Dari satu palet yang kotor ini, aku bisa membuat sebuah kanvas menjadi indah.
~Saka Dewangga___________
____________________"Akhirnya kasus rewel itu selesai," ujar Mika bahagia, ia meregangkan tubuhnya karena jujur menangani kasus yang digawangi pengacara senior membuatnya stres. Tengkuknya berat setiap hari dan mempelajari kasus untuk menemukan celah membuatnya hampir muntah setiap malam.
"Ya dong kan pengacaranya pacarku yang paling hebat Mikaila." Mika tersenyum bangga dengan pacar gagah di sebelahnya. Rasanya hidupnya akhir-akhir ini begitu hebat, sepertinya Mika perlu menyuruh seseorang menulis jurnal hidup Mika.
Seorang anak yang dibuang ke panti asuhan oleh orang tuanya, diadopsi oleh keluarga hangat, lalu menjadi pengacara yang akhirnya punya pacar seorang anak pengusaha. Mika ingin berteriak saking bersyukurnya.
"Ayo aku traktir kamu sayang malam ini," ujar Mika sambil memeluk lengan pacarnya posesif.
Sebelum ke tempat makan yang ada di gedung mall ini, sebuah toko mencuri perhatian Mika.
"Sayang, aku mau lihat-lihat ini bentar boleh nggak?" Setelah pacar mapannya itu mengangguk, Mika masuk ke dalamnya. Ada kanvas, kuas, cat, palet, dan ornamen-ornamen yang mengingatkan Mika dengan adik angkatnya---Saka.Mika mengambil beberapa kuas, sebenarnya dia sendiri tidak tahu apa fungsi besar kecilnya kuas. Yang jelas adiknya itu mahir menggunakannya, Mika juga menaruh palet dan kanvas, tak lupa juga cat-cat akrilik. Intinya, perkakas lukis ini akan dihadiahkan untuk Saka.
"Kangen Saka, ya?" tanya Jeremy, pria mapan yang berencana melamar Mika malam ini."Iya."
____
Ini sudah malam, tidak enak juga harus membangunkan Ibunya yang terlihat begitu lelah di sofa rumah sakit. Benar-benar tidak bisa menahan sakit kepala yang dialami, Saka tidak pernah kunjung terbiasa dengan rasa sakit yang selalu mengitari kepalanya.
Pemuda itu berusia sembilan belas tahun, ia telah memiliki satu juta pengikut di sosial media. Mungkin saja ia adalah konten kreator paling pasif di dunia, tidak peduli dengan challenge baru yang seharusnya menambah popularitasnya, dia hanya selalu membagikan hasil lukisannya itu saja. Mobilitas Saka terhenti hanya karena dia berada di rumah sakit, toh menjalani hidup sebagai penyandang Kanker otak itu sudah melelahkan kenapa harus peduli dengan tantangan tidak penting.
Saka turun dari tempat tidurnya, lalu ke kamar mandi. Saking sakitnya perutnya seperti diaduk dan tidak nyaman, pemuda itu muntah. Ia sedikit menyayangkan makan malam mewah hari ini keluar begitu saja.
Pemuda dengan hidung mancung itu melihat ke arah cermin, seburuk apa penampilannya sekarang? Ternyata ia masih tetap tampan hanya saja pandangannya memburuk.Saka Dewangga melangkahkan kembali kakinya menuju tempat tidur sampai ia terhenti karena merasakan jantungnya seperti berdetak terlalu kencang, seperti napasnya yang bertambah cepat. Pemuda yang kebal dengan efek rambut rontok itu mengumpat, apakah akan mati sekarang? Tubuhnya tidak ada yang tidak sakit.
"Saka? Kenapa nggak bangunin Mama, Nak?" Sang Ibu bangun sambil mengucek matanya. Mendekati anaknya yang sepertinya tidak bisa bergerak lebih jauh.
"Saka? Kenapa napasnya?" Saka pun kebingungan dengan pertanyaan Ibunya, ia seperti tidak dapat mengendalikan napasnya sendiri.
"SAKA!!" teriakan itu menjadi suara terakhir yang Saka dengar setelah ia jatuh dan mengejang.
___
"Ini untuk Saka." Sang dokter yang terbiasa merawat Saka memberikan sebuah kotak, orang tua Saka membuka kotak berpita putih itu. Kuas dan cat air.
Rika---sang Ibu tersenyum, "terima kasih, dok. Kebetulan ulang tahun Saka beberapa minggu lagi."
"Saat ini mari kita fokus terhadap kebahagiaan dan kualitas hidup Saka." Sepertinya kedua orang tua ini mengerti arah pembicaraan sang pemilik jas putih itu. Akan tetapi, tidak ada yang mau kehilangan harapan.
"Kondisi Saka saat ini dinyatakan sangat buruk, kankernya sudah ke stadium akhir dan...," sambil menggantung ucapannya, Dokter mengeluarkan sesuatu sepertinya hasil rontgen otak Saka, "sudah sudah menyebar ke batang otak. Itu sebabnya Saka akan memiliki gangguan pada jantung dan pernapasannya, karena fungsi batang otaknya terganggu."
Apa yang bisa Rika lakukan selain menangis dan apa yang bisa Fajri lakukan selain memeluknya. Tanpa berusaha menenangkan Rika karena saat ini ia juga merasakan yang sama.
"Berapa lama?" Fajri memberanikan diri.
"Melewati ulang tahunnya itu sudah hal yang baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
HOSPICE
Teen Fiction#Sickmale Mika sangat berhutang budi untuk keluarga Saka. Mereka membesarkan Mika seperti anak sendiri kemudian mengantarkannya kepada hidup yang sukses sebagai Pengacara. Mika menyayangi Saka seperti adiknya sendiri, tapi Saka sangat tidak suka den...