Sebanyak apapun kenikmatan yang Lily ceritakan dan sebanyak apapun sakit yang akan menyambut Saka setelah bangun. Ia tetap memilih untuk kembali, sampai pada titik di mana ia tidak bisa menahannya lagi.
Benar apa kata temannya yang telah pergi itu, ia kembali dan memeluk rasa sakit yang amat sadis melukai setiap syaraf yang dia miliki."Apa iya kita cuma bisa diem nunggu Saka mati? Penyakit apa yang nggak ada obatnya, Dok?" Suara Mika. Tak terima dengan keputusan dokter yang hanya akan membiarkan Saka berlahan pergi.
Saat dilarikan ke rumah sakit, Saka hanya diberikan bantuan untuk kembali bernapas dan penghilang rasa sakit. Tidak ada yang bisa diberikan untuk melawan kanker jahat yang ada di kepalanya. Ini tidak adil, seharusnya Saka bisa disembuhkan atau paling tidak ada usaha yang terus dilakukan.
Saka seperti benar-benar berjuang. Ia sudah sempat dinyatakan mati dua jam lalu, ia bangkit dan memberikan hela napas yang membuat keluarganya memiliki sedikit harapan.
____
"Happy birthday Saka, happy birthday Saka." Mika menyenandungkan itu pelan, ia terus mengelus rambut adiknya. Entah berapa hari Saka tidak bisa bangun dari tidurnya, sekali bangun pasti akan kesakitan.
"Saka, kamu udah dua puluh tahun. Kamu seneng nggak? Kamu bisa melewati umur dua puluh tahun. Kamu hebat banget!" Mika hanya berbicara sendiri rasanya karena Saka tak kunjung bangun.
Mika mencium bibir kering Saka yang sedikit terbuka. Gadis itu tersenyum setelahnya lalu membenarkan posisi nassal canula Saka.
"Kamu udah di sini berhari-hari kulit kamu jadi putih banget, kaya Snow White. Jadi siapa tahu, 'kan aku cinta sejati kamu. True love akan buat kamu bangun." Sekali lagi Mika mencium bibir Saka."Kok gak bangun? Salah posisi kah?" Mika celingukan takut saja kalau tiba-tiba orang tuanya masuk. Bukannya tidak boleh, lebih tidak tahu cara menjelaskannya.
Mika mencium lembut bibir Saka, melumatnya berlahan agar setidaknya tidak kering. Si cantik memejamkan matanya lalu mulai merasakan bibir Saka, bentuk cintanya yang entah sebagai apa? Tiba-tiba ia bimbang atas perasaan Saka, padahal itu konyol. Dia bukan orang yang akan mudah meninggalkan, banyak pria lain yang mengungkapkan perasaan di tengah hubungannya dengan Jeremi tapi ia tak mempedulikannya.
Bibir Saka bergerak, ia merasakan bahwa mungkin Saka membalas lumatannya. Dengan cepat Mika membuka mata, lalu melihat mata Saka terbuka dengan sayu.
Mikaila melepas ciumannya tersenyum dengan air mata yang menetes, dengan segera menekan tombol emergency."Saka, kamu bangun untuk true love?" tanya Mika berbunga-bunga.
Saka tersenyum tipis, ia tidak punya tenaga sama sekali. Yang jelas ia bangga bisa kembali terbangun dan langsung mendapatkan ciuman pertamanya.
_________
"Lo gak usah bawain Saka cat." Mika menolak sebuah tas kertas berisi beberapa peralatan lukis dari Jeremi.
"Kenapa?" tanya Jeremi.
"Lusa Saka mati, 'kan? Siapa yang mau make catnya?"
"Mau kamu apa?" tanya Jeremi.
"Putus aja, Jer. Aku gak siap punya suami dengan mulut sejahat kamu. Aku benci orang-orang kaya gitu."
"Terus kamu mau punya suami kaya gimana? Kaya Saka?" Jeremi mulai kesal.
"Iya. Yang punya kepribadian seperti Saka."
"Lo emang murah, ya, Mika? Lo goyah cuma karena tahu perasaan Saka? Atau lo kasihan sama Saka karena sebentar lagi dia mati?" Kali ini Mika sudah tidak sanggup lagi menahan rasa sakitnya. Tamparan mendarat di pipi Jeremi.
"Satu hal yang gue sadar hari ini, Jer. Gue takut kehilangan Saka, tapi gue gak pernah takut kehilangan lo!" Telunjuk Mika hampir saja menusuk mata Jeremi saking kesalnya.
_____
Esoknya Saka diperbolehkan pulang dengan banyak catatan. Saka bangkit dari ranjangnya, lalu hampir tumbang. Ia kehilangan kekuatan untuk tetap tegap. Dokter bilang memang sebaiknya Saka benar-benar dalam pantauan, karena mungkin Saka akan tumbang.
"Saka."
"Hm?" Dua kakak beradik itu tengah menuju mobil. Orang tuanya terlebih dahulu berada di sana sementara Mika mendorong kursi roda adiknya.
Mika beralih posisi, yang semula di belakang mendorong Saka kini berlutut di hadapannya. Ia menggenggam tangan dingin Saka yang pucat.
"Mulai hari ini aku udah gak punya pacar."
"Terus?" tanya Saka. Ekspresi Mika berubah, ia melepaskan genggaman tangannya kesal, "terus Jeremi gimana?" tanya Saka.
"Putus."
"Karena aku?"
"Enggak, aku gak suka mulutnya. Tapi, ini bukan soal Jeremi. Masa kamu nggak ngerti?"
Saka tetap bertahan berpura-pura tidak tahu karena ia tidak tahu juga harus berekspresi apa. Meskipun Mika semakin kesal.
"Ihhh ayo pacaran." Mika uring-uringan."Janganlah, Kak. Aku ga suka dikasihani." Mika menatap Saka dalam. Gadis itu benar-benar mencuri perhatian Saka seutuhnya.
"Saka, izinin aku buktiin kalau aku setulus kamu."
______
Paling bener gue up Saka daripada main mobile legend mainnya pada keg babi disuruh instal Mlq

KAMU SEDANG MEMBACA
HOSPICE
Novela Juvenil#Sickmale Mika sangat berhutang budi untuk keluarga Saka. Mereka membesarkan Mika seperti anak sendiri kemudian mengantarkannya kepada hidup yang sukses sebagai Pengacara. Mika menyayangi Saka seperti adiknya sendiri, tapi Saka sangat tidak suka den...