Hari ke-7 : Menurut psikologi

95 21 2
                                    

"Menurut psikologi, saat seseorang muncul di mimpimu itu artinya dia merindukanmu atau ingin bertemu denganmu."

Ila menggumam membaca salah satu tweet yang baru saja lewat di timelinenya, lalu menatap Ian yang sedang sibuk sendiri dengan ponselnya. Biasa, main Genshin Impact.

"Masa sih?" cicit Ila lagi.

"Hah? Apa?" sahut Ian yang tak mengalihkan pandangannya dari ponselnya.

"Dih, apaan gue lagi ngomong sendiri,"

"Ohh..." balas Ian sekenanya.

Ila tidak banyak mengingat mimpinya yang pernah ia alami, namun hingga saat ini yang paling membekas dan Ila ingat adalah mimpi saat berada di bawah jembatan bersama Ian waktu itu.

Tweet yang baru saja Ila baca terasa janggal, tidak mungkin Ian ingin bertemu dengannya karena saat itu Ila sedang bersama Ian.

Bahkan Ian yang memindahkan Ila ke atas kasur karena dirinya ketiduran dibahu Ian.

Ila mulai mengetikkan pertanyaan yang ada dikepalanya, serta kaitannya dengan mimpinya untuk mendapat penjelasan.

Ila merutuki dirinya sendiri karena telah berjanji untuk berhenti mencari tahu tentang mimpi aneh itu, tapi tetap saja pada akhirnya Ila kembali mencari informasi lebih lanjut jika ada hal yang kebetulan bersinggungan dengan mimpi anehnya itu.

Setelah selesai mengetik, Ila keluar dari aplikasi Twitter dan membuka Spotify, kembali mendengarkan lagu sayap pelindungmu sambil bersandar dibahu Ian, seperti biasa.

Oh iya, ini sudah memasuki minggu ketiga Ila masih mendengarkan lagu yang sama.

Sesaat akan terlelap, Ila dikagetkan dengan getaran ponselnya sendiri. Saat mengeceknya, terdapat banyak notifikasi dari Twitter. Mungkin sudah ada orang yang membalas tweet Ila.

Ila membelakkan matanya saat melihat tweetnya sudah benar-benar ramai, lebih dari lima ratus orang yang menyukai tweetnya serta ada puluhan orang yang membalas tweet Ila tadi.

Akun Twitter Ila memang sering error, jadi tidak jarang notifikasi Twitter Ila sering telat atau bahkan tidak masuk sama sekali.

Saat melihat beberapa balasan tweet miliknya tadi, jawaban dari orang-orang tersebut tidak sesuai harapan Ila. Mereka malah fokus ke mimpi Ila yang katanya romantis, tapi kan inti Ila mengetik panjang lebar bukan itu, serta mimpi Ila itu aneh, bukan romantis.

Sekali lagi Ila melirik ke arah Ian, lalu menghembuskan napasnya pelan.

Ila memilih menghapus tweetnya karena takutnya Ian nanti melihat saat membuka Twitter dan akan bertanya padanya.

Ila tidak mungkin menceritakan mimpinya yang satu itu pada Ian.

"Menurut psikologi, menurut psikologi tai kucing! Ini namanya penipuan." gerutu Ila.

"Kenapa sih, Ila? Dari tadi mood lo kayaknya jelek banget."

Ian sampai harus mempause gamenya demi menatap Ila yang wajahnya sudah ditekuk.

"Mau jajan cilor di pertigaan gak?" tawar Ian.

Kalau mood Ila sudah jelek, mengajak gadis itu membeli jajanan adalah solusinya.

Ila masih terdiam, sepertinya masih menimbang-nimbang sebaiknya ia pergi atau tidak.

"Udah gak usah banyak mikir, gue traktir,"

Ian meletakkan ponselnya, berdiri dari duduknya lalu mengulurkan tangannya dihadapan Ila, "Cepetan! Ntar sekalian beli es krim,"

Dengan senyuman mengembang, Ila menyambut uluran tangan Ian.

"Punya gue es krim stroberi!" seru Ila.

"Iyaaa... Gue gak lupa."





— To be continue





Tema : Buat cerita berdasarkan profesi kalian saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Tema : Buat cerita berdasarkan profesi kalian saat ini. Boleh didasarkan pada profesi atau jurusannya saja, tempat kerja/kuliahnya saja, atau keduanya.

Jangan lupa vote kalo sayang Ian dan Ila

Best Friend Ever | Jaelia ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang