02: Sang Zindik

24 5 0
                                    

Julia
🥀

...

Aroma darah menguat dari balik ruangan gelap tak berjendela, samar-samar pula bercak darah terlihat memenuhi lantai serta dinding ruangan kecil ini, meskipun tak terlalu terlihat karena kurangnya pencahayaan.

Dan nuansa mencekam lagi mencekik udara pernafasan mulai terasa manakala dua manik hijau limau saling tatap-menatap dengan begitu intens.

Daki. Dari cara ia memandang, sudah jelas rasa keterkejutannya. Dalam posisi yang sedang memakan sepotong tangan manusia utuh, ia tak bisa lagi berkilah seperti biasa, ditambah lagi sosok masa lalunya yang kini sudah berdiri bersama dendam kesumatnya, ia tak lagi bisa mengelak dari semua penggerebekan mendadak ini.

Dalam kebisuan tak berujung, Julia mulai melangkah kaki untuk bisa masuk ke dalam ruangan.

Seketika setelah memasuki ruangan, sebuah kontraksi otot tiba-tiba saja terjadi pada Julia. Seluruh wajahnya menampakkan urat-urat syaraf berwarna hijau yang begitu jelas dari balik lapisan kulit pucatnya. Netra mata yang tadinya berwarna hijau limau, kini berubah warna menjadi merah padam.

Sekejap mata, pemandangan disekitar Julia mulai mengabur berubah warna menjadi abu-abu gelap. Rangkaian garis-garis putih tipis secara cepat menciptakan rangkaian anatomi tubuh dari sang target -Daki- dan dari sana satu garis putih lurus terhubung antara kepalanya dan kepala dari Julia.

Julia lalu mengacaukan garis penghubung itu hanya dengan satu anggukan kepalanya, dan secara tiba-tiba saja garis tersebut bergetar hebat, berubah warnanya menjadi merah padam. Seketika itu pula, Daki sontak mulai ketakutan.

Ia lalu tunduk bersujud dihadapan Julia. Peluh keringat keluar begitu saja dari kulit mulus Daki, mulut gemetaran, tangis di pelupuk mata jatuh begitu saja, tubuh membeku bagai mayat bagaikan bertemu dengan sang tuan.

"Kau...masih takut dengan kemampuanku ini? Sungguh lancang sekali kau merendahkan loyalitasmu kepada si Muzan itu," sarkas Julia diiringi nada gemetar yang begitu lirih.

Daki tak merespon apapun.

"Tak apa. Toh, darah si bajingan itu ternyata masih saja berguna."

Julia lalu merogoh saku dalam jas. Sebuah granat berbentuk tabung berukuran sedang dikeluarkannya dari dalam jas, lalu dengan satu tarikan dari ibu jarinya, pelatuk dari granat terlepas begitu mudah. Diiringi pula keluarnya kepulan asap berwarna hijau.

Aroma basil yang busuk berpadu pula dengan sedikit bau durian menjadikan asap granat itu menjadi momok mengerikan bagi para mereka pecinta wewangian.

"Aku tak bisa berlama-lama di sini, terima kasih sudah memberikanku masa lalu yang begitu hitam, nyonya Daki, berkat dirimu lah aku bisa dengan tega membunuh tentara apapun, dan berkat dirimu lah, granat ini tercipta.

"Dan harus aku katakan juga, untuk beberapa jam kedepannya kau akan menjadi lemah, bahkan kekuatan fisikmu hanya akan sebatas pilar terlemah, jadi, nikmati saja."

Setelah melakukan sarkasme kepada sang iblis, Julia lantas menjatuhkan granat asap itu tepat di depan Daki yang masih saja bersujud ketakutan, sementara dia, dengan langkah santai mulai berjalan pergi meninggalkan Daki yang masih saja bersujud.

Rencana baru saja dimulai, dan kini adalah bagian terbaiknya.

Suara kepanikan berkoar-koar begitu saja, diiringi bel sejuk ledakan maha besar, bau gosong di mana-mana. Dalam kondisi ini Julia hanya bisa tertawa sembari tersenyum.

Cinta Dan Moral ( Kny Fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang