh bantuan untuk mencarikan pencurinya?Disini memang ramai para kawanan bandit. Hanya keberadaan mereka saja sulit ditemukan..."

"...Tapi, mereka kan sudah kita ajak kerja sama." Sambung Abrail terus berpikir.

"Bagaimana kalau kita temui mereka dulu?"

"Boleh, tapi setidaknya biarkan ruangan ini bersih saat kita tinggal nanti."

"Ya, terimakasih sudah membantu Abrail." Aku sungguh berhutang banyak pada wanita ini.

Abrail menyapu pecahan kaca di lantai. Astaga! Bahkan pecahan kaca saja ada. Aku meletakkan bunga kedalam vas berisi air. Untung saja vas ini tak sampai pecah.

Lalu, aku teringat jubah yang Saga berikan padaku. Kuletakkan di belakang pintu, aku segera mengecek kondisi jubahnya. Masih aman.

Abrail terkesiap melihat jubah itu. Ia menghampiriku dan memegang jubah itu dengan lembut.

"Darimana kau mendapat ini?"

"Ada seseorang yang memberikanku ini saat aku ingin kemari."

"Astaga! Ini miliknya! Iya, aku paham betul jubah ini miliknya!" Abrail bersemangat. Ia mengatakan kalau jubah itu milik seorang pangeran yang sedang dicari - cari pihak kerajaan. Aku hanya terkekeh. Tak mungkin.

Saga hanyalah seorang penjelajah yang berkelana dari satu hutan ke hutan lain. Ia juga tak memberikan banyak tanda kalau ia seorang pangeran. Atau aku yang tak menyadarinya?

"Kemana ia pergi?"

"Kami berpisah di ujung desa saat itu."

'*'

Kami keluar dari penginapan. Abrail kembali ke toko rotinya yang dipegang oleh para bandit. Ia ingin pergi memeriksa tokonya. "Jika butuh sesuatu, temui saja aku di toko!" Ucapnya melambaikan tangan. Lalu aku pergi ke arah yang berlawanan.

The lost princeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang