08

105 21 5
                                    


Pagi ini Haikal sudah duduk manis di sofa ruang tamu Bama, mengobrol dengan mama dan papa Bama.

"Bisa-bisanya anak kuliahan mulai kelasnya lebih pagi dari orang kerja." Papa Bama yang masih menggunakan kaos itu menggeleng-geleng. Ini pukul enam pagi.

"Masuknya jam tujuh banget." Mamanya menimpali.

"Gatau tuh tan, om. Dosennya juga suka telat padahal." Haikal tertawa kecil. "Bama kemaren-kemaren juga suka telat sih tapi telatnya karna nongkrong dulu di kantin." Tambahnya.

"Biasa anak itu." Papa Bama tertawa.

Bama keluar dari kamarnya. Ia menggunakan kaos hitam dengan luaran kemeja putih tanpa kancing. Sangat Bama. Rambutnya disisir rapi meskipun gondrong. Wangi vanila semerbak di ruang tamu.

"Sorry Kal." Ucap Bama sambil duduk di sofa, memasukkan buku-bukunya yang masih ada di tangannya.

"Santai." Jawab Haikal.

"Full kelasnya hari ini?" Tanya papanya.

"Iya, hari Kamis selalu full pa." Balas Bama. "Bentar-bentar." Bama mengecek kembali bukunya di dalam ransel. Tasnya itu cukup penuh karena ada tiga mata kuliah yang akan dihadapinya hari ini.

"Yaudah, jangan capek-capek." Papanya menepuk-nepuk pundak Bama.

"Ini bekalnya nak." Mamanya datang membawa sekotak bekal makan untuk Bama. "Ini nasinya, ini lauknya, ini sayurnya. Obatnya mama taroh sini ya." Mamanya itu menunjuk kotak kecil berisi dua butir obat yang harus diminumnya nanti siang.

"Siap ma." Bama menjinjing bekal makan siangnya.

Setelah berpamitan, keduanya segera berangkat. Jam sudah menunjukkan pukul 06.20. Mereka tiba tepat sepuluh menit sebelum kelas mulai, 06.50.

Haikal mendapati Bama yang sedikit tegang. Wajahnya tegang namun ada secercah harapan baginya, ada semangat yang ia coba salurkan dalam pikirannya "bisa Bam." Haikal tersenyum kecil melihatnya.

"Tarik nafas dalem-dalem." Bama tersadar dari rasa gugupnya, menoleh pada sumber suara. "Hari ini agak panjang. Jangan dipake mikir yang gak harus dipikirin, nanti capek."

Bama mengangguk.

"Gue jagain lo."

Keduanya melangkahkan kaki menuju kelas pertamanya pagi ini. Begitu pintu kelas dibuka, Bama memberanikan diri mengedarkan pandangannya ke seluruh mahasiswa di kelas. Sebagian dari mereka melambaikan tangan pada Bama, sebagian tersenyum menyapa Bama, satu dua mahasiswa menjabat tangannya.

"Kangen gue njing." Juan memeluk Bama setelah menjabat tangan Bama erat. "Kemaren gue bolos jadi gak bisa ketemu lo."

Bama tersenyum. "Biasa lo mbolos." Balas Bama sambil balik memeluknya.

"Sehat-sehat ya Bam." Ucap Juan lalu kembali duduk.

"Bam." Risa, salah satu gebetan Bama di masa maba.

"Eh, Risa?" Bama menggaruk tengkuknya.

"Lo, apa kabar?" Gadis itu juga sama kikuknya. Terakhir kali mereka berkomunikasi saat mereka memutuskan hubungan tanpa statusnya dengan penuh emosi di antara keduanya.

"Baik. Maksudnya, better lah." Bama menggidikkan bahunya.

"Syukur deh." Ia mengangguk-ngangguk kemudian mundur hendak kembali ke bangkunya. "Cepet pulih ya." Akhirnya.

Haikal menahan tawanya. Bama menyikut dadanya. "Diem lo njing."

"Bisa canggung gitu." Haikal mengambil tempat duduk kosong dengan Bama di sampingnya. "Gue inget lo berant-,"

Turning PagesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang