12: Serangan

17 1 9
                                    

.
Musashi
.
.
🧪
.


Serangan fajar menyingsing membikin segala hal menjadi panas. Membuntuti segala-galanya dalam bayang hitam dibalik raga.

Musashi kembali dalam perenungan, manakala satu orang mayat tergeletak di depannya.
Seorang anak muda berusia 20 tahunan, telah meregang nyawa oleh peluru panas yang terlepas dari pistol emasnya, dan kini, ia telah meninggal dalam kebanggaan seragam hitam seorang pemburu! Lengkap bersama pedang warna-warni pula!

"Dasar orang gila," hardik Musashi, meninggalkan lorong gelap tempat pembunuhan.

Sinaran emas menuju jingga menyambut. Mata hijau indah hanya bisa melihat segala pemandangan tiada berarti lagi.
Segala jalan raya beraspal, deretan toko di sepanjang trotoar kota tanpa sedikitpun ternodai oleh kehadiran pemulung ataupun tuna wisma.

Kota sebagus dan sebersih ini, justru ternodai dengan adanya para pemburu!

Mereka merampas harta dengan modus pajak operasional kepada masyarakat, membuat kongkalikong dalam perburuan mereka dengan mengada-adakan seekor iblis untuk masuk ke kota, dan terakhir ialah tindakan semena-mena mereka di beberapa waktu tertentu.

Tapi, apa benar mereka benar-benar sebobrok itu?

Musashi hanya bisa menghela nafas panjang, membiarkan terpaan udara dingin menyentuh kulitnya dan memberikan sensasi menggelikan. Berjalan pelan menyusuri kota di dini hari, rasanya membangkitkan beberapa memori masa lalu terpahit Musashi.

Namun kini, ia harus lebih fokus akan misi.

Misi dimana ia harus bekerja ekstra keras dari sebelum-sebelumnya.


Suara bell masuk terdengar, disertai satu pertanyaan dari meja kasir yang tak diselingi oleh cahaya apapun.

"Sudah selesai?" suara dingin nan tegas itu, ya tak salah lagi, Julia.

Dari remang-remangnya etalase toko kaset kecil tempat mereka kini tinggal, rencana lanjutan sudah disusun Julia guna menyikapi kejadian tempo hari.

Memang awalnya ini tampak begitu beresiko, mencoba membungkam korps dengan segala bukti kejahatan masa lalu mereka.
Ini gila! Melawan organisasi yang sudah mencapai tingkat internasional! Musashi tahu, ada beberapa orang dalam yang bisa di-lobby untuk rencana ini.

Akan tetapi, apa ini akan benar-benar efektif?

Musashi perlahan mendekati Julia yang masih tampak terduduk lelah di kursi putar. Memang tak terlalu terlihat tapi ya, ini Musashi.

Duduk dalam posisi kepala menghadap ke langit-langit, tongkat jalan yang tampak tergeletak tak jauh dari Julia, dan jika boleh menambah, tampak jika kantung mata Julia benar-benar sudah menghitam parah.

"Kau tidak tidur?" tanya Musashi prihatin.

"Aku tak bisa tidur Musashi, suara senapan itu terus mengangguku sepanjang malam, suara jeritan ibu muda di kamp konsentrasi, dan darah mayat yang mengalir di sepanjang sungai. Musashi, tidakkah kau memimpikan hal yang sama denganku?"

Cinta Dan Moral ( Kny Fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang