7. Almost

302 22 2
                                    

Kuas Saka terjatuh, ia tidak bisa merasakan tangan kanannya. Ototnya sangat lemah pun dengan tubuhnya yang terlalu dingin, penonton melihatnya lewat telepon seluler masing-masing mereka sangat khawatir melihat Saka saat ini.

Karena tangan kanan   Saka tidak berdaya ia ingin mengambil kuasnya dengan tangan kiri, tapi sayangnya bukannya kuas yang kembali ke atas Saka justru terguling ke kiri. Meringkuk tak berdaya, tubuhnya benar-benar tanpa tenaga. Saka tertawa tapi air matanya mengalir.

Karena terdengar bunyi jatuh Mika datang sesegera mungkin.
"Saka?" Mika mendekat, mendudukkan Saka kemudian menahannya agar tak jatuh lagi. Ia tidak merasakan bahwa adiknya punya tenaga.

Mika memeluk Saka, apa pun agar Saka nyaman.
"Mm ... Mika." Saka susah payah mengatakannya, ia benar-benar mulai memiliki penurunan fungsi dari setiap tubuhnya.

Penglihatannya tidak jelas, ototnya melemah, kehilangan keseimbangan, sering mual dan muntah, pusing tidak karuan, kejang, sekarang sudah sulit berbicara.

"Aku ... gak ... akan ... nye ... rah." Napas Saka memburu, ia teramat lelah.

"Gak boleh nyerah. Kita pasti nemu obat buat Saka, ya?"

________

Bangun-bangun Saka disambut dengan semburan air. Yang benar saja? Matanya terbuka, ia tak bisa menggerakkan beberapa anggota tubuh sejak pertama jatuh saat melukis. Ia bangun di kemudian hari dengan nasal canula dan pemandangan aneh, siapa pria setengah baya ini.

Mulutnya komat-kamit lalu meminum air dan kemudian menyemburkannya lagi ke wajah Saka. Ia memejamkan matanya untuk melindungi diri, baguslah reflek tubuhnya masih berfungsi.

Kedua tangannya digenggam dua wanita, Rika dan Mika. Ini upaya penyelamatan apa?

"Ma??" protes Saka.

"Ssstt, yang penting Saka sembuh." Mendengarnya yang bersangkutan hanya tersenyum tipis. Setidaknya dia sangat beruntung memiliki banyak orang yang menyayanginya.

_____

"Saka akhir-akhir ini ngalem ya sama Mika? Padahal pas kecil dia seakan-akan benci sama Mika." Sang Ayah memperhatikan Saka yang tidur di pelukan Mika saat menonton televisi.

"Biarinlah, namanya juga saudara." Rika menyiapkan kue yang baru saja ia masak. Kesukaan Saka, setiap hari adalah hari spesial untuk Saka ia akan mendapatkan semua makanan favoritnya.

Rika ingin menangis saja rasanya saat memasang lilin berbentuk angka dua puluh di atas kue. Tidak percaya anak kandungnya akan meniup lilin terakhirnya, tahun depan ia sudah tidak bisa membuatkannya untuk Saka.

"Ayo hidup yang bahagia demi Saka, jangan nangis lagi okay?" Rika terpaksa tersenyum kala mendapati senyuman palsu suaminya.

____

"Selamat siang, iya ini benar dengan Mikaila. Mohon maaf, Pak. Saya sedang cuti untuk saat ini." Mika menjauh saat mengangkat telepon akan tetapi mereka semua mendengar ucapan Mika.

"T... Tuhan. K ... k ... kalau umm mhh ul p ... panjang ttt ... idak telkabulkan. Saka, ingin Mmika menang di pengadilan." Saka meniup lilinnya. Ia memang sudah mengalami penurunan di segala aspek fungsi tubuhnya.

"Okay, saya siap jadi Pengacara Anda di kasus ini." Mika lantas menutup telepon. Benar juga, Saka belum pernah melihatnya berdebat di meja hijau.

"Saka bertahan sampai kasus ini selesai okay? Kalau perlu kasus berikutnya juga."

Saka menangguk, tapi sayangnya itu hanya sebatas keinginan Saka. Tubuhnya bergetar hebat, lalu terjatuh ke belakang dengan mata terbelalak putih sempurna. Tangan Saka mengepal kuat dan tubuhnya menyentak hebat, mulut Saka terbuka menimbulkan suara-suara aneh yang menggambarkan betapa sakitnya dia sekarang.

"Saka tenang, semuanya akan baik-baik aja okay?" Mika hanya mengelus pelan lengan Saka, kedua orang tuanya hanya fokus membiarkan Saka miring dan Rika segera mengambilkan injeksi untuk mengurangi kejang Saka.

Beberapa menit kemudian Saka melemas, ia lelah. Ingin tidur, tetapi ia merasakan sesuatu yang tidak nyaman di bawahnya. Basah, yang benar saja? Ia baru saja mengompol. Saka tidak merasakan apa-apa.

"Gak apa-apa Saka, bisa dibersihkan." Sepertinya dengan melihat ekspresi Saka, keluarganya mengerti betapa marahnya Saka dengan dirinya sendiri.

"G ... gak gunaaa!! j ... jijik!"

"Ssssttt, kita gada yang jijik sama Saka. Okay?" Sang Ayah lantas mengangkat tubuh anaknya yang mulai terlelap, bisa dibilang Saka maniak tidur dan ia bisa tidur setelah ia meneriaki dirinya sendiri.

"Saka jadi bayi di umur dua puluh." Rika menghela napas, setelah ini Saka akan menjadi bayi dengan popok dewasa.

____

____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

@mikailaaa_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


@mikailaaa_

Hai, sebenarnya ulang tahun Saka itu kemarin waktu dia bangun dari koma. Karena dia linglung sekarang aja ucapinnya ya? @dewa.saka

Saka sayang selamat ulang tahun yang ke 20. Meski rasanya paling biasa saja doa panjang umur dan sehat selalu adalah yang benar-benar aku aamiin kan saat ini. Paling serius semoga dapat dikabulkan dan apa itu berlebihan?

Saka tidak bisa balas komentar ini bukan karena dia benci aku. Bukan karena dia nggak bisa nerima aku, tapi karena tangannya yang gak bisa lagi ngapa-ngapain. Untuk pengikutnya, jangan berharap apa-apa kecuali Saka sembuh dan sehat kembali. Jangan tuntut Saka untuk kembali menghibur.

Saka ♥️♥️♥️

HOSPICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang