Esoknya, Bama bangun pukul sebelas siang. Setelah mengerjakan tugas, meski lebih banyak melamun, ia akhirnya memutuskan tidur pukul empat pagi. Badannya baru terasa sakit semua siang ini. Telapak kakinya yang nyeri, dibalut perban, full keseluruhan telapak kakinya. Padahal semalam tidak berasa sama sekali. Kepalanya juga pusing, pundaknya nyeri, tenggorokannya sakit. Ia melihat pantulan dirinya di cermin. Kacau. Rambutnya berantakan, wajahnya bengkak terlebih pada matanya, baju kaos tidurnya terlihat sangat kebesaran??? Bama membenarkan kaosnya yang melorot, menampakkan tulang selangkanya. Mungkin benar kalau stress betul-betul mempengaruhi berat badannya meski pola makannya sangat teratur.Ia tampak menyedihkan. Mungkin benar, ia harus menahan dirinya sebelum melakukan apa-apa. Ia harus berpikir sebelum bertindak sesuatu. Kalau begini yang ia sakiti bukan hanya badannya sendiri, tapi mama dan papa juga. Mungkin mereka akan merasa gagal dan kurang memberikan perhatian padanya. Padahal kasih sayang mereka 100% untuk Bama. Orang-orang akan mulai berpikir bahwa mama papanya tidak menyayangi Bama. Tidak sedikitpun mama papanya lalai, hanya Bama saja yang susah mengontrol emosi. Kalau sudah begini, Bama hanya bisa menyesali dan akan berkali-kali berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak langsung marah dengan keadaan, meski berulang-ulang pula janjinya ia ingkari sendiri. Semuanya sulit untuk Bama.
Lalu, mamanya datang, memecahkan lamunan Bama pada pantulan dirinya di cermin.
"Mama nungguin Bama bangun." Mamanya tersenyum lega melihat anaknya sudah bangun. "Bama udah enakan?"
Bama mengangguk. "Bama tidurnya pagi ma, jadi bangun siang. Bama nggak papa kok."
Setiap kali Bama mengatakan bahwa dirinya tidak papa, dirinya baik-baik aja, mamanya selalu takut. Karena berulang kali pun Bama menyatakan dirinya baik-baik saja, malah sebaliknya yang akan terjadi. Bama akan mencoba menyalahkan dirinya dan kembali membenci dirinya sendiri.
"Kakinya masih sakit?"
"Dikit ma." Ia nyengir sebentar. "Pundak sama kepala Bama juga sakit dikit." Tambahnya.
"Bama makan dulu ya, nanti minum paracetamol aja biar sakitnya berkurang." Ucap mamanya. Bama mengangguk, menurut. Tak berapa lama beliau datang dengan sepiring nasi dan semangkuk rawon hangat.
"Bisa makan sendiri ma." Bama mengambil alih sendok yang dipegang mamanya.
"Mama mau nyuapin Bama." Ucap mamanya. Bama diam, menurut. Jadi, ia buka mulutnya dan mulai mengunyah sesendok nasi dan kuah rawon yang disuapkan mamanya.
"Mama capek ya?" Bama melihat kantung mata mamanya yang semakin menghitam. Kulitnya juga tampak semakin kusam dari hari ke hari. "Mama jangan lupa istirahat juga."
Mamanya menggeleng. "Enggak sayang. Mama nggak capek. Mama emang susah tidur aja, tapi mama nggak papa." Ia kembali menyuapkan sesendok nasi pada mulut Bama.
"Maafin Bama ya ma. Bama terus-terusan kayak gini. Bama juga nggak mau, ma." Ucapnya jujur. "Bama juga capek nahan-nahan. Bama selalu coba buat nggak mikir macem-macem kalo ada yang nyinggung Tama, tapi Bama nggak bisa. Bama pusing, ma, lama-lama nahan buat nggak marah sama diri sendiri, buat nggak nangis." Jelasnya, matanya berkaca-kaca. Terlalu panas untuk kembali menangis lagi.
"Nggak usah ditahan sayang. Mama nggak suruh Bama buat nahan semuanya. Perasaan itu diluapin. Kalo mau nangis, Bama bisa nangis. Nangis sama mama, nak. Mama nggak papa kalo Bama nangis, Bama cerita sama mama. Kalo Bama mau marah, marah aja. Itu hak Bama." Mamanya itu menggenggam tangan anak semata wayangnya erat-erat. "Tapi jangan suka nyalahin diri sendiri. Jangan anggap kalo Tama pergi itu gara-gara Bama, bukan. Mama yakin, meski Bama nggak sama Tama juga, Tama akan tetap begitu, karena emang jalan yang dikasih tuhan kayak gitu." Tambah mamanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/321182135-288-k227729.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Turning Pages
FanfictionSetiap hari aku selalu memastikan halaman-halaman dalam kehidupanku dipenuhi dengan pelangi, matahari, langit biru, bunga bermekaran, seperti taman bunga. Aku benar-benar menikmati hidupku. Saudara yang baik, mama papa yang menyayangi kami berdua, t...