17 Terungkap

2 0 0
                                    


Ibu Subondo mengundang keluarga Ibu Latifah, Muhtar, Murti dan Andik untuk makan siang di rumahnya hari Sabtu.

Ibu Latifah datang bersama Murti, Muhtar dan Andik. Suasana di dalam mobil agak canggung kalau saja tidak ada Andik yang sejak berangkat ada saja ceritanya. Dari kaca spion Muhtar bisa melihat bahwa ibu Latifah tertawa lepas bergurau dengan Andik. Hatinya senang melihatnya.

Wajah lembut dan teduh ibu Latifah selalu terbayang di pelupuk mata Muhtar bahkan sejak pertama kali Muhtar bertemu di acara lamaran yaitu acara Ilham melamar Murti.

Setibanya di rumah bapak Subondo mereka disambut oleh Ibu Subondo dan Indah, adik Muhtar, di teras samping yang langsung masuk ke ruang tengah. Hidangan untuk makan siang sudah tertata rapi. Ibu Subondo dan Indah yang sudah datang sejak kemarin sore menyiapkan semuanya. Murti datang membawa pergedel kentang yang langsung ditata di meja makan.

Tak lama Toto datang beserta istri dan anak-anaknya. Anak-anak Toto sangat senang bertemu dengan Andik. Begitu mereka bertemu mereka langsung saling berpelukan sambil bercanda membuat suasana menjadi riuh.

Istri Toto membawa salad buah dalam mangkuk-mangkuk kecil plastik bertutup yang langsung diletakkan di meja tamu di ruang tengah.

Makan siang yang dipenuhi tawa canda dan gurauan terasa betul keakraban dan kekeluargaannya.

"Sudah lama juga ya kita tidak makan siang sama-sama," kata Bapak Subondo.

"Silakan Ibu Latifah tambah sotonya. Ayo semua tambah, jangan sungkan-sungkan. Ini yang buat Indah, enak sekali lo," kata Ibu Subondo sambil menyendok lagi soto di mangkoknya. Yang dipuji hanya tersenyum lebar.

Setelah selesai acara makan siang bersama, kaum perempuan merapikan kembali meja makan sedangkan kaum bapak bersama anak-anak duduk di ruang tengah menikmati salad buah. Riuhnya suara anak-anak tidak bisa diredam.

Menjelang Ashar istri Toto meminta maaf berpamitan kepada orang tua mereka. Ia akan mengantar anaknya latihan beladiri di klubnya. Andik diajak dan dengan gembira ia ikut.

Indah dijemput dengan mobil oleh tiga orang teman SMA-nya. Mereka berpamitan akan reuni kecil-kecilan di sebuah cafe bersama teman-teman lainnya.

Setelah melepas mereka semuanya pergi, tinggallah mereka berenam.

=====

Bapak Subondo mengajak istrinya, Ibu Latifah, Toto serta Murti dan Muhtar untuk mengobrol di ruang tengah.

Murti duduk diapit Ibu Latifah dan Toto, bapak Subondo duduk diapit ibu Subondo dan Muhtar sedangkan Murti dan Muhtar duduk berdampingan.

"Muhtar dan Nak Murti, sengaja Bapak, Ibu, Ibu Latifah dan mas Toto mengajak kalian berdua kesini ada yang akan kami ceritakan pada kalian berdua," Pak Subondo membuka pembicaraan.

"Tapi sebelumnya Bapak dan Ibu, juga ibu Latifah dan mas Toto berharap Muhtar dan nak Murti bisa memaafkan kami semua karena baru sekarang kami akan menceritakan semuanya. Itupun karena perkembangan situasi yang tidak kami duga," lanjut Bapak Subondo.

"Terlebih ibu Latifah, beliau benar-benar minta maaf karena dua bulan terakhir ini ibu menjauh dari kalian berdua. Ibu tidak membenci kalian. Sama sekali tidak. Ibu Latifah hanya merasa berdosa dan malu pada kalian. Penyesalan yang sangat dalam membuat Ibu Latifah susah makan dan mengurung diri," kata Bapak Subondo.

Tentu saja yang dikatakan oleh Bapak Subondo barusan membuat Muhtar dan Murti bertanya-tanya dalam hati. Ada apa? Tentang apa? Penyesalan? Penyesalan apa? Merasa berdosa? Dosa apa ibu kepada mereka? Mereka tidak berani bertanya.

Firasat Muhtar mengatakan ini tentang status dirinya ssbagai anak angkat keluarga Bapak Ibu Subondo. Tetapi bukankah selama ini mereka tidak pernah mempermasalahkannya? Perlakuan seluruh keluarga sangatlah baik dan menganggap Muhtar benar-benar sebagai bagian dari mereka. Apa yang terjadi? Akankah ia sekarang mengetahui asal usulnya? Betapa ia ingin tahu. Tapi Muhtar tidak berani bertanya.

KILASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang