Hari ke-30 : Funeral

190 9 10
                                    

Ila menahan tubuh Sharon yang kini lemas dan tak bertenaga melihat jasad ayahnya yang dipindahkan dari ruang jenazah ke mobil ambulans.

Sharon tidak pernah mengetahui bahwa sebelumnya ia memiliki ayah, karena selama ini Sharon tinggal bersama ibu dan kakeknya.

Sharon juga tidak pernah menayakan ayahnya kepada ibunya, karena bisa saja hal tersebut merupakan kenangan buruk untuk ibunya.

Hingga beberapa minggu lalu, ketika Sharon masuk rumah sakit, saat itu juga Sharon diberitahu bahwa ia memiliki seorang ayah.

Ayah Sharon selama ini tinggal di China, dulu ayah dan ibunya berpisah karena banyaknya perbedaan diantara mereka, serta sejak awal orang tua ibu Sharon tidak pernah merestui hubungan ibu dan ayah Sharon, salah satunya karena latar belakang keduanya yang berbeda.

Hingga puncaknya pada saat ibu Sharon mengandung Sharon, ayah Sharon sudah kehabisan kesabaran menghadapi mertuanya yang tidak kunjung merestui meski mereka sudah menikah dan ibu Sharon tengah mengandung. Pada akhirnya ayah Sharon memutuskan pergi karena tidak kuat latar belakangnya selalu dihina dan diungkit-ungkit.

Hari di mana Sharon masuk rumah sakit, hari itu pula ibu Sharon secara tidak sengaja bertemu dengan ayah Sharon. Namun kondisi lelaki yang pernah menjadi suaminya itu terlihat pucat dan lusuh.

Setelahnya, baru diketahui bahwa ternyata ayah Sharon sudah lama menderita meningitis dan dirujuk ke rumah sakit tersebut untuk menjalani perawatan. Meski tidak dapat dipastikan kesembuhannya, karena kondisinya sudah sangat parah.

Sejak hari Sharon diberitahukan oleh ibunya bahwa ia memiliki seorang ayah, Sharon selalu dibujuk oleh ibunya agar mau menemui ayahnya meskipun hanya sekali. Namun sayangnya Sharon selalu menolak.

Entah mengapa, Sharon tidak merasa senang dengan fakta yang baru saja ia ketahui. Meski dulu Sharon kadang kala menerka-nerka bagaimana rasanya memiliki seorang ayah, tapi saat hal yang dipikirkannya tersebut menjadi nyata, Sharon malah tak suka.

Sharon tidak bisa membohongi dirinya bahwa ada rasa benci pada ayahnya.

Banyak pertanyaan dibenak Sharon kepada ayahnya setelah mendengarkan kejadian yang sebenarnya dari ibunya.

Kenapa ayahnya tidak bisa bertahan lebih lama? Kenapa ayahnya harus mengambil keputusan untuk pergi meninggalkannya? Atau kenapa ayahnya tidak pergi mengajak ibunya juga? Sehingga mereka bisa hidup bersama sebagai keluarga kecil yang bahagia di China, mungkin.

Sharon bisa saja pergi menemui ayahnya dan menanyakan segala pertanyaan yang ada dikepalanya, namun saat itu sepertinya ego dan rasa benci Sharon pada sosok sang ayah lebih tinggi.

Dan kini Sharon hanya bisa menyesali sikapnya beberapa minggu lalu.



Hari ini Sharon memang menemui ayahnya, namun bahkan sang ayah tidak bisa membuka mata untuk menatapnya.

Sharon menemui ayahnya pertama kali dalam hidupnya, sekaligus mengantarkan ayahnya ke tempat peristirahatan yang terakhirnya.








Sharon menangis tanpa suara sambil memeluk Ila, sementara Karindu mengusap pelan punggung Sharon.

Ada Ian dan Haris juga yang memperhatikan ketiga perempuan tersebut, kini mereka berlima berada di kamar Sharon. Mereka menemani Sharon yang sedang berduka setelah pulang dari pemakaman ayahnya tadi.

Ian memperhatikan Ila, ia mengatupkan rapat bibirnya dan sesekali bergumam pelan, mungkin membisikan kalimat yang sekiranya bisa membuat Sharon tidak terlalu bersedih.

Ian menghela napasnya, sebenarnya ia tidak terlalu suka Ila berlama-lama di rumah Sharon saat ini.

Bukannya egois, hanya saja Ian tahu betul bahwa Ila juga paling sensitif dengan hal yang berkaitan dengan ayah. Meski kisah Ila dan Sharon jauh berbeda, tapi sedikit banyak pasti men-trigger Ila. Dan Ian yakin saat ini Ila sedang berpura-pura kuat demi Sharon.

Best Friend Ever | Jaelia ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang