8. Kill Him

367 22 10
                                    

Postingan-postingan mesra Mika dan Saka akhir-akhir ini membuat Jeremi harus puasa membuka sosial media

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Postingan-postingan mesra Mika dan Saka akhir-akhir ini membuat Jeremi harus puasa membuka sosial media. Ia menekan janur hidungnya, berharap dapat mengurangi rasa sakitnya. Jawabannya tidak, ia semakin gelisah dengan rasa obsesinya kepada mantan kekasihnya itu. Sepertinya tidak ada lagi gadis pandai dan cantik yang bisa mencuri hati seorang Jeremi.

"Ini semua karena anak sekarat itu. Gue bunuh lo!"

___

"Mik ... aa!" panggil Saka, ia baru saja bangun tidur. Mika yang tidur di sampingnya menoleh, menatap si pemilik suara serak yang baru saja menginterupsi tidurnya yang nyenyak.

"Apa, Ka?" tanya Mika, ia merapikan rambut Saka yang berantakan.

"Ke ... mall .... yyy-uk?"

Mika tersenyum akhirnya Saka punya sesuatu yang bisa ia wujudkan untuk Saka. Pemuda itu bersusah payah bangun dari tempat tidur setelah berhari-hari hanya bangun untuk mengeluhkan beberapa hal tidak nyaman seperti muntah dan merasakan jika dia tiba-tiba mengompol.

____

"Mika mau apa?" Mika terbelalak tiba-tiba saja adiknya, ralat! Pacarnya bisa berbicara seperti orang sehat. Keluhan-keluhan Saka memang hilang timbul, tapi hari ini Saka benar-benar hoki untuk jalan-jalan dan terlihat normal. Meski ia sedikit takut orang-orang sadar kalau dia ke sini menggunakan pampers.

"Emangnya Saka mau beliin Mika apa?" Mika merangkul lengan Saka, takut orang-orang naksir.

"Semua yang Mika mau."

"Emangnya Saka punya uang? Dari mana?" tanya Mika.

"Jual lukisan di galeri." Saka enteng menjawab, sementara Mika marah. Ia melepaskan tangan Saka dan menatap Mika marah.

"Kok dijual? Kamu tahu nggak seberapa berharganya lukisan kamu buat aku? Buat Mama sama Papa. Kita pengen lihat kamu terus, Ka!"

"Karena nanti aku mati, terus dengan lukisan itu kalian merasa aku ada?" tanya Saka, ia tersenyum melihat air mata Mika jatuh. Tangan dingin pemuda itu menghapus air mata si gadis.

"Kamu inget waktu kamu marah-marah karena aku pingsan gak makan, uang jajanku aku pake buat beli cat? Aku bilang aku bakal nunjukin kalau lukisanku suatu hari nanti bakal bisa bayar utang aku ke kamu beliin aku sari roti sama minyak kayu putih," tutur Saka panjang lebar.

"Ihhh ... aku marah bukan karena kamu pake uangku buat beli sari roti! Tapi karena aku khawatir kamu gak makan!" Saka kembali tersenyum manis.

"Sekarang aku udah di sini, Mika. Aku udah bisa beliin kamu sesuatu karena lukisanku. Followers aku nanti juga seenggaknya bisa punya hal yang harus dikenang dari Saka Dewangga, 'kan?" Saka merangkul Mika, melanjutkan aksi jalan-jalannya. Persis seperti pasangan sungguhan meski hubungan ini tergolong hubungan yang tidak lazim.

"Tapi, kamu masih punya lukisan buat aku, 'kan?"

"Ada di kamar."

____

HOSPICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang