24: P

3 0 0
                                    

Musashi
.
.
.
🧪

.
Pulang.

Ini hanya tentang kepulangan saja, namun mengapa semuanya terasa begitu aneh?

Mungkin, karena ikutnya Tamayo, Yusihiro, si iblis Douma, dan kekasihnya sendiri.

Dalam perjalanan pun, mobil yang Musashi tumpangi benar-benar menciptakan atmosfer yang tidak lebih dari udara yang mampu mencekiknya. Semua peralatan benar-benar membuat semua badannya merasa risih, namun Shinobu berhasil menjadi suatu hal yang menyejukkan.

Ketika ia tidur di bahunya, Musashi bisa langsung merasakan kelegaan setelah semua hal-hal yang telah hampir menyita udara hidupnya.

Perjalanan yang memakan waktu hampir tiga hari kemudian berhasil menghantarkan rombongan grup ini kembali ke rumah mereka.

Pagar beton raksasa setinggi 12 meter menyambut, lengkap dengan lampu sorot yang begitu terang yang melakukan rotasi putaran acak, tak lupa beberapa orang bertopeng hitam dipersenjatai senapan AK-47 telah mengintai dari atas pagar, meminta klarifikasi dari mobil milik Musashi.

Untuk hal itu, Musashi kemudian turun dari mobil, lampu sorot kemudian menyoroti tubuh Musashi, memperlihatkan dirinya dalam jaket tebal berwarna hijau bersama ransel coklat tua di pundaknya.

Salah satu dari penjaga melakukan hormat selama dua detik sebelum kemudian membuat sinyal tangan yang membuat todongan senjata turun, sementara pintu baja yang menghalangi jalan masuk kemudian terbuka.

Selesai dengan itu, Musashi kembali masuk ke dalam mobil, dan semuanya kemudian masuk ke dalam.

Masuk ke dalam gerbang, pemandangan yang ada hanyalah jalan aspal yang menunjukkan jalan lurus, dengan kanan-kiri nya hanya diisi oleh tanah gersang dipenuhi papan-papan kayu tegak beserta kawat-kawat tajam yang sambung menyambung dari papan kayu satu ke papan kayu lainnya.

"Area apa ini?" tanya Shinobu sedikit ketakutan.

"Kuburan massal. Mereka yang mengkhianati kawasan ini, orang asing, dan penyusup,"

Setelah jawaban itu, Shinobu jadi lebih memperpendek jaraknya dengan Musashi, merangkul lengannya lebih kencang lagi, maklum kawasan seperti ini pastilah tidak ada di kawasannya.

Kurang lebih setengah jam berlalu, pemandangan perkampungan kecil mulai terlihat, dan semakin masuk semakin ramai pula bangunan dan orang-orangnya.
Tak seperti bangunan pada distrik lain, di sini bangunan setengah jadi, yang sudah hancur, ataupun berbentuk tidak proporsional adalah pemandangannya.

Dan dalam waktu kurang lebih dua jam kemudian, tampak beberapa orang yang mulai menghormati mobil yang ditumpangi mereka mengambil posisi hormat, sembari menyerukan dua buah nama.

"Hidup nyonya Julia! Hidup tuan Satoshi!"

Awalnya Musashi pikir itu adalah jejak keagungan kelompok ini, namun melihat kondisi yang sekarang, ingin rasanya Musashi untuk mengganti pujian itu, karena intuisinya meyakini, jika ucapan itu sudah tidak lagi relevan.

Tak ada percakapan yang berarti saat ini, hingga akhirnya tempat yang mereka tuju mampu dipandang oleh mata mereka.

Saat itu, mobil tengah melalui jalan raya yang dipenuhi sesak manusia di kanan dan kiri ruas jalan, mengantar mereka ke arah jalan yang semakin lama semakin menyusut, tak hanya itu, terjadi peralihan pemandangan, yang tadinya berupa pemandangan dataran yang luas di kanan dan kiri, menjadi pemandangan bangunan-bangunan tak terawat hingga akhirnya berujung pada jalanan gang kecil.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Dan Moral ( Kny Fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang