Hari ke-22 : Donasi daun

46 10 2
                                    

"Ian, gimana kalo kita kumpulin donasi buat kang cilor di pertigaan yang abis kecurian gerobaknya? Gue kasihan," ujar Ila lesu.

Beberapa hari lalu, penjual cilor di dekat komplek perumahan Ian dan Ila kehilangan gerobaknya karena dicuri. Dan sudah beberapa hari ke belakang tidak lagi berjualan.

Hal tersebut membuat Ila sedih, selain karena tidak ada cilor seenak di pertigaan komplek perumahannya itu, Ila juga kepikiran dengan nasib sang penjual cilor yang sudah tidak berjualan. Padahal dirinya dan Ian sudah bertahun-tahun jadi pelanggan tetap yang membeli cilor di sana.

"Ya udah, boleh deh," Ian juga setuju dengan pendapat Ila. Selain itu, Ian juga tidak tega melihat Ila uring-uringan beberapa hari ke belakang, padahal yang kecurian bukan Ila.



Ila memasukan tiga helai daun monstera miliknya ke totebag, sedangkan Ian membawa lidah mertua miliknya yang berada di polybag dan meletakkannya di depan vespanya.

Ian dan Ila berkeliling ke rumah para tetangga, beberapa diantara mereka ingin ikut berdonasi karena melihat Insta Story Ila.

Isi Insta Story Ila menampilkan Ian yang sedang memindahkan lidah mertua miliknya ke dalam polybag.

Ila mengatakan bahwa dirinya dan Ian ingin berdonasi ke penjual cilor yang gerobaknya habis kecurian, ternyata ada beberapa yang ingin ikut membantu juga.

Donasi yang terkumpul cukup banyak, bahkan lebih dari ekspektasi Ian dan Ila. Ada yang memberikan keladi red star, kuping gajah, serta gelombang cinta.

Ian sampai kesusahan membawa vespanya, sementara tangan Ila juga mulai pegal memegang beberapa tanaman ditangannya.



Hingga akhirnya Ian dan Ila sampai di rumah sang penjual cilor, letaknya tidak terlalu jauh namun jalannya memutar karena berada di belakang komplek perumahan Ian dan Ila.

Penjual cilor tersebut menyambut kedatangan Ian dan Ila dengan ramah, lalu keduanya mengatakan maksud kedatangan mereka.

"Wah, terima kasih banyak nak Ian dan Ila. Apa yang kalian berikan tidak kebanyakan? Ini sih bukan cuma bisa untuk kebutuhan sehari-hari, tapi bisa beli gerobak baru," ujar penjual cilor.

Ian dan Ila sekilas saling bertatapan.

Awalnya Ian dan Ila berdonasi niatnya sekedar untuk membantu kebutuhan sehari-hari penjual cilor yang beberapa hari ke belakang sudah tidak berjualan, namun saat mendengar pernyataan sang penjual cilor barusan membuat Ila memekik kesenangan.

"Berarti bisa jualan cilor lagi dong, Pak?" tanya Ila memastikan.

Penjual cilor tersebut mengangguk.

"Kalo gitu donasinya dipake buat beli gerobak cilor aja, gimana Pak?" ujar Ila bersemangat.

"Iya, itu sepertinya ide bagus, nak Ila. Saya juga berpikiran seperti itu." ucap penjual cilor, "Tapi masalahnya kalau sekarang, saya tidak bisa meninggalkan rumah karena harus menjaga anak saya. Istri saya sedang bekerja karena saya belum bisa kembali berjualan lagi," jelas penjual cilor tersebut dengan sopan.

"Ian, gimana kalo kita aja yang pergi ke tempat beli gerobak jualannya? Seru juga kayaknya, gue belum pernah ke sana," usul Ila.

Ian mengangguk.

"Kalau nak Ian dan Ila tidak keberatan melakukannya, akan saya berikan alamat tokonya,"

"Iya boleh, Pak. Tolong ya," ujar ila.

"Sebentar."

Setelah menerima alamat toko tempat membeli gerobak yang ditulis pada secarik kertas, Ian dan Ila pamit dari rumah penjual cilor tersebut.

Best Friend Ever | Jaelia ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang