XXVIII

983 116 9
                                    

Wang Yibo menghampiri Leehom atas pemintaan sang ayah di taman samping kediaman mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Wang Yibo menghampiri Leehom atas pemintaan sang ayah di taman samping kediaman mereka. Beberapa meter di depan sana, terlihat Leehom yang tampak serius memoles cat pada kanvas di depannya.

"Ada apa, pa?"

Leehom beralih pada arah kedatangan sang putra yang sudah melepas pakaian kerjanya, berganti dengan pakaian santai. Kaos berwarna abu-abu dan celana jeans hitam. Monoton sekali. Lehoom lantas meminta sang putra untuk duduk di kursi tepat di sampingnya melalui arahan mata.

Setelah putranya duduk, lelaki paruh baya itu kembali melanjutkan kegiatan melukisnya, sesekali menengok ke arah keranjang buah yang sudah disusun sedimikian rupa di atas meja kecil.

"Ini mengenai kecemasan mama terhadap keputusan kamu yang menjadikan Xiao Zhan sebagai pengurus satu-satunya di apartement."

Ia pikir, ayahnya tak akan ambil pusing mengenai itu, ternyata Leehom menanggapinya dengan serius. "Yibo tak suka jika terlalu banyak orang."

Lehoom tersenyum, memaklumi kepribadian sang putra. "Papa tahu. Anak papa, tak mungkin mengecewakan keluarga. Papa percaya kamu, Yibo." Ucap santai ayahnya, tampak tidak terganggu dengan aktivitasnya yang sibuk menambah cat warna pada piringan. "Tapi menurut papa, agar mama kamu tidak uring-uringan lagi, kita harus mengambil langkah baru."

Wang Yibo mulai memikirkan maksud ucapan sang ayah yang ia duga bukan kabar baik baginya. Namun semua kekalutan itu, ia sembunyikan di balik wajah datarnya.

"Kamu sudah cukup umur, tiga puluh tiga tahun. Kamu sudah dewasa untuk menjalin hubungan serius. Papa dan mama sudah tua. Harapan kami bisa melihat anaknya menikah, sampai menimang cucu sebelum tutup usia."

"Apa yang papa ucapkan?!"

Lehoom tertawa atas ucapan sang putra. Pria yang sebentar lagi genap berusia lima puluh enam tahun itu melirik sekilas pada putranya. "Heii... papa dan mama itu menikah muda. Papa umur dua puluh dan mama umur sembilan belas. Tapi kamu sudah kepala tiga masih betah sendiri."

Kedua alis Wang Yibo menukik dalam. "Langsung saja, pa. Langkah baru apa yang papa rencanakan? Mencari calon istri untuk Yibo?"

Lehoom tersenyum lebar atas tebakan tepat sang putra yang tahu maksudnya. "Iya. Calonnya sudah ada. Direktur dari WeiFeng Property. Cucu satu-satunya dari Wei Yifeng. Kamu sudah tahu orangnya."

Wang Yibo terdiam, menaikan alisnya ragu atas ucapan sang ayah. "Wei Zeina." Ucapnya ragu sembari menatap Leehom yang entah sejak kapan menikmati buah anggur di meja yang harusnya dijadikan model lukisannya.

"Iya, Zeina. Yang mendorong kamu jatuh ke kolam belasan tahun lalu karena ulahmu yang menciumnya tanpa izin."

Leehom mengatakan itu sembari terkekeh ringan, namun berbeda dengan Wang Yibo. Pria itu sedang kalut dengan pikirannya. Peristiwa belasan tahun lalu, ketika ia masih menjadi remaja nakal, berlaku sesuka hati di perayaan ulang tahun seorang gadis berusia empat belas tahun. Bukannya memberi hadiah berupa barang, ia malah memberi gadis yang tak lain adalah Zeina sebuah kecupan. Zeina yang marah sekaligus malu, langsung mendorangnya yang berjalan santai di pinggir kolam sambil tertawa senang. Alhasil, ia tercebur masuk ke dalam kolam dan pada akhirnya, ia yang dipermalukan. Hari sial yang Wang Yibo sesali pernah terjadi dalam hidupnya.

You Drive Me Insane | YiZhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang