Chapter 13

314 28 1
                                    

Tama, aku berjanji akan menjadikan negeri ini tempat dimana kamu bisa makan sepuasnya.

×××××


Ace menaiki sekoci kecil dan bersiap meninggalkan Baltigo. Senyumnya tersungging memikirkan pertemuannya nanti dengan Luffy, juga dengan Otama dan Yamato. Beberapa tahun lalu, Ace sempat ingin pergi ke Wano untuk menuntaskan janjinya itu. Tapi, Shirohige sama sekali tidak memberinya izin. Alih-alih memberinya lampu hijau untuk pergi, Shirohige mendaratkan pukulan basento miliknya di kepala Ace. Entah bagaimana ia menggambarkan perasaannya ketika mengingat kenangan itu. Ace tidak tahu. Yang ia tahu, harus menerima semua yang terjadi mau tidak mau.

"Sampaikan salam ku untuk Luffy." Lambaian tangan dan teriakan Sabo dari pinggir pelabuhan membawa Ace kembali dari ingatan masa lalunya. Tidak ingin terlalu tenggelam dalam penyesalan, Ace menggelengkan kepala ringan. Bahkan Sabo sendiri tidak menyadarinya.

"Jana, Sabo. Aku akan bersenang-senang bersama Luffy di sana." Ace mambalas melambai. Wajah Sabo sedikit cemberut karena ia tidak bisa ikut bersama Ace. Nyatanya, misi penyelidikan yang ditugaskan Dragon kali ini tidak bisa ia tinggalkan. Ace sengaja menggodanya sembari sekoci yang dikendalikan dengan api Mera Mera perlahan menjauh dari pelabuhan. Sekoci itu semakin kecil terlihat dari pandangan Sabo. Meninggalkan jejak senyum yang mengembang dari saudara secawan sakenya itu.

Ace mengeluarkan vivre card Luffy yang ia bawa sebagai petunjuk arah. Jika Ace menggunakan kecepatan penuh, maka hanya butuh dua hari untuk sampai ke Wano. Itu pun jika tidak ada penghalang di tengah perjalanannya nanti. Bisa saja Ace tidak sengaja bertemu angkatan laut, atau musuh yang ingin mengambil kepalanya. Ia hanya memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi. Bukannya Ace takut, ia hanya tidak ingin terlambat dan membuat adiknya menunggu terlalu lama. "Ck, memikirkannya saja sudah membuatku kesal," Ace berdecak sendiri. Sekoci kecilnya melaju semakin cepat seperti membelah lautan. Wajah tampannya nampak serius dengan raut dingin. Tidak ada waktu untuk memikirkan hal tidak penting. Ia harus segera tiba ke tempat tujuan.


×××××


Setelah Franky menyembunyikan Sunny Go di tempat aman, Nami segera menghubungi Kinemon. Beberapa kali panggilan, Kinemon tidak memberi respon di seberang sana.

"Kinemon tidak menjawab panggilan," ia menghela nafas. Nami memandang wajah teman-temannya meminta pendapat.

"Ne, adik kecil." Sanji menghisap sebatang rokok lalu menghembuskan asap ke udara. "Kami ingin memastikan apakah ini Negeri Wano apa bukan," ia menatap Otama meminta jawaban.

"Negeri ini? Benar, ini adalah Negeri Wano. Kalian berada di salah satu wilayah Negeri Wano yang bernama Kuri."

Sanji seperti menahan diri agar tidak mengumpati Kinemon. Kepulan asap menghembus keluar bersama rasa kesal, sampai telinganya menangkap suara rengekan sang kapten.

"Haraheta." Si kapten memegangi perutnya yang berbunyi. Mungkin tenaganya terkuras ketika menarik Sunny Go mendaki air terjun yang cukup tinggi. Luffy berpikir seharusnya tadi ia menangkap salah satu ikan koi raksasa itu untuk menjadi santapan.

Mengabaikan rengekan Luffy, Robin terlihat sedang memikirkan sesuatu. Jari telunjuk ia letakkan di bawah dagu dengan wajah terlihat tenang. "Mungkin Kinemon sudah tertangkap dan dieksekusi mati oleh Kaido." Sontak Usop dan Chopper panik berteriak, memeluk satu lain.

"Berhenti berpikiran seperti itu, Robin," protes Usop.

"Tapi ada benarnya juga. Siapa yang tahu jika Kinemon ditangkap Kaido?" Zoro membenarkan kemungkinan yang dipikirkan Robin.

Journey (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang