"Permisi pak, maaf telat. Tadi macet." Haikal mengetuk pintu ruang kelasnya yang sudah mulai sejak 10 menit lalu."Permisi pak." Bama ikut menunduk, mengekori Haikal yang sedari tadi menggenggam pergelangan tangan Bama.
"Loh, Bama ya? Sudah sehat?" Pak Arif menyapa Bama dan sedikit terkejut melihat Bama pagi itu.
"Sudah pak." Jawabnya dengan suara pelan lalu ikut duduk di samping Haikal di meja depan. Kebiasaan, meja depan selalu kosong karena meja belakang selalu diisi duluan oleh para mahasiswa.
"Alhamdulillah, baik kalau begitu."
Bama mengeluarkan buku catatan dari dalam tasnya dan mulai memperhatikan ppt yang disajikan dosennya.
"Mau minum?" Bisik Haikal.
"Boleh." Bama mengangguk. Ia menerima botol minum Haikal dan dosen pengajar itu memperbolehkan Bama minum sebelum ia meminta ijin.
Ia kembali memperhatikan dosen dan mencatat hal-hal penting yang disajikan dalam ppt. Sesekali melirik catatan Haikal yang lebih lengkap (disertai penjelasan lisan dari dosen). Selama 90 menit pelajaran ia mencoba fokus sebisanya, menepis segala hal yang mengganggunya, dan Bama berhasil bertahan hingga kelas pagi itu selesai meski Haikal selalu menanyainya 'lo gak papa' berkali-kali.
Bama memasukkan buku-bukunya ke dalam tas dengan cepat ketika dosen memberikan penjelasan tugas baru yang akan dikumpulkan minggu berikutnya.
"Buatlah teks opini 600 kata dari objek buku, film, lagu di kertas a4. Minggu depan dikumpulkan."
Bama buru-buru menarik tangan Haikal untuk meninggalkan kelas setelah dosen berpamitan.
"Kok tiba-tiba kepala gue sakit ya Kal." Bama memijit kepalanya.
"Hah?! Yang bener lo. Gue puter balik pulang nih." Haikal yang sedang mengemudikan mobilnya di tengah keramaian kendaraan itu panik.
"Nggak-nggak. Lanjut aja." Bama menggeleng.
"Ya jangan dipaksain. Itu kenapa perut lo yang dipegangin juga? Sakit juga?"
"Mual gue." Bama mulai menutupi mulutnya.
"Yah, bener kan. Pulang ae lah."
"Gak njing jangan." Bama menolak.
"Lah terus gimana?"
"Yaudah lanjut aja."
"Di belakang tuh ada minyak kayu putih. Pake dulu. Gue gaada kresek masalahnya kalo lo muntah."
"Nggak-nggak." Bama meraih kotak berwarna hitam di kursi belakang dan mengeluarkan minyak kayu putih. Lalu mengoleskannya ke perut dan pelipis kepalanya.
"Lo nervous ya? Takut ya mau ketemu temen-temen?"
"Gue cuman gatau harus jawab apa kalo ditanya-tanya soal Tama."
"Nggak usah dijawab. Biar gue yang jawab kalo lo gamau jawab, oke?"
"Oke."
"Udah sarapan belom?"
"Udah, aman."
Ketika sampai di lorong kelas.
"Kal kal kal. Bentar." Bama tiba-tiba menghentikan langkah.
"Apa? Kenapa?"
"Gue kamar mandi dulu, lo masuk kelas dulu." Wajahnya terlihat sama sekali tidak baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Turning Pages
FanfictionSetiap hari aku selalu memastikan halaman-halaman dalam kehidupanku dipenuhi dengan pelangi, matahari, langit biru, bunga bermekaran, seperti taman bunga. Aku benar-benar menikmati hidupku. Saudara yang baik, mama papa yang menyayangi kami berdua, t...