Langit yang tak pernah menampakkan cahayanya. Begitulah ciri khas hutan Papiliona. Aku sibuk menjalankan rutinitasku; memberi makan untuk anak pinggiran, dan mencari makan untuk mereka.
Kali ini mereka bersorak sorai senang ketika melihat santapan makan malamnya adalah daging rusa. Tidak hanya daging yang sedap saat dimakan, juga darahnya bisa dijadikan obat ramuan.
Tubuh mereka sudah mulai besar, mereka semakin tumbuh dewasa dan mulai melaksanakan segala sesuatu secara mandiri. Tak banyak hal yang mereka pertanyakan padaku.
"Bagaimana makan malam kali ini?" Pertanyaan pertama yang selalu terucap oleh mulutku ketika melihat mereka tengah menyiapkan makan malam.
"Ini akan menjadi makan malam yang paling menyenangkan Saga!"
Aku tertawa melihat mereka senang bahagia. Mereka memasak daging rusa itu bersama - sama tanpa bantuanku. Mereka jadikan sebagai daging rusa bakar dengan bumbu khas yang mereka buat.
"Kau sangat pandai berburu Saga, rusa yang kau dapatkan ini besar sekali." Celetuk anak berambut kribo.
"Cukup untuk kita makan dua sampai tiga hari."
"Senang dapat membantu kalian. Aku pergi sebentar ya, akan segera kembali saat kalian sudah siap menghidangkan makanannya."
"Jangan terlalu lama Saga! Kami menunggumu."
"Tentu, aku janji pada kalian."
Aku pergi meninggalkan semua anak itu. Sejujurnya aku tidak tahu kemana aku harus pergi.
Mendadak, aku merasakan hal aneh. Sesuatu yang mengganjal pikiranku. Guntur petir menyambar salah satu pohon dan langsung membuatnya tumbang terbakar.
Hampir mengejutkanku. Kulihat seisi hutan dengan saksama. Hutan memang gelap seperti biasanya, aku sudah sering melewati daerah ini. Tapi, kenapa rasanya sedikit berbeda.
"AAKHHHRRGR"
Suara teriakan terdengar begitu familiar. Ternyata ini yang ku rasakan. Terjadi sesuatu pada gadis itu. Aku segera berlari menuju sumber suara.
Aku bersembunyi di balik pohon. Kulihat kawanan serigala membuat sebuah lingkaran dan mengerumuni sesuatu.
Terlihat sesosok gadis yang dikerumuni kawanan serigala dengan wajah takutnya. Ia adalah gadis yang kutemui tempo hari. Nadeleine! Ia dijadikan sasaran bagi kawanan serigala.
Lampu atau cahaya lentera adalah salah satu kelemahan mereka. Kunyalakan lentera yang kupegang dengan satu jentikkan jari. Api di dalamnya adalah sihir penenang.
Aku berayun menggunakan tanaman merambat di setiap pohon agar bisa mendarat tepat di tengah lingkaran itu. Tepat dimana Nadeleine berdiri.
Kusodorkan lentera tersebut ke arah kawanan serigala. Jika mereka mencoba menyerang, aku menodongkan pedangku yang tajam dan siap untuk menusuk tubuh mereka dijadikan makan malam tambahan untuk anak - anak.
Nadeleine berlindung di belakangku. Ia memegang erat tanganku. Tangan Nadeleine sangat dingin.
Semua serigala itu menundukkan telinganya. Tandanya mereka sudah ketakutan, mereka mundur perlahan dan akan terus mundur jika aku maju selangkah. Pasalnya salah satu kawanan mereka sudah terluka dengan pedang di tanganku ini.
"Jangan ganggu gadis ini lagi!" Sarkasku pada mereka.
Mereka mengangguk - angguk pelan. Kutatap bola mata mereka yang berwarna merah, namun terdapat simbol di dalamnya.
Simbol itu berupa bulan sabit berwarna hitam. Aku yakin mereka bukan sembarang kawanan serigala. Bukan hanya karena ingin memangsa Nadeleine, tapi mereka juga memiliki maksud lain.
Ketika ingin kutanyakan, mereka kabur secara bersamaan entah kemana. Hanya sebuah lentera mereka langsung kalah, memang dasarnya lemah.
Kutatap wajah Nadeleine yang bersembunyi di belakangku. Ia nampak puncat sekali, bahkan tak sanggup berdiri. Aku melihat luka berupa dua titik di lengannya. Kupikir bahwa aku tepat waktu menolongnya, tapi nyatanya aku terlambat. Nadeleine sudah tergigit oleh kawanan serigala itu, dan ia terkena virus dari mereka.
"Sa...ga...te...rima...kasih..." Ucapnya terbata - bata lalu langsung menutup kedua matanya dan jatuh pingsan dalam dekapan ku.
'*'
'*'
Have you found the lost prince?
KAMU SEDANG MEMBACA
The lost prince
FantasíaMenceritakan petualangan gadis muda yang tak sengaja terperosot ke dalam buku yang tengah dibacanya di perpustakaan milik sang nenek. Gadis tersebut harus menemukan jalan untuk keluar dari buku tersebut, dengan cara menyelesaikan masalah dan menemuk...