Prolog

45 12 1
                                    

Bangunan megah diantara bagunan yang lain itu selalu terpancar kebahagiaan di dalamnya. Keluarga yang tampak harmonis dengan sepasang anak yang rupawan.

"Ayah, aku bangga menjadi anakmu. Terimakasih atas kasih sayang yang tercurah selama ini."

"Iya, sayang. Sehat dan selalu, jadi kebanggaan Ayah dan Bunda."

***

Suasana sepi sunyi, gadis itu sendiri. Meringkuk ketakutan dalam dekapan diri. Suara-suara menakutkan itu datang silih berganti.

"Aku tidak akan melepaskanmu, sampai kapanpun akan aku hantui hidupmu."

Gadis itu ingin berteriak, namun hanya bulir demi bulir air bening yang jatuh membasahi pipi. Telapak tangannya membungkam mulut agar tidak menimbulkan suara sedikitpun.

"Aku pasti akan menemukanmu, bocah!"

Teriak lantang lelaki paruh baya itu semakin membuat gadis itu kehilangan nyali.

"Ayo Nia, kamu pasti bisa melewati semua ini. Bertahan untuk adikmu." Suara hatinya berperang dengan keadaan yang menderanya.

Angin malam bertiup kencang, membelah sunyinya malam yang mencekam ini. Gadis itu terseok-seok berusaha mempertahankan diri dari maut yang hampir merenggut nyawanya. Entah siapa gerangan, dengan teganya menyiksa gadis yang tak tahu apapun tentang kehidupan orang dewasa.

"Jika kamu ingin menyempurnakan ilmumu, gadis itu harus jadi jaminannya. Sebelum usianya tujuh belas tahun, kamu wajib mererahkannya padaku untuk kujadikan sajian utamnya. Darah gadis itu bagaikan air surga yang melegakan dahaga di padang pasir. Hahaha!"

Setelah mendengar pernyataan dari salah satu gerombolan lekaki paruh baya itu, gadis cilik itu memanfaatkan keadaan untuk menyelinap dan berlari sejauh mungkin. Entah kemana arah tujuannya, asalkan bisa lolos dari mereka.

"Semua yang aku miliki tidak ada artinya jika gadis itu belum memberikan apa yang seharusnya aku dapatkan. Ilmu itu harus ada dalam dirimu beserta seluruh harta kekayaan dari orangtuanya."

Gadis itu berlari sampai kakinya kebas dan tak lama kemudian kesadarannya mulai hilang.

***

Bismillahirrahmanirrahim

Aku mulai nulis lagi. Kali ini genre horor, thriller dan misteri. Tulisanku ini ada sedikit berbau horornya. Doakan aku bisa menyelesaikan even Karma dari Kamaksara ini ya.

Dukung tulisanku dengan like dan komen.

Insyaallah kita lanjut lagi ketika aku sudah ada di Kalimantan. Malam terakhir di rumahku Jawa ini. Huhu... Sedih dan senang jadi satu. Sedih karena meninggalkan rumah dan lingkungan sekitar sini. Senang karena akan kumpul dengan suami.
Doakan kami betah di Balikpapan, Kalimantan Timur.

Yang di Balikpapan, bisa kopdar insyaallah.

Masukannya dari tulisanku ya.
Salam

Anikafni255
Fb : Anik Norafni

TitisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang