"Yeu babi panas banget." Faris langsung merebahkan diri di lantai siang itu sesampai di kamar Bama. Haikal merebahkan diri di kasur."Mama gue bikin es buah tuh." Bama meletakkan ransel dan kemejanya di meja belajar, menggantinya dengan kaos cokelat beruangnya.
"Anjir mantap. Oke, gue turun." Faris beranjak turun dan mendapati mamanya Bama mengeluarkan es buah dan beberapa camilan dari kulkas.
"Aduh tante, maaf jadi ngerepoti." Ucap Faris tidak enak.
"Bohong tante. Emang rencananya mau ngerepotin nih si Faris." Haikal memprovokasi.
"Ah nggak papa. Seneng tante, rame, Bama ada temennya. Ini, ayo diambil sendiri-sendiri. Kalo laper tinggal ambil ini ajaya, nasinya bentar lagi mateng. Tante mau nyuci baju dulu di belakang." Ucap mamanya. "Bama! Ini temen-temennya diajak makan dulu!" Teriaknya pada anak semata wayangnya yang entah sedang apa di kamar.
"Iya ma! Mereka kalo laper bisa ambil sendiri kok! Nggak punya malu, tenang aja!"
Faris bisa saja langsung menerkam Bama, tapi menahan diri sesaat. "Kalo nggak di rumah lo, udah gue sobek mulut lo." Faris mengepalkan tangannya di depan muka Bama yang baru saja turun.
"Yeu setan." Bama mengatai Faris.
"Bama mulutnya." Mamanya tiba-tiba muncul. Melotot.
"Emang gitu tante mulutnya Bama. Emang kasar banget, toletin aja pake sambel, Tan." Faris kompor.
"Nggak boleh kasar sama temennya." Mamanya itu melotot lagi. Bama menutup mulutnya rapat-rapat, lalu mengangguk dan mengacungkan jempol.
Mereka pun makan bersama-sama. Faris tidak henti-hentinya menggeleng-gelengkan kepala karena nikmat sekali. Lama tidak makan makanan hangat dan lezat katanya. Haikal terus menambah nasinya sedikit di piring dan mengambil lauk juga. Batara menjilati jempolnya yang terkena bumbu ayam panggang.
"Apa gue pindah kos ajaya?" Ucap Faris dengan mulut penuh.
"Dimana?" Kata Bama setelah meneguk segelas air putih.
"Rumah lo." Faris tertawa. "Oh, atau, mama lo open ketring aja sih ya. Gue order tiap hari, tiga kali sehari. Makan pagi siang malem."
"MAH! FARIS MINTA DIMASAKIN SETIAP HARI!"
"Babi lo anjir." Faris panik, menutup mulut Bama dengan tangannya yang penuh bumbu. "BELI NJING. BELI MAKANAN BUATAN MAMA LO." Faris melotot lagi sambil menganjing-anjingkan temannya yang sedang tertawa itu. Batara dan Haikal hanya geleng-geleng.
"Iya ntar gue bilang mama gue." Bama menyeriusi. "Gausah beli lah. Gue bawa dobel deh tiap hari kalo lagi ketemu lo. Btw kita mau ngapain emang hari ini?"
"Gatau. Kan lu yang ngajak." Faris menggidikkan bahu. "PS5 lo masih ada?"
"Ada di kamar Tama kayaknya. Mau main?" Ucap Bama dengan nasi yang penuh di mulutnya.
Faris langsung menggeleng. "Eng-engga. Main yang lain aja. Apaya, oh laptop lo aja. Main pake laptop lo." Faris gelagapan, merasa salah bicara.
"Halah santai." Bama yang merasakan hal tidak enak pada Faris itu langsung menyadari. "Ntar gue ijin mama dulu ya. Soalnya kunci kamarnya dibawa mama." Batara dan Haikal diam saling bertukar pandang. "Gapapa anjir." Bama memutar matanya malas. "Yaudah ntar lah gampang."
Setelah selesai makan, Bama benar ijin kepada mamanya untuk mengambil PS5 yang ternyata diletakkan mamanya di kolong kasur Bama. Haikal, Batara, dan Faris langsung bernafas lega karena tidak perlu menyinggung Tama akan persoalan ini. Jujur mereka juga sedikit tidak enak meski keduanya merasa tak dirugikan. Bama dan Faris bermain PS5, Haikal dan Batara meramaikan di samping mereka. Berisik sekali sampai volume penuh pada PC nya tetap kalah dengan keramaian mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Turning Pages
FanfictionSetiap hari aku selalu memastikan halaman-halaman dalam kehidupanku dipenuhi dengan pelangi, matahari, langit biru, bunga bermekaran, seperti taman bunga. Aku benar-benar menikmati hidupku. Saudara yang baik, mama papa yang menyayangi kami berdua, t...