09: Oh... ya sudah

15 1 9
                                    

Julia
.
.
🥀

.

Katanya, stasiun bawah tanah itu bau.

Dan sayangnya hal itu dibenarkan oleh hidung Julia yang tak bisa dikecoh oleh bau-bau aneh nan kurang menarik.

Kini dalam balutan mantel hijau tua, ia memecah keramaian para penumpang yang berlalu-lalang. Rasa pening mulai menghinggapi kepala, rasa kantuk, lelah, hingga nyeri di bagian dada telah memberikan rasa sakit tiada tara.

Aku ingin tidur sekarang batin Julia ketika ia kini hanya bisa terdiam menjadi pemecah gelombang manusia di tengah lorong stasiun, mata sipit akibat rasa pening itu mulai menghipnotis pandangannya, mencoba membawa sang veteran menuju kegelapan tiada berujung.

Satu langkah.

Dua langkah.

Dan, tiga...oh, sayang sekali, tubuhnya sudah mencapai batas maksimalnya.

Kini, alam bawah sadarnya telah menyambut, menuju kegelapan.

...

"Ayaka! Kalau sudah besar nanti, kau ingin menikah dengan siapa?"

"Kato? Kau masih hidup?"

Dua manik hijau limau kini telah terbuka, menatap lamat-lamat ke dua orang gadis desa dalam pakaian sederhana mereka.

Yang satu, si sehat dalam pakaian serba merah muda, berambut hitam mengkilat, netra matanya kuning nan manis untuk dipandang, sayang ia tak terlalu tinggi.

Satu lagi, tampak sedikit lemah fisik, berambut hitam pendek, netra matanya... tunggu dulu! Dia adalah Julia di masa remaja! Kenapa Julia bisa ke masa lalu ini?

Bantaran sungai kecil, mereka tampak berjalan membawa keranjang penuh setumpuk pakaian habis cuci. Kato, si gadis sehat itu memimpin Julia remaja yang berjalan saja tampak begitu pelan diiringi suara batuk.

"Ayaka! Kalau sudah besar nanti, kamu mau menikah dengan siapa?" tanya Kato riang.

Jangan jawab! Jangan jawab diriku yang bodoh lagi polos! Pokoknya jangan! Sambung batin si Julia dewasa dari balik pohon.

"Tentu saja. Tuan..." belum sempat jawaban penuh itu terucap, kegelapan kembali membawa Julia menuju dunia lainnya.

Kini, di atas sebuah tanah berbatu nan simetris ia berpijak, barangkali lebih tepat disebut jembatan. Ya, jembatan yang bahan bakunya adalah kumpulan batu bata? Selayaknya jembatan-jembatan yang ada di Eropa.

Rasa kenal lagi tak asing terlihat dari raut wajah ayu itu, secepat kilat Julia menoleh ke sisi kanannya, dan benar dugaannya.

Menara Eiffel tengah berdiri berbalut langit senja.

Perasaan ini, suasana ini, lalu tempat ini. Julia ingat betul apa artinya!

Pada saat itu, di musim gugur pada awal tahun 1928 ia datang ke tempat ini, karena seseorang.

Seseorang...yang spesial.

"Julia, kau datang."

Berpaling, dan sekarang akhirnya ia kembali melihat sosok itu setelah sekian lamanya terpisahkan.

Cinta Dan Moral ( Kny Fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang